Utuh (cerpen)

Utuh (cerpen)

Semakin kuingkari, semakin ku mengerti hidup ini tak lengkap tanpamu, Aku mengaku bisa tapi hati tak bisa


Oik’s P.O.V.                        
Kenalkan namaku Oik Cahya Ramadlani, Oik. Dulu hidupku sangat bahagia, tapi setelah aku menikah dengan Cakka Kawekas Nuraga, Cakka. bukannya bertambah bahagia hidupku malah semakin merana apalagi pernikahanku dengan cakka tak pernah di restui oleh ibunda cakka hanya oleh ayah cakka.
Seminggu setelah menikah dengan cakka, perusahaan orang tuaku mengalami kebangkrutan, aku tidak tahu ini sudah direncanakan atau tidak. Yang jelas bangkrutnya perusahaan orang tuaku membuatku semakin merana, apalagi dengan bangkrutnya perusahaan orang tuaku itu, orang tuaku terpaksa menumpang di rumah mertuaku, karna aku dan cakka tidak memiliki rumah sendiri karna bunda cakka mengancam akan bunuh diri jika cakka meninggalkan rumah
3 bulan orang tuaku tinggal di rumah mertuaku aku merasa tidak enak apalagi dengan cibiran ibu mertuaku akhirnya aku memutuskan untuk membawa orang tuaku meninggalkan jakarta ke jogja di rumah nenekku dan ibu mertuaku menyuruhku mengantar orang tuaku kesana, tapi naas di perjalanan pesawat yang kami tumpangi mengalami kecelakaan. Kedua orang tuaku meninggal dunia sedangkan aku lumpuh karna tertindih material pesawat
Karna kelumpuhanku itu ibu mertuaku semakin membenciku. dan betapa berat hatiku saat aku tahu aku keguguran saat mengalami kecelakaan itu dan dengan kondisiku saat ini mustahil aku bisa hamil lagi. Walaupun dengan keadaanku ini cakka tetap setia –walaupun tak sepenuhnya- menemaniku dan menyayangiku selama bertahun-tahun, ia juga setia menemaniku untuk terapi agar aku bisa kembali berjalan, tetapi jika ada proyek milyaran yang ia kerjakan ia akan lupa akan diriku.
Tapi semua itu berubah saat ibu mertuaku meminta cakka agar menikahi Shilla anak sahabatnya alasan ibu mertuaku adalah agar cakka bisa memiliki keturunan. Karna dia menganggapku mandul. Hidupku benar-benar semakin hancur 2 tahun aku lalui dengan cakka berharap aku bisa kembali berjalan dan bisa memberi keturunan bagi keluarga nuraga namun kini semua harapan itu hancur berkeping-keping

Sesungguhnya ku berpura-pura, Relakan kau pilih cinta yang kau mau

Awalnya cakka menolak permintaan ibunya tapi Ibu mertuaku mengancamku jika aku tak memberi isin menikah lagi pada cakka. akhirnya dengan berat hati aku harus merelakan suamiku menikah dengan wanita lain
1 bulan kemudian pernikahan cakka sedang berlangsung aku duduk diatas kursi rodaku menatap sepasang pengantin baru yang sedang berdiri di atas pelaminan. Aku berusaha menguatkan hatiku. Meratapi nasibku yang semakin rapuh ini, aku memikirkan bagaimana saat cakka tak bisa berlaku adil pada kedua istrinya, apalagi shilla lebih dari segalanya dibanding aku, Shilla juga wanita karir, dia adalah pewaris tunggal perusahaan orang tuanya sama seperti cakka. dan semua yang dimiliki shilla itu membuat ibu mertuaku menjadi lebih sayang dengan shilla dibanding aku, lebih di banggakan dibanding aku

Sesungguhnya ku tak pernah rela, Karena ku yang bisa membuat hatimu utuh

Author’s P.O.V.
Oik mendorong kursi rodanya ke arah sebuah lukisan. Lukisan itu adalah lukisan sepasang kekasih yang sedang duduk disebuah bangku taman. Oik mengelus lukisan sang lelaki
“apa kamu bisa mempertahankan janji suci yang pernah kau ucapkan?” tanya oik
“aku rindu dengan masa indah yang pernah kita ukir berdua. Saat kau selalu ada untukku. Saat kamu panik dan hanya aku satu-satunya tempatmu meminta bantuan”
“cinta kita memang tidak direstui dan mungkin ini adalah karmanya tapi kenapa yang menderita harus aku, kenapa tidak kita berdua”
“aku ingin kau berada disampingku saat kubutuhkanmu”
“aku percaya tinggal menunggu hitungan bulan aku akan bisa kembali berjalan jadi kumohon tetap untukku, temani aku terapi, buat aku kembali bersemangat”
“berat untuk merelakanmu, kuharap setelah pernikahanmu esok kamu menepati janjimu untuk berlaku adil”

Sakit yang ku rasa bukan karena dia, Tapi karena kau pilih cinta yang salah, Aku mengaku bisa tapi hati tak bisa

Malam pertama pernikahan Cakka dan Shilla mereka menginap di hotel, sebenarnya cakka ingin meninggalkan tempat itu dan kembali ke rumahnya untuk menemani Oik. tapi shilla lebih cekatan dari dia.
“hm… sekarang aku udah berhasil dapatin kamu dan gk akan kubiarin kamu lepas lagi” batin shilla. dia sedang mencampur sebuah bubuk kedalam air minum cakka
Cakka keluar dari kamar mandi, dan mengambil tasnya yang ada diranjang
“shil, aku ada urusan penting maaf aku gk bisa nemenin kamu malam ini” pamit cakka.
shilla tersenyum, menyerahkan gelas berisi air mineral kepada cakka
“iya gpp koq, tapi minum dulu ini biar kamu lebih segar”
Cakka menolaknya dengan halus
“aku lagi gk haus koq, makasih”
Cakka berjalan keluar, tapi shilla menahan tangannya
“kalau kamu gk mau minum air ini aku akan telpon bunda kalau malam ini kamu gk mau tidur bareng aku” ancam shilla. cakka terlihat kesal lalu mengambil gelas tersebut dari tangan shilla lalu meneguknya
“udahkan. Jadi kamu gk boleh ngelapor ama bunda” geram cakka lalu berjalan
“aduh kenapa tiba-tiba kepalaku pusing” cakka memegangi kepalanya
Shilla tersenyum jail di belakangnya dan cakka pun ambruk, shilla menopang tubuh cakka lalu membawanya ke ranjang

Sesungguhnya ku berpura-pura, Relakan kau pilih cinta yang kau mau

Oik melirik jam yang ada di sampingnya,
“sekarang udah jam 10 mustahil cakka akan balik kesini”
“mungkin tadi siang dia hanya menghiburku agar aku tidak terlalu bersedih”
“mulai sekarang aku harus belajar tidur sendiri tanpa cakka disampingku”
Oik menepuk-nepuk guling disebelahnya
“aku juga harus siap mental, menerima kenyataan bahwa suatu saat nanti cakka akan mendapat anak dari wanita lain bukan dari aku”

