Dari Benci Tumbuh Benih Cinta (part 1)

Hoam,,,,, setelah menguap sepuasnya aku bangun untuk membuka jendela kamarku, kulihat matahari sudah tinggi, aku berpikir sejenak jam berapakah sekarang kenapa bunda tdk membangunkan aku, tak usahlah aku bertanya kenapa kak alvin tak membangunkanku mana peduli dia sama aku, lalu aku melirik jam tangan yang melingkar manis di tangan kananku
“what?? Jam 7 mampus telat nih gw” pekikku lalu mengambil handukku dan berlari ke kamar mandi. Untung SMA CROz masuk jam setengah delapan, kalau gk, bisa gk ikut pelajaran aku. Setelah selesai mandi dan sikat gigi aku segera berpakaian merapikan rambut lalu mengambil kunci motorku lalu berlari kebawah, kondisiku benar sembraut dasiku hanya kulingkarkan di leherku
“aden gk sarapan” tanya pembantuku saat aku di ruang tamu
“udah telat bi” jawabku lalu memakai sepatuku
“aku pergi dulu bi” pamitku lalu segera pergi kesekolah. Ayahku sedang tidak ada dirumah dia tugas diluar kota, dan bundaku pasti dari jam 6 dia ke kantor

10 menit kemudian aku tiba disekolah
Sekolah sudah sepi yah karna dari 1 menit yang lalu bel berbunyi, aku lalu memarkir motor kesayanganku,  setelah itu aku berlari ke kelasku sambil memasang dasiku. Beruntung dikelasku belum ada guru, aku langsung saja menuju mejaku duduk manis disana dan mengeluarkan bukuku. Ada yang aneh kenapa semua pada ngeliatin aku
“kka, lo belum mandi yah” tanya debo yang memang teman sebangku aku. Aku lalu membau badanku
“emang gw bau yah, perasaan tadi gw mandi deh” jawabku sambil bertanya
“lo gk bau kka, tapi rambut lo itu, kayak orang yang baru bangun aja” jawab debo
“liv bisa pinjem cermin lo gk” kataku pada olivia teman sebangku oik karna aku duduk di bangku kedua tepat dibelakang oik. Olivia lalu memberikan cermin yang selalu dia bawa sekilas kulihat si tembem sedang menertawaiku, sialan. Aku lalu menerimanya dan bercemin kulihat rambutku acak-acakan, kayak habis berantem, aku lalu merapikannya
“lo balapan yah kesini” tanya debo lagi
“yah gitu deh” jawabku lalu guruku  datang padahal rambutku belum rapi hancurlah rambut justinku

****

Bel istirahat sudah berbunyi ini adalah kebebasan untukku walau hanya beberapa menit, tapi bisalah hilangin stress gara-gara pelajaran pertama dan kedua. Aku lalu merapikan bukuku juga rambutku yang masih berantakan
“sok gaya justin bieber, padahal cuma Cakka Kawekas Nuraga bukan Cakka Kawekas Bieber” kata si tembem
“eh tembem, ngomong apa lo barusan” tanyaku pada oik yang sering kupanggil tembem
“kamu gk dengar ndut” balas oik
“eh tembem cari masalah lo” tanyaku. Oik lalu berdiri
“kenapa  ndut”
“dasar tembem”
“kamu gendut”
“tembem”
“gendut”
“tembem”
“gendut”
“lemot”
“manja”
“keberatan pipi”
“kebanyakan dosa”
“tembem”
“gendut”
“stop, bisa gk sih kalian sehari aja gk berantem sakit nih kuping gw dengernya” kata debo berusaha meleraikan pertempuran kami yang tidak jelas ini
“dia duluan!!!” seruku dan oik
“lo” kataku
“kamu” balas oik
PLETAAKKK..
Kami mendapat jitakan dari debo
“apaan sih lo deb” tanyaku sambil memegangi kepalaku yang habis dijitak
“kalau gk gw jitak, kalian berdua gk akan berhenti berantem” balas debo lalu keluar dari kelas
“gara-gara kamu” kata oik lalu keluar juga dari kelas
“dasar tembem” teriakku
“gendut” balas oik setengah berteriak. Aku hanya bisa mendengus kesal lalu berjalan ke kantin aku yakin disana ozy dan ray sudah menungguku
Benar dikantin temanku sudah asyik dengan makanan mereka aku lalu memesan makanan dan pergi menghampiri mereka berdua
“hai, kalian udah pada selesai yah” tanyaku pada mereka sambil meletakkan makananku dimeja
“dikit lagi” balas ozy
“lo habis berantem yah ama oik” tebak ray. Tentu saja tebakan ray benar setiap hari aku dan oik selalu berantem
“yum,,yum,, iya” balasku masih asyik mengunya baksoku
“makan cepat, bentar lagi masuk”
“iya iya gw tau koq”