****

Pagi harinya oik sudah berkutat dengan dapur, menyiapkan sarapan pagi untuk kedua mertuanya
“oik, kamu baik-baik aja kan” tanya ayah mertua oik yang melihat wajah oik pucat
“gpp koq ayah!” balas oik
“oh iya jangan lupa nanti kamu beresin rumah sekalian pindahin barang-barang kamu dari kamar cakka dan shilla” perintah ibu mertua oik
“maksud bunda?” tanya ayah mertua oik
“nanti malamkan cakka dan shilla akan tidur dirumah kita, dan karna oik bukan lagi istri muda maka dia harus pindah tempat, mungkin di kamar belakang karna kamar tamu tidak cocok untuknya”
Waw kata-kata yang sangat pedas. Oik hanya mengangguk sambil menahan air matanya
“bunda ini keterlaluan” kesal ayah mertua oik
“udah ayah, oik gpp koq. oik emang udah gk pantas tidur di kamar itu lagi” kata oik berusaha mengalah dan melanjutkan memakan sarapannya

****

Oik sudah merapikan kamar Cakka dan Shilla, tiba-tiba perutnya mulas. Oik pun segera mendorong kursi rodanya ke kamar mandi
“huekk! huekk!!” oik memuntahkan segala yang mengganjal di tenggorokannya
Oik meremas perutnya
“tuhan kenapa sakit sekali!” rintihnya
“apa aku masuk angin”
10 menit kemudian oik sudah merasa enakan, ia pun kembali ke kamarnya, di kamar belakang yang sangat sempit

****

Malam harinya...
Seseorang membuka pintu kamar oik, oik yang sedang duduk di ranjangnya berbalik menatap pintu
“malam sayang” sapa seseorang. Masuk lalu menutup pintu dan menghampiri oik
“malam, ngapain disini?” tanya oik
“harusnya aku yang nanya kamu ngapain di kamar ini, kamu kan bisa tidur di kamar tamu. Kalau kamu tidur disini, aku mana muat, ranjangnya kan sempit”
“aku suka aja tidur disini. kamu kan bisa tidur di kamar shilla, semalam juga gitu”
Cakka merangkul oik yang sepertinya sedang kesal
“cemburu?” tanya cakka. oik diam memalingkan wajahnya
“sayang, semalam aku pengen pulang tapi gk tau kenapa, kepalaku tiba-tiba pusing dan paginya tau-tau aku udah ada di samping shilla
“sekalipun aku gk begitu percaya. Tapi aku gk boleh egois” batin oik
“ik, percayakan ama aku” tanya cakka menatap wajah oik
Oik menarik selimutnya lalu berbaring
“terserah kamu deh”
“lho koq gitu sih ik, jawabannya iya atau gk”
“iya iya aku percaya sama kamu. Udah sana keluar aku mau tidur” kata oik.
Cakka menggeleng dan malah berbaring di samping oik, membuat oik hampir saja terjatuh
“cakka tempat ini sempit, ngapain sih tiduran disini, kamu di kamar kamu aja, shilla pasti nungguin kamu”
Cakka menghiraukan perkataan oik dan malah memeluk oik
“aku suka kalau tiduran di tempat sempit kayak gini cuman berdua sama kamu”
“tapi aku gk nyaman kka”
“nyamanin aja” kata cakka. oik melepas pelukan cakka lalu duduk
“yaudah kamu tidur disitu aja” baru saja oik beranjak untuk meraih kursi rodanya cakka menahan lengannya
“lagi dapet yah. Koq sensitif banget sih. Gk biasanya deh kamu kayak gini. Hm.. kamu kenapa?” tanya cakka. perlahan ia membalikkan badan oik
Oik menggeleng lalu menunduk ia tahu kalau sudah seperti ini cakka akan mengeluarkan mata elangnya dan membuatnya harus menerima apa yg akan dilakukan cakka
“ik, kenapa nunduk, kalau kamu emang gpp” tanya cakka
Oik menggeleng
“aku takut lihat mata kamu” kata oik.
Cakka menyunggingkan senyumnya, perlahan ia mengangkat wajah oik
“sekarang kamu berani kan lihat mata aku”
Oik mengangguk pelan
“maaf kalau aku gk bisa adil sama kamu, tapi aku janji rasa sayangku itu hanya untuk kamu. Karna hanya kamu yang bisa membuatku utuh”
Cakka mengecup kening oik
“yaudah istirahat dulu yuk”
Cakka pun membantu oik berbaring lalu menarik selimut dan tidur

****

Setelah shalat subuh... oik mendorong kursinya rodanya menuju ke dapur. Hal pertama yang ia lakukan adalah membuatkan coklat panas untuk cakka, lalu kembali ke kamarnya untuk membangunkan cakka
“dad... ini hot chocolate-mu” kata oik sambil menggoyangkan tubuh cakka
Cakka menggeliat
“ng.. aku gk semangat bangun karna gk ada apa gitu dari kamu” balas cakka manja dengan mata yang masih tertutup
Oik tersenyum, mendorong kursi rodanya agar lebih dekat dengan cakka yang ada di ranjang
“maunya deh! Udah gede juga, masih aja kayak anak mami” cibir oik. berusaha mengangkat wajahnya dan mendekatkan ke wajah cakka
CUP!! Satu kecupan mendarat di kening cakka. oik pun kembali duduk di kursi rodanya
Perlahan cakka membuka matanya  lalu bangun
“hm... makasih sayang”
Oik tersenyum
“kalau coklatnya udah habis, kamu mandi, baju kamu udah aku setrika tinggal kamu ambil di lemari” kata oik
Cakka beranjak menghampiri oik dan berjongkok dihadapan oik
“ik, kamu tahu gk apa yang gk bisa aku lupain dari kamu” tanya cakka.
Oik menggeleng
“kamu itu perhatian banget sama aku. Maaf baru saat ini aku sadar, dulu aku hanya mementingkan pekerjaanku” kata cakka, mendekat ke wajah oik dan memiringkan kepalanya untuk mengecup bibir oik
“udah sana mandi, aku mau masak dulu” balas oik menjauhkan wajah cakka dan mulai mendorong kursi rodanya menuju dapur untuk menyiapkan sarapan

****

3 minggu sudah berlalu, dalam waktu yang masih awal ini bagi oik cakka cukup adil sebagai seorang suami layaknya fahri yang pandai membagi waktunya untuk aisyah dan maria
Hari ini shilla tak ada dirumah orang tua cakka, shilla sedang kerumah ibunya karna ibunya sedang sakit cakka sengaja tak ikut dengan alasan banyak urusan, dan ia akan menjemput shilla jika ia rindu
Dan karna shilla sedang tidak dirumah, cakka pun meminta oik untuk tidur dikamarnya
Malam harinya, sepulang kerja, cakka sengaja pulang lebih awal dari biasanya
“malam sayang” sapa cakka menutup pintu lalu menghampiri oik yang sedang duduk di ranjang
“malam”
Cakka mengecup kening istrinya
“dad, aku mau kasih tau sesuatu sama kamu” kata oik. tanpa mengganti baju kerjanya, cakka segera duduk disamping oik
“apa itu”
“aku hamil! Pasti kamu gk percaya deh?” kata oik
Cakka berusaha tersenyum mendengarnya ia mengelus rambut oik
“ik, jangan terlalu larut yah, aku yakin koq suatu saat nanti kamu pasti bisa hamil lagi. Mungkin sekarang ini kamu lagi masuk angin aja seperti waktu itu”
“gk cakka, kali ini aku gk mengada-ngada lihat ini” oik menunjukkan tetspack pada cakka
Cakka terdiam
“oik hamil, bukannya dokter bilang kondisi oik tidak memungkinkan untuk bisa mengandung” batin cakka
Cakka kembali membelai rambut oik kemudian melingkarkan kedua tangannya di leher oik
“sayang mungkin tetspacknya rusak. Udah kamu istirahat yah” kata cakka lembut, tapi itu hanya membuat oik kesal
“yaudah kamu emang gitu, gk pernah percaya sama aku” kesal oik melepaskan tangan cakka lalu menarik selimutnya dan berbaring.
Cakka menatapnya
“apa oik benar-benar hamil? Sudah beberapa hari ini dia sangat sensitif sifatnya saat ini memang sama ketika dia hamil muda dulu” batin cakka
Cakka menepuk bahu oik
“ik, kamu ngambek lagi?” tanya cakka. tak ada jawaban dari oik
Cakka pun memutuskan untuk ikut berbaring di dekat oik
“sayang kamu kenapa sih?”
“bukannya aku gk mau percaya sama kamu, tapi kita periksa aja dulu yah kedokter karna aku gk mau kamu tuh kenapa-kenapa” kata cakka memeluk oik layaknya guling
Oik berpikir
“mungkin cakka benar aku terlalu larut dalam kesedihanku tanpa tangis seorang bayi” batin oik
“hm.. ik, balik kesini donk, jangan membelakangi aku kayak gitu, kayak kita musuh aja” kata cakka
“mana ada musuh satu ranjang” balas oik membalikkan badannya dan balas memeluk cakka
Cakka memegang pipi oik
“gini donk, baru istri aku, gk suka ngambek”
Oik tersenyum, terus mendekatkan wajahnya ke dada cakka hingga ia merasakan wangi tubuh cakka
“mungkin kamu benar tetspack itu rusak, atau mungkin saja itu bekas shilla jadi kita gk perlu periksa ke dokter”
“kalau itu punya shilla kenapa shilla gk bicara sama bunda”
“siapa tahu aja dia mau buat surprise”
Cakka membelai rambut oik
“jangan khawatir yah sayang, anak shilla nanti tak boleh memanggil shilla ibu”
“maksud kamu”
“yah kita pinjam saja rahim shilla untuk melahirkan anak kita. kita pinjam rahim shilla pake sistem bayi tabung”
Oik menggeleng
“aku gk mau”
“lho kenapa ik, bukannya itu yang kamu impikan selama 2 tahun ini”
“aku mau anak yang lahir dari rahimku sendiri. Karna aku gk mandul”
“yaudah kalau itu mau kamu”
Oik hanya mengangguk, lama ia berada didalam dekapan cakka ia merasakan bau yang aneh
“ng... dad kamu belum mandi yah?” tanya oik menjauhkan wajahnya dari badan cakka
Cakka menundukkan kepalanya menatap Oik
“emang kenapa?” tanya cakka balik
“parfum kamu yang wangi tiba-tiba berubah jadi racun, bikin aku gk semangat”
“emang mau semangat ngapain mi”
Oik membalikkan badannya
“udah sana mandi” suruh oik lalu memeluk guling dan menutup matanya. Cakka bangun mendekat ke telinga oik
“aku tau koq mi apa mau kamu” kata cakka
Oik mengangkat bahunya, cakka pun pergi ke kamar mandi

****

Shilla’s home
Shilla sedang duduk di samping bundanya yg berbaring di ranjang
“shilla, bunda mau Sebelum bunda pergi bunda mau lihat cucu bunda”
“bunda bicara apa sih”
“bunda mau secepatnya kamu hamil”
“bunda cakka itu gk pernah sayang sama shilla jadi untuk menarik perhatian cakka itu susah banget bun, apalagi aku lihat selama aku menikah dengan cakka, cakka semakin perhatian dengan oik”
“bunda kan pernah bilang sama kamu menikah dengan pria yang sayang sama kamu dan yang masih single”
“jadi bunda mau menyalahkan aku”
“terserah menurut kamu bunda menyalahkanmu atau tidak”
Shilla mendengus kesal lalu keluar dari kamar bundanya
“aku apain cakka coba biar dia mau?”
“masa setiap malam aku harus kasih cakka obat tidur. Kalau over dosis gimana, sama aja bohong kan”
“atau aku bawa aja cakka ke club biar dia mabuk”
Shilla tersenyum licik
“aku punya ide...”

****

Malam ini waktu sepertinya berputar lebih lama, membuat sepasang suami-istri sangat menikmati malam indah mereka
Hingga adzan subuh membangunkan sang istri
“dad, udah subuh. Ayo bangun...”
“gk mau ah mi”
“dad, aku mau mandi habis itu shalat terus nyiapin sarapan”
“masih subuh koq belum pagi. Ntar aja yah. Aku masih ngantuk, lagian bunda bisa koq siapin sarapan untuk ayah”
Sang istri pun hanya mampu menghela napas sedangkan suaminya masih nyaman memeluk istrinya dengan erat

****

Bunda cakka bangun dari tidurnya, mandi setelah itu ke ruang makan dan betapa kesalnya dia saat melihat di atas meja makan belum tersedia apapun
“OIKKKK!!!!!!!!!!!!!!” teriak bunda cakka. ayah cakka pun menghampirinya
“kenapa sih bun pagi-pagi gini udah teriak” tanya ayah cakka
“ayah gk lihat apa sekarang tuh jam berapa. Koq belum ada makanan di atas meja. Bunda tuh buru-buru ke kantor yah”
“ayah juga gitu koq bun, tapi gk usah teriak-teriak. Mungkin oik masih tidur”
“sekarang tuh udah jam 8 dan oik masih tidur, dasar menantu pemalas”
Bunda cakka baru saja berjalan menuju kamar cakka, tapi tangan ayah cakka menahan lengannya
“bun, 2 tahun terakhir ini oik yang jadi ibu rumah tangga di rumah kita, dia yang memasak, dia yang beresin rumah, dia yang nyuci, pokoknya semua pekerjaan pembantu itu oik yang kerjain dengan keadaannya itu dia tidak pernah marah-marah dengan bunda. Jadi bunda harus terima kalau kali ini oik menyerahkan pekerjaan kepada bunda, anggap saja bunda ingin menunjukkan rasa perhatian bunda pada oik seperti oik yang selalu menunjukkan perhatiannya pada bunda” kata ayah bijak
Bunda cakka sedikit tersentuh
“benar juga, kalau aku punya perasaan sebagai seorang ibu aku pasti tahu bagaimana sulitnya menjadi oik. baiklah hari ini aku ambil ahli tugasnya dia gpp telat ke kantor” batin bunda cakka
“yaudah ayah tunggu dulu bunda mau masak” kata bunda cakka lalu ke dapur

****

Oik mengangkat kepalanya tapi cakka yang tersadar bahwa orang yang berada didalam dekapannya itu bergerak segera menahan kepala oik dan mendorongnya agar tetap berbaring di tangan cakka
“mau ngapain?” tanya cakka dengan mata tertutup
“kamu gk dengar bunda neriakin aku. Aku mau bangun lah pasti bunda kesal karna aku belum nyiapin sarapan”
“udah biarin aja, bunda bisa koq bikin sarapan sendiri”
“dady nanti bunda marah ama aku”
“biar aku yang marahin bunda mi”
“dad, ini tuh udah jam 8 kamu gk mau ke kantor apa”
“ini hari sabtu. Libur untuk bos”
“tumben, biasanya sekalipun hari sabtu kamu tetap di kantor mengurus proyekmu itu” terdengar nada kesal keluar dari mulut oik. cakka pun membuka matanya, menatap mata oik dengan tatapannya, membuat oik terdiam
“mi, aku mohon jangan ungkit masa lalu kita. Aku tahu aku salah karna selama kamu harus terapi aku gk bisa ada untuk kamu, aku selalu ngebiarin kamu ke rumah sakit sendirian, aku jarang mau tidur ama kamu. Maaf ik, tapi sekarang aku tuh sadar, gk ada yang lain di hati aku selain kamu”
Cakka mendekatkan wajahnya, semakin mendekat, dekat dan...