****

Jam istirahat selesai aku lalu berjalan kekelas, pelajaran pun dimulai, pelajaran favoritku fisika,
“ok siapa yang bisa jawab” tanya bu winda
“saya bu” seruku dan oik bersamaan
“eh ngapain lo ikut-ikut” tanyaku pada oik, oik lalu berbalik ke arahku
“kamu tuh yang ikut-ikut”
“lo”
“kamu”
“lo”
“kamu”
“sudah-sudah, cakka oik, hentikan, kalian ini orang sedang belajar malah bertengkar” lerai bu winda
“maaf bu” balas aku dan oik
“gara-gara lo nih ik” kataku pada oik
“kamu”
“lo”
“kamu”
“hih tembem”
“cakka oik, daripada kalian bertengkar terus, lebih baik kalian keluar dari kelas cepat” kata bu winda, aku dan oik tidak bisa melawan akhirnya aku dan oik pun keluar kelas, oik langsung lari gk tau kemana, aku berjalan santai ke taman belakang sekolah yang jarang banget siswa kesana, aku duduk dibawah pohon rindang yang cukup besar
“huh, gara-gara si tembem nih, aku jadi di setrap” lirihku
“aw” rintihku sambil memegangi bagian belakang kepalaku sepertinya sebuah batu kerikil mendarat dibagian belakang kepalaku, aku pun berbalik
“ngapain bilang gara-gara aku, kamu jadi di setrap bukannya kamu yang duluan cari gara-gara” bentak orang itu tapi nada suaranya tetap lembut. Oik
“eh, emang gara-gara lo kan” balasku
“kamu”
“lo”
“kamu”
“tembem”
“gendut”
“lemot”
“manja”
“lemot”
“sok tau”
“tembem”
“udah ah aku capek berantem ama orang gendut kayak kamu” kata oik lalu berdiri
“eh tembem siapa juga yang demen berantem ama lo” tanyaku, dia tak menjawab dia hanya pergi dari taman
“dasar tembem” teriakku
“gendut” balasnya setengah berteriak

“hari ini hari apa sih, koq gw sial amat, tadi telat, sekarang disetrap, entar apa lagi yah” tanyaku pada diri sendiri

****

Seperti hari sebelumnya dirumah aku cuma bareng kakak sipit tersayangku dan pembantu, daripada bingung mau ngapain lebih baik telpon ozy ama ray aja, baru aja aku mau nelpon ozy eh tiba-tiba ada yang membunyikan bel, dan kutebak sebentar lagi kak alvin akan teriak suruh aku bukain pintu
“cakka, ada tamu, bukain pintu gih sana” teriak kak alvin
“kenapa gk binem aja sih” balasku lalu turun ke  lantai bawah lalu membukakan pintu orang itu
“kak alvin ada” tanyanya
“gk ada” jawabku jutek
“bohong” tebak oik
“kak alvin lagi keluar” kataku berbohong
“bohong kamu, kalau kak alvin keluar kenapa dia nyuruh aku kesini buat bawain bukunya, sekalian nyampein ini” balas oik sambil memperlihatkan buku yang dia bawa dan sebuah kotak
“sini biar gw yang kasih” kataku sambil merebut kotak dari tangan oik tapi gagal
“kak alvin, kakak” teriak oik tepat di telingaku
“eh tembem ngapain teriak-teriak dekat telinga gw, gw kan udah bilang kak alvin lagi keluar”
“bohong!‼ pantes aja gendut, kebanyakan dosa sih”
“apa lo bilang, lo tuh pipinya kebanyakan dosa”
“kalau di pipi tuh amal bukan dosa”
“tembem”
“gendut”
“tukang makam ice cream”
“tukang molor”
“lemot”
“manja”
“tembem”
“gendut”
 “stop,,, cakka kalau ada tamu tuh suruh masuk jangan diajakin berantem” kata kak alvin, huah aku dimarahin lagi