“kamu sadar saat bunda menyuruhmu untuk memaduku” balas oik
“kamu sendiri kenapa menerima permintaan bunda”
“karna aku mau lihat seberapa besar sayangmu ke aku, aku mau nguji kamu, apa benar demi seorang anak kamu rela meninggalkan istri yang kamu cintai. Aku mau lihat apa demi keturunan kamu rela mencampakkan istrimu dan aku mau lihat kamu akan memilih berdasarkan nuranimu atau ego mu” kata oik melepas pelukannya dan berbalik membelakangi cakka
Cakka tertegun mendengar pengakuan oik
“jadi selama ini aku menikah dengan shilla tanpa restu dari kamu ik?” tanya cakka
Oik diam lalu bangun dan mengambil bajunya yang ada di tepi ranjang, setelah itu ia berusaha meraih kursi rodanya
Cakka juga bangun, menahan lengan oik
“mi, maafin aku” mohon cakka, oik menghempaskan tangan cakka
“mi jangan diam kayak gini dunk” kata cakka. oik menghela napas
“aku mau mandi cakka, karna kamu bilang hari ini kamu mau libur, maka kamu harus nemenin aku terapi” kata oik sepertinya hatinya sudah mulai luluh
Cakka tersenyum, lalu mengangguk
“iya, aku pasti nemenin kamu” kata cakka lalu turun dari ranjang dan mengambil kursi roda oik lalu membantu oik duduk di kursinya setelah itu ia mendorong oik ke kamar mandi
“mau aku mandiin” tanya cakka. oik menatapnya sinis
“hehehe peace sayang” cakka mengacungkan jari tengah dan jari telunjuknya membentuk huruf V

****

Siang harinya setelah mengantarkan oik terapi, cakka memilih duduk di ruang keluarga
“jadi aku harus ngapain? Cerain shilla atau dilema kayak gini” batin cakka
“sayang, kapan kamu mau jemput shilla” seseorang menghampiri cakka
“bunda? Dia belum nelpon mau jemput bun, takutnya kalau aku pergi tanpa di telpon ama dia bundanya shilla malah ngira aku ngebatasi shilla untuk bertemu dengan keluarganya” balas cakka
“hm.. kamu kan bisa tinggal disana sampai ibu mertuamu pulih”
“tapi disini ada oik, dia pasti ngebutuhin aku”
Bunda cakka duduk disampingnya
“tujuan bunda menikahkanmu dengan shilla agar supaya kamu memiliki keturunan, jadi mau tidak mau kamu harus melupakan oik dan menyayangi shilla”
“bun, oik itu istri aku juga bun”
“tapi dia gk bisa ngasih kamu anak”
“bukan gk bisa bun, tapi belum. Bunda terlalu terburu-buru hingga bunda gk sabar nunggu tangisan bayi di rumah ini. Coba aja dulu bunda gk nyuruh oik ke jogja pasti sekarang bunda udah bisa main ama anaknya cakka” kesal cakka lalu pergi ke kamarnya
“oik lagi, oik lagi” bunda cakka geleng-geleng kepala

****

Cakka menjatuhkan tubuhnya ke ranjang, oik yang duduk di balkon kamarnya pun masuk mengampiri cakka
“kamu kenapa, koq muka di lipet kayak gitu?” tanya oik
Cakka bangun melipat kedua tangannya dibelakang kepalanya
“sebel deh, lihat bunda kerjaannya ngomel mulu, semua permintaannya udah diturutin masih aja ngomel”
“mungkin ada satu permintaan bunda yang belum kamu wujudkan”
“apa?”
“melupakan aku”
Cakka turun dari ranjang dan duduk berjongkok di hadapan oik
“apapun yang terjadi aku gk akan lupain kamu biar bagaimana pun kamu pernah mengandung anakku”
Oik tersenyum
“kau masih ingat?” tanya oik
Cakka mengangguk
“tentu saja, mana mungkin kesibukanku harus menghapus kejadian itu”
Oik menunduk mengelus perutnya
“maaf aku tak bisa menjaganya” lirih oik
Cakka memegang kedua bahu oik
“ini salah aku, andai pernah aku melarangmu untuk pergi, pasti anak kita sudah besar”
Butiran yang menyerupai kristal jatuh membasahi kaki oik. cakka pun mengangkat wajah oik
“kenapa nangis?”
“huhuhu... kalau saja kata bunda itu benar, kalau saja aku benar-benar gk bisa hamil,  apa harus aku pergi dari kamu” oik menangis, cakka memeluknya
“jangan dengarkan apa yang bunda ucapkan, bunda itu hanya gengsi mengakui kamu sebagai menantunya, aku yakin sekarang ini bunda udah mulai suka sama kamu” cakka mengelus punggung oik
“jangan putus asa yah ik, percaya kamu bisa buat bunda mencampakkan shilla”
Oik hanya mengangguk kecil

****

Sore harinya
Cakka mengajak oik ke taman kota
“udah lama yah kita gk kesini” kata oik
“iya, jadi kangen waktu kamu masih berjalan, kita lari-larian, ngelukis bareng, dan masih banyak lagi hal indah yang kita lakukan di taman ini”
Oik hanya mengangguk
“eh ik mau belajar jalan disini gk”
“boleh”
Cakka membantu oik berdiri
“pelan-pelan yah” kata cakka
“sip” balas oik
Oik menginjakkan kakinya ke tanah secara perlahan dan di bantu oleh cakka
“kamu bisa tahan?” tanya cakka melepas satu tangannya dari bahu oik
“aku coba” balas oik merentangkan kedua tangannya, perlahan cakka melepaskan satu lagi tangannya dari bahu oik dan oik mampu berdiri
“1...2...3...4...” cakka mulai berjalan mundur dan membiarkan oik berusaha melangkahkan kakinya
“aku bisa” gumam oik
“ayo ik sedikit lagi”
“aw..” oik terjatuh dan untung saja cakka dengan sigap menangkapnya
“hehehe maaf” mohon oik di selingi dengan cengirannya
“itu awal, sekalipun gk dirumah sakit kamu juga bisa terapi kayak gini kan”
“bukannya aku mau ungkit masa lalu yah, tapi aku yakin kalau dulu setiap sore pas weekend aku ke taman ini untuk latihan berjalan pasti sekarang ini aku udah bisa jalan lagi”
Cakka membantu oik bangun dan membantunya duduk di kursi rodanya
“iya iya aku tahu pasti kamu menyindir aku lagi. Maafin aku yah”
“gpp koq, lagian selama aku lumpuh kamu ada koq untuk nemenin aku terapi walaupun itu jarang, tapi seenggaknya kamu udah lakuin tugasmu dengan baik. Lagipula aku harus bersyukur kalau bukan kamu yang mati-matian berkerja aku gk mungkin bisa terapi setiap minggu”
“makasih udah mau mengerti”