“sana kak, main ama peri kecilmu” kataku lalu melongos naik ke lantai dua, kak alvin lalu berbicara dengan oik. Sampai dikamar aku langsung menghempaskan tubuhku ke ranjang
“hari ini hari apa sih, koq gw sial amat, tadi telat, trus disetrap, sekarang diomelin ama mr. cuek, entar malam apa lagi yah”
“semua karna oik” lirihku sambil meremas bantalku
“gini lah sialnya satu sekolah+satu kelas, ama musuh, satu kompleks lagi, malah tetanggaan huh”
Lalu aku bangun dan berjalan ke jendela kulihat kak dayat sedang belajar di balkon rumahnya, aha aku punya ide, dari pada bete dirumah lebih baik ke rumah kak dayat aku lalu mengambil buku fisika ku karna kebetulan ada pr dan berlari ke bawah
“mau kemana kamu” tanya kak alvin saat aku diruang tamu kulihat oik masih ada disana
“bukan urusan kk” jawabku lalu pergi ke rumah kak dayat

Sampai dirumah kak dayat aku langsung aja nyelonong masuk ke kamar kak dayat udah biasa soalnya
“kakak” panggilku, kak dayat lalu berbalik
“hei cakka, ada apa, mau minta di ajari fisika lagi”  tanya kak dayat. Aku hanya nyegir
“ya udah sini” panggil kak dayat, ini lah yang aku sukai dari kak dayat mau ngajar tapi gk minta bayaran gk kayak kk sipit ku kalau aku minta di ajarin pasti dia mau bayaran tapi bukan uang, melainkan dia mau pake jaket kesanyangku buat tiga hari habis itu dia kembaliin gk dicuci lagi, nyesek kan punya kakak kayak dia.
Ok lanjut
“yang mana yang mau kamu tanyakan” tanyanya aku lalu menyerahkan bukuku
“ini kak” jawabku sambil menunjuk soal yang tidak ketahui cara menjawabnya
“oh ini, pertama……” akhirnya kak dayat menjelaskan semuanya. Aku hanya manggut-manggut
“assalamu alaikum” teriak oik sambil berjalan ke lantai dua tempat ku sekarang berada
“pengganggu datang” batinku
“kakak” panggil
“iya dek, kk disini” balas kak dayat
“eh ada cakdut” katanya
“nyari masalah yah lo”
“sudah-sudah jangan bertengkar, kalian mau belajarkan” tanya kak dayat
“iya kak” seruku dan oik
“ngikut aja lo”
“kamu yang ikutan, kak dayat kan kakakku”
“oik sudah jangan bertengkar, kalian ini kan tetangga masa tetangga setiap bertemu selalu bertengkar” lerai kak dayat
“siapa juga yang mau jadi tetangga orang kayak dia” seruku dan oik lagi
“aduh kk jadi pusing liat kalian berdua” kata kak dayat
“kalau mau belajar yang tenang jangan bertengkar” lanjut kak dayat, akhirnya aku diajarin ama kak dayat, tapi bareng oik aku belajarnya, tapi aku gk di dekat oik, aku ada di sebelah kiri kak dayat dan oik di sebelah kanan kak dayat
“makasih yah kak aku pulang dulu” pamitku pada kak dayat
“besok gk usah kesini yah” balas oik
“kalau bukan karna gw mau belajar ih ogah  deh gw ke rumah lo” kataku lalu pergi

****

“kka ini” kata kak alvin sambil meletakkan sebuah kotak didepanku yang berisi sandwich
“tumben baik” tanyaku
“makan deh enak lho kka, dan kakak yakin kamu pasti suka” kata kakakku
“masa sih” tanyaku lagi
“iya yum,,, yum,,,” jawab kakakku sambil mengunya sandwich-nya bikin aku ngiler deh, aku lalu mengambil satu dan aku makan pastinya
“hm,,, benar enak” pujiku
“beli dimana kak, perasaan restoran yang selalu kita datangi sandwich-nya gk kayak gini” tanya cakka
“kk gk beli” jawab kakakku lah
“trus” tanyaku
“oik yang buat” jawab kakakku, gk tau kenapa tiba-tiba sandwich yang begitu enak dilidahku berubah menjadi pahit
“what????? Oik yang buat” tanyaku. Kakak alvin mengangguk. Dengan segera aku berlari ke kamar mandi membuang semua sandwich yang ada di tenggorakanku
“kamu kenapa kka” tanya kak alvin. Setelah sandwich-nya keluar aku lalu kembali ke tempatku yaitu di ranjangku
“gk papa, aneh kak koq tiba-tiba rasanya pahit” jawabku
“pahit, gk deh, perasaan kamu aja kali, atau kamu sakit yah” tanya kak alvin lalu memegang keningku.
“lah orang ini kenapa tumben amat perhatian ama aku” batinku
“gk koq kak, mungkin cakka lagi bad mood” jawabku
“ya udah kamu istirahat aja, kamu mau ini” tanya kakakku sambil mengulurkan kotak berisi sandwich buatan oik ke arah koq, aku menggeleng pelan, kakak alvin lalu keluar
“benar hari ini adalah hari sial aku, pertama aku telat bangun, kedua aku disetrap bareng oik, ketiga di omelin mr. cuek, keempat belajar bareng ama tembem, kelima makan dan memuji sandwich buatan tembem” kataku

****

Hari ini kuputuskan bangun lebih pagi, setelah bersiap, aku lalu ke meja makan, kulihat hanya ada kak alvin, pasti bunda sudah pergi, padahal ini masih jam 6
“pagi” sapaku pada kakakku lalu duduk di kursi dan mengambil selembar roti
“kamu mau berangkat bareng kk” tanya kak Alvin, kesambet apa nih orang tumben banget pengen ngajakin aku berangkat bareng
“gk deh kak, aku bawa motor sendiri aja” jawabku lalu memakan rotiku
“kalau gitu kk berangkat duluan” pamitnya lalu berdiri
“hati-hati kak” kataku. Dia hanya mengangkat tangan kanannya

****

Saat aku tiba di sekolah, sekolah masih sepi, tentu ini masih jam 6 lewat 30 menit, tapi ada satu tempat yang ramai yaitu papan mading, gk biasanya papan mading seramai itu kalau masih pagi. Aku lalu berjalan ke papan mading Aku menerobos barisan penonton dan menempatkan diri paling di depan, OMG betapa kagetnya diriku saat melihat apa yang ada di depan
Di papan mading gk ada pengumuman penting melainkan ide gila sobat aku, ozy,
Dear Acha,
i, AHMAD FAUZI ADRIANSYAH never stop pursuing your love!
you are my first love
I want you to be the first and the last one for me
if you want me to be the first and the last one for you
I'm serious! no kidding
please accept my love
I promise I will always love you sincerely
much love
Ozy
Aku lalu mengambil karton itu dari papan mading dan berlari ke kantin biasanya tuh si ozy masih ada di kantin
Benar di kantin dia sedang duduk manis bersama ray, aku lalu menghampiri mereka, dan meletakkan karton itu tepat di hadapan ozy
“lo udah gila yah zy, gara-gara ditolak mulu ama acha” tanyaku
“maksud lo” tanya ozy. Aku lalu membuka karton itu yang tadi sempat aku gulung
“baca” perintahku
“ini namanya pejuangan kka” kata ozy
“perjuangan jadi orang gila” seru ray, sepertinya di juga baru tau masalah ini
“zy rusak nama baik tim basket lo” kataku
“karna” tanya ozy
“anak basket itu orangnya dingin bego!! kalau lo, udah narsis, lebay lagi ya allah mimpi apa gw zy sampai punya teman kayak lo” jawabku
“gw udah bingung sob gimana lagi caranya supaya acha bisa nerima cinta gw” kata ozy, kelihatannya dia sudah putus asa
“kalau lo mau acha nerima cinta lo, lo harus selalu ada disaat dia susah, jagan kayak gini, bikin malu aja” saran ray
“iya maaf, habisnya kalian berdua sih gk pernah mau dengarin gw curhat” balas ozy
“soalnya kalau lo curhat selalu aja bahas acha, telinga kita bosan kali dengar nama itu” kataku
“tuh kalian aja bosan dengernya” balas ozy
“ozy, lo kan kalau curhat tentang acha paling Cuma bilang, acha itu cantik yah, baik lagi, jarang loh cewe kayak dia, lo gk pernah tuh bilang kalian berdua bisa gk ngasih aku saran untuk nyatain perasaan ke acha” jelasku
“ya udah sekarang gw harus ngapain” tanya ozy
“buktiin ke acha kalau lo bener-bener sayang ama dia” jawab ray
“udah dari dulu kali gw nunjukin rasa sayang gw kedia” kata ozy
“mungkin acha masih butuh perhatian yang lebih dari lo” balas ray
“apa jangan-jangan Acha gk suka yah ama gw” tanya ozy
“ozy, kenapa coba acha gk suka ama lo, lo itu keren walau kebanyakan narsis dan lebay” kataku
“plakk” satu jitakan mendarat di kepalaku
“aw” rintihku sambil memegangi kepalaku yang habis di jitak ama ozy
“menghina atau menghibur lo”
“apa aja deh”