****

1 minggu berlalu, tanpa di jemput shilla kembali ke rumah cakka
“shilla pulang bunda” teriak shilla menjatuhkan dirinya ke sofa
“rumah koq sepi banget” batinnya, melirik jam tangannya
“ini kan udah jam pulang kerja”
“oh iya si lumpuh itu kemana lagi”
“OIK!!!” teriak shilla. tapi tak ada yang menggubrisnya
“kemana sih orang itu” shilla pun ngedumel
“OIK!” teriak shilla lagi
“iya shilla ada apa?” tanya seseorang di belakang shilla. shilla berbalik
“eh lelet banget sih kamu, diteriakin dari tadi juga”
“maaf tadi aku di dapur, nyiapin makam malam buat yang lain”
“sekarang udah selesai kan”
“iya”
“ok kalau gitu buatkan aku orange jus, gulanya jangan terlalu banyak, es batunya juga jangan terlalu banyak, ingat jeruk asli jangan sirup. Paham!” tanya shilla
“iya”
“aku tunggu di kamar aku” kata shilla lalu berjalan ke kamar cakka
“apa dia berani seperti itu didepan cakka” batin oik, memutar balik kursi rodanya ke dapur

****

Shilla menata kamarnya, ia ingin membuat malam ini yang dipikirkan cakka hanyalah dirinya. Dua botol bir beserta dua buah gelas sudah tersedia di atas sofa didepan tv. Shilla mengeluarkan baju yang baru saja ia beli
“hm... aku yakin cakka akan terpesona, apalagi kalau aku bisa melayaninya dengan baik jika ia kelelahan nanti” gumam shilla
Tok…tok…tok…
“siapa” tanya shilla
“aku oik, ini orange jus kamu” kata oik. shilla berjalan ke arah pintu, membuka pintu lalu meraih orange jusnya
Ia pun meneguknya dan
BRUSH!!! Shilla menyemprotkan orange jus itu ke wajah oik lalu meletakkan gelasnya ke nampan yang dipangku oleh oik. Oik mengeluarkan sapu tangannya dan membersihkan wajahnya
“oik, ini tuh pahit banget. Emang kamu kasih apaan ke orange jus aku” bentak shilla
“SIALAN” batin oik
“itu sesuai dengan permintaan kamu shil, gula yang sedikit”
“tapi gk gini juga. Dasar oon! Pantas aja bunda gk mau kamu nikah ama cakka. udah mandul OON lagi”
“shilla dengar yah aku gk mandul” teriak oik, berbalik dan mendorong kursinya lebih cepat ke arah dapur
“aku gk mandul, aku bisa hamil. Tetspack itu gk rusak, itu asli milik aku. Aku… aku… huhuhuhu” oik menangis tersedu

****

Malam ini cakka benar-benar lelah. Ia masuk ke kamarnya  dan dia kaget ketika melihat di sofa ada dua botol bir dan di ranjang ada baju yang sangat seksi. Selain itu wangi kamarnya lebih wangi dari biasanya
“oik mau ngapain sih. Koq pake beli bir segala” batin cakka
“oik pasti lagi mandi” lanjutnya ketika ia mendengar suara air mengalir di dalam kamar mandi. Ia pun memutuskan untuk berganti pakaian
Setelah cakka berganti pakaian seseorang pun keluar dari kamar mandi, belum sempat orang itu membalikkan badannya, cakka pun memeluknya dari belakang
“hm… sayang kamu habis mandi tujuh kembang yah. Wangi banget, gk kayak semalam”
“ih cakka gk sabaran banget sih. Aku tuh baru mandi, lagipula aku gk mandi tujuh kembang koq. udah lepasin pelukan kamu, aku mau pake baju aku dulu”
“gk usah pake baju mi, gini aja aku udah senang lihatnya. Oh iya bir itu untuk apa” kata cakka
“mami? Artinya cakka mengira kalau aku ini oik” batin shilla. shilla memang belum memiliki nama panggilan khusus dari cakka
Shilla berbalik, dan langsung mencium bibir cakka lalu melepas pelukan cakka
“sekarang aku yah yang jadi mami kamu, artinya oik udah bukan siapa-siapa kamu donk”
Cakka menjauh dari shilla, menghapus bekas bibir shilla yang baru saja sudah menciumnya
“kamu… oik mana?” tanya cakka
“mungkin dia ada kamarnya. Sayang aku kangen sama kamu, 1 minggu ini kita pisah, apa kamu gk kangen ama aku” tanya shilla
“gk, ngapain aku harus kangen sama kamu” cakka melemparkan baju shilla yang ada di ranjang
“kembali ke kamar mandi dan pakai baju kamu itu”
“sama saja bohong sayang. Kamu tadi kan bilang kalau pake handuk aja kamu udah senang”
“iya kalau kamu oik”
“kalau gitu anggap aja aku ini oik” kata shilla
Shilla melempar  bajunya kesembarang tempat dan duduk disofa depan tv, membuka salah satu botol bir dan menuangkannya ke dua gelas yang ada di sofa itu
“cakka, sini deh. Minum bareng aku”
“kamu aja. Aku ngantuk” kata cakka, naik ke ranjangnya, menarik selimutnya dan berusaha larut dalam mimpinya tapi sulit, saat ini ia ingin berada di dekat oik
“sialan aku gagal lagi! Apa benar cakka akan melakukan itu jika aku membawanya ke club” batin shilla meneguk birnya
1 jam berlalu shilla pun mabuk, ia berjalan dengan gontai ke ranjang
“hahaha cakka, sayang ayo bangun, apa kau tak ingin menemaniku menghabiskan minuman lezat itu” shilla menggoyangkan tubuh cakka. cakka menggeliat
“hm.. kamu mabuk shil. Cuci muka dulu sana baru tidur”
Shilla naik ke ranjang
“aku gk mabuk sayang, aku gpp. Aku cuman pengen, pengen nyium kamu” shilla mendekat ke cakka tapi cakka malah menjauh
“shilla kamu mabuk!” cakka mengeraskan suaranya
Shilla memencet hidung cakka
“cakka aku gk mabuk…” kata shilla lalu ia cegukan
“aku gk mau tidur ama kamu kalau kamu mabuk” cakka mengambil gulingnya lalu bangun
“cakka kamu mau kemana?” tanya shilla cakka tak menghiraukannya dan keluar dari kamarnya
“crazy girl” umpat cakka