Tettt,,,,,,,,,,,,,
Bel masuk pun berbunyi aku berpisah dengan temanku, aku lalu berlari ke kelasku karna jarak kantin dan kelasku sangat jauh, dan lagi-lagi aku sial, saat sampai didepan kelas aku menabrak seorang siswi, aku pun mendongakkan kepalaku, dan ternyata
“eh!! Kalau jalan tuh lihat-lihat, matamu ditaro dimana sih” bentak orang itu, tapi nada suaranya tidak berubah tetap lembut. Oik
 “siapa bilang gw lagi jalan, orang gw lagi lari” balasku lalu berdiri dia juga berdiri, merapikan bajunya lalu menatapku tajam
“koq bisa yah orang bodoh tinggal di kelas X.1, ” tanyanya lalu masuk ke kelas, sepertinya dia menyindirku, aku lalu menghampiri mejanya
“tembem, ngomong apa lo barusan” tanyaku
“udah gendut, budek lagi” jawabnya, aku benar-benar sudah emosi
“dasar…” belum sampai aku pembicaraanku, guru lalu masuk ke kelasku
“urusan kita belum selesai tembem” bisikku lalu berjalan ke meja aku. Oik berbalik ke arah mejaku
“aku tunggu kelanjuntannya ndut” bisik oik lalu berbalik ke depan
Sudah dua hari berturut-turut aku sial

****

Akhirnya bel istirahat, aku lalu merapikan bukuku, memasukkannya ke dalam tasku satu persatu, lalu aku berdiri, saat aku berjalan untuk keluar ke kelas pastinya aku melewati bangku oik dulu, kulihat dia tersenyum sinis lalu
“aw” rintihku aku terjatuh karna kesandung ama kakinya oik, kayaknya oik sengaja menaruh kakinya disitu agar aku terjatuh
“makanya tuh rambut rapiin dulu, jangan sok gaya justin bieber jadinya matanya ketutup deh trus gk liat kalau disitu ada kaki” sindir oik. Aku lalu berdiri, berkacak pinggang lalu menatapnya tajam
“eh tembem, bilang aja lo iri, karna gk bisa gaya justin” balasku
“buat apa iri, memang aku nge-fans ama justin bieber tpi aku tuh gk suka nyontek gaya orang, aku bisa lebih kreatif” kata oik
“hikzz” kataku geram
“katanya urusan belum selesai tapi kulihat kamu udah nyerah” kata oik
“siapa bilang gw nyerah, emang urusan kita belum selesai dan gk bakal pernah selesai”
“baguslah aku juga gk mau koq berteman ama orang gendut kayak kamu”
“tembem” balasku, pertarungan dimulai
“manja”
“lemot”
“munafik”
“apa maksud lo bilang gw munafik”
“semalam kamu makan+muji sandwich buatan aku kan”
“ge-er lo”
“kak alvin sendiri yang bilang”
“percaya amat lo”
“yah jelaslah kak alvin kan lebih jujur, gk kayak kamu udah gendut, budek, suka bohong, dan doyan banget tidur”
“dasar ke ge-er an”
“fakta kali”
“asal lo tau yah semalam tuh sandwich buatan lo udah gw muntahin”
“udah gendut munafik lagi”
“daripada lo udah tembem ke ge-er an lagi”
“apa susahnya sih kamu jujur kalau kamu tuh suka ama sandwich buatan aku”
“narsis aja lo”
“kayak kamu gk aja”
“fakta kali kalau gw itu ganteng, jago basket”
“huek”
“kenapa lo, gk biasa yah orang ganteng jujur ama lo”
“what? ganteng, dari got iya kamu ganteng”
“lo tuh ik yang munafik”
“sebelum ngomongin orang bercermin dulu pak, gk punya cermin yah atau cerminnya rusak kalau kamu bercermin”
“banyak omong lo tembem”
“masih bagus tembem, dari pada gendut”
“masih bagus juga gendut daripada lemot”
“yang penting gk manja”
“kalian sadar gk udah berapa menit kalian berantem” tanya seseorang yang sedang berdiri di ambang pintu, pertempuran selesai aku dan oik lalu berbalik ke arah pintu
“kak Dayat” tanyaku dan oik
“ngikut mulu sih lo” tanyaku, pertemuran part dua dimulai
“yee kamu tuh yang ngikutin aku”
“lo”
“kamu”
“stopp” teriak kak dayat aku menutup telingaku
“bisa gk sih kalian berdua itu gk berantem sehari aja” lanjut kak Dayat
“gimana mau gk berantem dia selalu mulai” seruku dan oik
“perasaan tadi lo deh yang mulai ik” tanyaku, pertempuran part tiga dimulai
“kamu”
“lo”
“oik, cakka, telinga kakak udah capek dengar kalian berantem terus” kata kak dayat sambil berjalan ke arahku
“maaf kak, habisnya cakka gk mau ngalah” balas oik
“enak aja lo kali”
“mulai lagi deh” kata kak dayat
“maaf” seruku dan oik lagi
“ngikut aja”
“berapa jam lagi kalian selesai berantem” tanya kak dayat
“udah koq kak” jawab oik
“cakka ke lapangan sekarang kita mau latihan” pinta kak dayat aku mengangguk, oik lalu berjalan keluar
“kak didik cakdut yang baik yah buat dia kurusan dikit” kata oik
“sekali lagi lo ngomong, gw lempar pake sepatu gw” balasku
“terserah” kata oik
“eh tembem” teriakku
“gendut” teriak oik, lalu pergi
“tuh kan kak, oik selalu mulai duluan” rengek aku pada kak dayat. Kak dayat lalu merangkul aku
“udah biarin aja, yuk kelapangan” balas kak dayat, lalu kami berjalan ke lapangan

****

Bel pulang berbunyi dan anak basket pulangnya jam 3 soalnya masih ada latihan basket untuk persiapan pertandingan melawan SMU PERSADA tiga minggu lagi
“kakak” panggil seseorang
“sebentar yah semua” pamit kak dayat lalu menghampiri gadis itu. Oik, kulihat mereka bicara sangat serius.
Info diantara semua anak basket hanya kak Dayat yang punya adik cewe, dan buruknya bagi aku semua anak basket tuh suka ama oik, dalam arti kagum
Lalu kak dayat kembali
“vin gw ijin bentar yah mau nganterin oik pulang soalnya acha lagi gk bisa nganterin dia” pamit kak dayat
“ok jangan lama” balas kak alvin, kak dayat lalu mengambil tas-nya
“gk sekalian lo anterin Zahra”  tanya Rio
“dia udah balik duluan” balas kak dayat lalu pergi
“adiknya Dayat lucu yah” tanya kak Rio pada kak Shion salah satu anggota basket
“iya, gk manja lagi” balas kak Shion. Tuh kan mereka pada ngomongin oik lagi
“pengen deh punya adik kayak dia” sekarang giliran kak Obiet yang bicara
“iya, udah lucu, imut, manis, gk manja, jago masak lagi” balas kak Shion. Ampun dah segitu spesialnya kah Oik Cahya alias tembem dimata mereka semua
“kak sipit latihan lagi yuk” pintaku pada kak Alvin, kak Alvin mengangguk aku lalu mengambil bola basket, dan kami kembali latihan tanpa kak Dayat

****

Huft capek banget, sampai dirumah mandi habis itu tidur deh, baru aja aku masuk ke alam mimpiku, tapi kak alvin mengetuk pintu kamarku
“masuk aja kak, gk dikunci koq” kataku lalu kak alvin masuk, menarik selimutku dan memaksaku bangun
“nih” katanya sambil memberikanku buku
“apa ini” tanyaku
“kamu bawa ke rumahnya kak dayat, ini bukunya kak dayat kemarin aku pinjam dan tadi gk sempet ngembaliin, jadi kakak minta tolong kamu kembalikan buku ini ke kak dayat jangan lupa bilang terima kasih” jawabnya
“kenapa gk kakak”
“kakak capek”
“aku juga kak”
“masa kamu mau kalah ama oik, oik aja sesibuk apapun dia kalau dayat nyuruh dia sesuatu pasti dia selalu mengerjakannya”
“oik lagi” lirihku, lalu berdiri dan mengambil buku itu
“kak aku minta ama kakak jangan pernah samain aku ama oik” lanjutku lalu pergi

****

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Preman Kepentok Anak Pesantren (Cast & Sinopsis)

Utuh (cerpen)

Pengorbanan (Cerpen)