Tak bisa ku biarkan kau tersiksa, Disisihkan cinta bertahta …

2 bulan kemudian
Shilla duduk diantara cakka dan oik yang sedang menonton tv
“cakka, aku mau makan mangga muda, tolong carikan buat aku yah” rengek shilla
“sekarang?” tanya cakka
“iya”
Oik menatap shilla
“tumben nyari mangga, biasanya juga jeruk, apel, atau makanan yang lain yang gk pernah mangga apalagi yang muda” kata oik
“aku juga gk tau, kenapa aku kepengen banget makan mangga muda” tutur shilla. cakka pun beranjak
“yaudah aku cariin di rumahnya rio dulu yah” pamit cakka
“shil kamu sering mules gk?” tanya oik
“cuman kemarin sih”
“kalau mual?” tanya oik lagi
“sekali aja itu juga semalam”
Oik terdiam
“apa shilla hamil?” batin oik
“kenapa emang ik?” tanya shilla bingung
“gpp koq. nanya aja”
“ough…”

****

Tok…tok…tok… seseorang mengetuk pintu kamar cakka, cakka berdiri untuk membukanya
“boleh mami bicara sebentar” tanya seseorang yang sedang duduk di kursi rodanya
“mau bicara apa?” tanya cakka
“kita bicarain di luar yuk”
Cakka mengangguk, memutar kursi roda oik lalu mendorongnya menuju ruang tamu
Sampai di ruang tamu cakka duduk di depan oik
“jadi mami mau bicara apa”
“kalau menurut mami nih yah, kayaknya shilla hamil deh” kata oik. membuat cakka terbelalak
“ah jangan sotoy deh mi”
“bukannya sotoy dad tapi gejala yang di alami shilla tuh persis kayak mami dulu waktu lagi hamil”
“udah jangan bikin kesimpulan sendiri dulu mi, siapa tau aja shilla masuk angin”
“yaudah besok kamu bawa shilla ke rumah sakit”
“mami gk ikut?”
“ngapain? Kalau mami ikut pasti ngerepotin aja”
“klau gitu dady antar ke kamar yah” kata cakka berdiri  lalu mendorong kursi oik menuju kamar tamu yang sekarang jadi kamarnya

****

Keesokan paginya cakka mengantar shilla ke rumah sakit, dan seperti biasa oik menjaga rumah
“kalau saja memang benar shilla hamil, apa bunda akan mengusirku dari rumah ini” batin oik
“sudahlah, kalau shilla hamil dan bunda mengusirku, aku bisa ke rumah ify lagipula rio orangnya welcome koq” lanjutnya, menutup lukisannya dengan sebuah kain putih lalu memutar kursi rodanya, baru saja ia ingin mendorong kursi rodanya tiba-tiba perutnya melilit
“Aw…” rintihnya sambil memegangi perutnya, lalu ia merasa mual, ia meletakkan satu tangannya di mulutnya dan satu tangannya lagi mendorong kursi rodanya menuju kamar mandi
“huekk…huekk…huekk…”
“kenapa setiap cakka dan shilla pergi berdua aku selalu seperti ini” batin oik

****

Cakka dan shilla pulang dari rumah sakit, dan wajah shilla terlihat lesuh. Oik menghampiri cakka dan shilla
“kenapa dengan shilla?”
“dia kecewa”
“kecewa?” tanya oik tak mengerti
“yah benar apa yang kukatakan dia tidak hamil, bahkan tidak masuk angin”
“lalu kenapa dia mual, dan ngidam makan mangga muda”
“nah  itu dia yang bikin dokter heran, gk hamil ataupun masuk angin, bahkan kata dokter shilla itu…”
“shilla itu kenapa dad?”
“shilla MANDUL”
Oik tertegun ia ingat beberapa bulan yang lalu shilla mengumpatnya tentang hal itu
“eh tapi aku juga aneh melihat kamu?” kata cakka. oik menatap tubuhnya mulai dari atas sampai bawah
“kenapa dengan aku”
“kau terlihat gendut”
“yah aku juga merasa seperti itu, apalagi akhir-akhir ini makanku lebih banyak dari biasanya”
“dasar! Kalau gendut kamu terlihat jelek lho”
“gpp, kan sekarang aku udah bukan gadis lagi wajar donk kalau gendut. Oh iya hari ini kamu gk ke kantor”
“gk, tadi udah izin sehari”
“ough…”
“yaudah kalau gitu kamu tenangin shilla dulu sana” perintah oik. cakka mengangguk lalu masuk ke kamarnya

****

Malam harinya...
Di ruang makan
“hm… dad shilla mana?” tanya oik
“lagi di kamar!” jawab cakka
“koq gk kamu panggil untuk makan sih sayang?” tanya bunda cakka
“dianya gk mau bun” balas cakka
Oik meneguk air putihnya
“aku coba bujuk dia dulu yah, dad, bun” kata oik lalu mendorong kursi rodanya menuju kamar cakka
Sesampai disana pintu kamar dibiarkan terbuka oik pun masuk, menghampiri shilla yang duduk di ranjang
“shil, koq kamu gk makan sih?” tanya oik
“aku gk lapar ik” balas shilla dengan suara parau
“daritadi pagi lho kamu gk makan”
“gk penting ik, mau makan atau gk kan cuman aku yang menderita kalau aku gk makan”
“lho shil koq kamu bilang gitu sih”
Shilla menatap oik sinis lalu menghampiri oik
“aku dengar dari cakka klau 2 tahun yg lalu kamu sempat hamil. Bagaimana rasanya”
“aku juga gk terlalu ngerasain soalnya aku tahu bahwa aku hamil saat aku keguguran”
Shilla tersenyum sinis
“kamu pernah ngerasain itu ik, tapi aku gk! Semua karna kamu, kamu ik. Aku yakin kamu pasti iri denganku kan jadi kamu berdoa tiap malam agar aku mandul agar bunda mengusirku dari rumah ini”
oik menggeleng
“shilla untuk apa aku ngelakuin itu, gk ada untungnya untuk aku”
“kamu itu munafik ik”
Shilla mencekik oik
“ng… shil lepasin tangan kamu hhh” oik memegangi kedua lengan shilla
“gk akan sebelum kamu pergi dari dunia ini”
“shilla lepasin aku” oik meronta, tapi tetap saja shilla lebih kuat darinya
Oik mencoba untuk berdiri walaupun mustahil baginya
“shi.. la lepasin aku”
Saat oik sudah berdiri shilla melepas tangannya lalu menjatuhkan dirinya, agar seolah-olah oik yang menjatuhkan
“aw... cakka tolong aku...aw” teriak shilla. oik tampak panik
“shilla kamu koq jadi gini sih”
“aku kayak gini karna kamu ik”
Oik memegang pegangan kursi rodanya agar dia bisa berdiri tegak
“astaga shilla! kamu kenapa sayang?” tanya bunda cakka. oik menoleh
“bunda? Tamat riwayatku” batin oik
“itu bun, oik, dia maksa aku untuk makan padahal aku kan gk lapar bunda” adu shilla manja lalu berusaha berdiri
“gk bun, shilla bohong, oik gk ngapa-ngapain dia koq bunda”
“dasar kamu yah!” ibunda cakka menarik rambut oik
“aw… bunda…”
“selama ini aku memang tidak setuju kamu menikah dengan cakka karna aku tahu kau itu bukan wanita yang baik. pergi kamu dari rumah ini!!!” usir bunda cakka sambil mendorong oik, jelas saja oik terjatuh ke lantai sebelum benar-benar jatuh ia sempat menyambar kursi rodanya (?)
“aw…” rintih oik sambil memegangi perutnya. Sedetik kemudian darah segar mengalir dikakinya. Membuat ibu mertuanya berserta shilla gemetar
“aw... bunda tolo.ngin aku” mohon oik terus meremas perutnya
“oik kamu kenapa?” tanya bunda cakka dan shilla
“ada apa sih ini?” tanya cakka yang baru saja tiba di kamar (?)
“oik! kamu kenapa sayang?” tanya cakka menghampiri oik
Oik menggeleng
“perut aku… aw...” oik sudah tdk mampu berkata-kata lagi ia hanya mampu meringis kesakitan
“cakka cepat bawa oik ke rumah sakit!” perintah ayah cakka
Cakka menyodorkan punggunnya pada oik, oik pun naik dan salah satu tangannya masih setia memegangi perutnya
Cakka menatap sinis ke arah bundanya dan shilla
“kalau terjadi sesuatu pada oik. aku gk akan maafin kalian berdua” kata cakka, lalu keluar

Ku katakan padamu tempatmu di hati, Cintaku membuatmu utuh

Dokter mempersilahkan cakka duduk,
“jadi dok bagaimana keadaan istriku?” tanya cakka
Dokter itu tersenyum
“syukurlah kamu dengan cepat membawa istrimu ke rumah sakit, karna terlambat 5 menit saja, kami sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi dengan bayinya” jelas dokter tersebut tapi cakka merasa aneh ketika dokter menyebutkan kata ‘bayinya’
“maksud dokter?” tanya cakka bingung
“tadi itu istrimu pendaharan untung saja pendarahannya tidak berlangsung lama jadi kami masih bisa menanganinya dengan baik”
“aduh dok, aku tuh masih bingung dengan apa yang dokter ucapkan. Bayi lah… pendarahan lah… jadi sebenarnya istri aku itu kenapa sih dok” tanya cakka
Dokter tersebut geleng-geleng kepala
“kamu ini bagaimana. Istri kamu itu sedang hamil, didalam perutnya itu ada seorang bayi, anak kamu”
Cakka ternganga
“apa? Istri aku hamil dok? Dokter gk becanda kan”
“cakka...cakka... untuk apa aku bercanda” kata dokter itu. Dokter itu adalah dokter keluarga cakka
Cakka tersenyum
“oik hamil dok?” ulang cakka
Dokter tersebut mengangguk.
“ini baru hamil, berarti istri kamu yang satu lagi ngidam”
“maksud dokter?”
“mungkin saja antara oik dan shilla ada kontak batin jadi saat oik hamil bukan dia ataupun kamu yang ngidam melainkan shilla”
“koq bisa sih. Shilla yang ngidam tapi oik yang hamil kan bayinya ada di dalam rahim oik”
“mungkin ini adalah keajaiban. Tuhan gk mau membenani oik dengan segala macam permintaan aneh anaknya”
“tapi tetap saja yang repot aku dok”
“hahaha itu memang sudah menjadi kewajiban seorang suami”
“oh iya bagaimana dengan kondisi oik? apa dia masih lumpuh?”
“iya... tapi dia dalam masa terapi koq”
“sebaiknya kamu lebih rutin untuk membawa oik terapi, minimal 3 kali seminggu karna ibu hamil itu harus banyak berjalan bukan duduk. Tapi kenapa penyembuhan oik terbilang lambat padahal kelumpuhan  yang di alami oik itu dalam satu tahun biasanya bisa sembuh”
“iya dok ini salahku setahun terakhir ini aku tidak punya waktu untuk oik”
“kalau begitu mulai sekarang temani dia untuk terapi”
Cakka mengangguk lalu berdiri
Cakka keluar dari ruangan Dr. Rendra dan pergi ke ruangan dimana oik berada
“MAMI...” seru cakka berlari ke arah oik lalu memeluknya
“ng... dad, kamu kenapa?”
Cakka melepas pelukannya lalu memegang kedua bahu oik dan menatap oik
“makasih” kata cakka diselingi dengan senyuman indahnya
“makasih? harusnya kamu nanya sama aku, gimana keadaan aku sekarang? Apa aku udah gpp? Bukan bilang makasih!” kesal oik
“hei jangan ngambek nanti anaknya suka ngambek lho” kata cakka
“apa sih, anak? Emang aku lagi hamil apa”
Cakka tersenyum lalu mengangguk
“kamu emang lagi hamil sayang” kata cakka. membuat mata oik membulat
“serius!!” tanya oik
“iya, aku serius. Dokter rendra yang kasih tau aku”
“Kalau aku hamil koq aku gk ngerasa aneh kayak waktu aku hamil muda”
“dokter rendra bilang mungkin saja apa yang dialami shilla itu tanda-tandanya”
“ng… koq shilla sih”
“aku gk tahu”
“aduh dady jangan becanda deh ama aku”
“astaga mami aku seriusan, kalau gk percaya aku panggilin dokter rendra yah”
Cakka baru saja ingin berbalik tapi oik menahan lengannya
“kamu gk bohong dan gk cuman mau nyenengin perasaan aku kan”
Cakka menatap oik
“apa di wajahku ada raut kebohongan”
Oik menggeleng lalu tersenyum dan memeluk cakka, cakka membalas pelukannya
“aku beneran hamil!”
“iya oik”
Oik mengelus perutnya
“aku janji cakka kali ini aku akan menjaganya” kata oik
“aku juga janji akan menjaga ibunya”

****

“assalamu alaikum” cakka masuk kerumah tentu saja dengan posisi ia mengendong oik karna ia tak membawa kursi roda oik
“walaikum salam” balas ayah dan bunda cakka. cakka pun berjalan ke sofa dan menaruh (?) oik dikursi
“bagaimana keadaan oik. dia gpp kan?” tanya ayah cakka
Cakka mengangguk dan tersenyum
“malah sekarang ini dia lagi isi”
“maksud kamu?” tanya ayah Dan bunda cakka
“hm... 6 bulan yg akan datang ayah dan bunda akan menjadi opa dan oma dan beberapa menit yang lalu bunda hampir saja membunuhnya... lagi”
Bunda cakka terdiam
“oik hamil, itu artinya mau tidak mau aku harus menerima anaknya sebagai cucuku” batin bunda cakka
Sedangkan shilla sendiri yang sengaja menguping di balik tembok
“apa? Oik hamil? Apa bunda akan berubah pikiran? Tidak itu tidak boleh terjadi, aku harus cari cara agar oik kehilangan bayinya” batin shilla
“sudahlah, mungkin hasil pemeriksaannya tertukar dengan milik orang lain” kata bunda cakka lalu beranjak
Cakka kesal ia pun berdiri
“bunda, apa sih sebenarnya yang bunda inginkan, menikah dengan shilla, sudah. Memberi bunda seorang cucu, tak lama lagi akan terwujud. Cara apa lagi sih yang harus aku lakukan supaya bunda tuh mau restuin aku dan oik juga nerima oik sebagai menantu bunda”
Bunda cakka berhenti lalu berbalik
“cakka dengar dari awal bunda sudah bilang bunda tidak akan merestui hubungan kalian. Kenapa? I. Oik itu gk sederajat dengan kita, II. Dia hanya lulusan seni bukan management atau arsitektur seperti yang bunda inginkan, III. Perusahaan oik tidak seluas perusahaan kita, dan lagi sekarang perusahaan ramadlani sudah menghilang dikalangan pengusaha-pengusaha kaya, dan yang IV dia berbeda dengan shilla, shilla lebih segalanya dari dia” jelas bunda cakka. membuat mata oik berkaca-kaca
“andai saja kursi rodaku ada disini aku ingin pergi dari tempat ini” batin oik terus menunduk
PLAKK!!! Satu tamparan mendarat di pipi bunda cakka. bunda cakka memegangi pipinya lalu menatap ayah
“JAGA OMONGAN BUNDA!! Mungkin oik memang lulusan seni tapi karya seninya bahkan lebih bagus dari proyek yang dikerjakan shilla. bunda kalau bukan oik selama ini yang nyiapin sarapan, beresin rumah, ayah yakin bunda gk bisa shopping, bunda gk bisa mengatur pekerjaan di kantor. Tapi lihat dua tahun terakhir ini oik yang selalu perhatikan bunda walaupun bunda mencampakkannya sedangkan shilla, apa pernah dia menyiapkan makanan spesial untuk bunda bahkan menyentuh dapur saja tidak pernah. Apa seperti itu menantu yang bunda cari?”
“arrgghhh... bunda gk tau” kesal bunda cakka lalu masuk ke kamarnya.
Cakka menghampiri oik lalu mengelus pundaknya
“ik kalau kamu sedih bayimu juga pasti sedih”
“iya ik, kamu tidak perlu mendengar perkataan bunda kamu tadi” tambah ayah cakka
Oik hanya mengangguk
“kka, kamu antar oik ke kamarnya”
“baik, ayah”
“ayo ik, aku bantuin kamu jalan. Soalnya kursi rodamu gk tau kemana”
Cakka membantu oik berjalan ke kamarnya
“ik” panggil cakka saat oik sudah duduk di ranjang
Oik menghapus sisa air matanya lalu mendongak
“iya” balas oik berusaha tersenyum
Cakka memegang kedua pipi oik
“gini dunk, baru istri aku”
“dad dua bulan yg lalu aku gk bohongkan bahwa aku hamil”
“iya maaf aku gk percaya ama kamu”
“gpp koq yang penting sekarang kamu udah tahu”
Cakka tersenyum lalu mengecup kening oik
“hm... kayaknya yang disini marah deh karna gk dicium juga” kata oik sambil memegangi perutnya
Cakka menundukkan kepalanya lalu mengecup perut oik
“sekarang gk lagi” balas cakka lalu duduk disamping oik
“dad”
“iya”
“sekalipun aku lagi hamil, kamu gk boleh acuhkan shilla”
“kenapa?”
“shilla juga kan istri kamu”
“ik, sebenarnya ada peraturannya, kalau shilla bisa hamil dia akan jadi istri aku untuk selamanya tapi kalau dia gk bisa hamil, dia akan diceraikan”
“jadi...?”
“kamu taulah gimana sifat bunda”
“kasihan shilla”
“mami, tadi itu shilla hampir saja ingin membunuh bayi kita, kamu masih aja baik ama dia”
“yah gk selamanya kan kejahatan di balas kejahatan”
“iya ik tapi kalau shilla ngelakuin sesuatu yang buruk agar bayi kita gk bertahan lama, kamu mau apa coba?”
“kalau gitu kamu doa supaya bayi kita tuh dijaga ama tuhan”
Cakka merangkul oik
“sip sayang”
“semoga ini bertahan lama, aku gk mau kejadian dua tahun yang lalu kembali kualami”
“aku sayang sama kamu ik” bisik cakka
Oik memeluk pinggang cakka, menyandarkan kepalanya di bahu cakka
“aku juga” balas oik

****

5 bulan kemudian...
Shilla sudah sering kali menjalankan niat jahatnya tapi sering kali juga niat jahatnya itu gagal. Kali ini tuhan berkehendak lain, ia mempertahankan bayi yang ada didalam rahim oik membuat shilla semakin getir dan khawatir kalau saja bayi itu lahir dan dia pun di usir dari rumah itu
“bunda, bentar lagi oik mau ngelahirin, jadi gimana dengan shilla?” tanya cakka
“mana bunda tahu” jawab bunda cakka datar
“lho bunda ini gimana sih. Kan bunda sendiri yang bilang kalau shilla gk bisa hamil dia bisa aku ceraikan. Apalagi sekarang ini shilla udah dinyatakan mandul oleh dokter”
“aduh, Cakka! bunda terserah kamu aja deh. Bunda pusing bicara sama kamu”
Bunda cakka berlalu
“up to me? Ok Fine!” balas cakka, lalu masuk ke kamarnya
Sesampai dikamar, ternyata oik sedang berlatih berjalan, sebenarnya ia sudah mampu berjalan hanya saja ia tidak kuat berjalan dengan beban di perutnya itu
“sayang kamu ngapain?” tanya cakka, oik berbalik menatapnya lalu duduk di ranjang, cakka menghampiri oik dan duduk disampingnya
“aku tetap aja gk kuat bawa beban ini dad, berat!” keluh oik
“mungkin karna baru 2 bulan ini kamu sanggup berjalan jadi kamu belum terbiasa lagi membawa beban berat”
Oik menyandarkan kepalanya di bahu cakka
“dad”
“apa?”
“masih lama gk aku bawa bayi ini? Aku udah gk kuat!”
Cakka mengelus rambut oik
“sabar yah, tanggung tinggal 30 hari lagi mam”
Oik menghela napasnya, sedangkan cakka mengelus perutnya
“kamu gk boleh putus asa, bayi ini adalah bayi yang kita tunggu selama 2 tahun”
“iya aku tahu itu, hm… dad kan tinggal nunggu 30 puluh hari lagi suara tangisan baby akan terdengar disini, gimana kalau besok kita pergi beli perlengkapan bayi”
“boleh tapi USG aja dulu, soalnya aku mau tahu anak kita itu cewe/cowo”
“iya terserah kamu deh”

****

20 agustus 2013... di salah satu ruang bersalin rumah sakit elit di jakarta seorang bayi baru saja terlahir ke dunia ini
“mam” panggil cakka, tapi oik tak bergeming
“dia sedang tidur kka. Mungkin dia lelah” balas seorang wanita yang sedang duduk disamping oik
“dia memang sangat manja, hm... thanks dah mau datang”
“biar gimanapun itu juga anakku”
“tapi shil sorry kalau suatu hari nanti aku mengambil keputusan yang bisa membuatmu hancur”
“gk masalah aku terima itu, lagipula memang aku koq yang salah, merebut suami orang”
“baguslah kalau kamu mengerti”
Kali ini shilla sudah benar-benar berubah melihat wajah bayi mungil cakka membuatnya tersadar atas segala kesalahannya pada oik selama ini
“wajahnya mirip denganmu kka, hidungnya, matanya, kecuali bibirnya yang lebih mengarah ke oik” kata shilla. cakka hanya bisa tersenyum
“oh iya kka kalau boleh tau namanya siapa”
“namanya Eka Anugrah Pratama Nuraga, panggilannya Nugie”
“nama yang indah kka”
Oik menggeliat, cakka dan shilla menatapnya
“lihat dia seperti anak bayi saja” kata cakka
Shilla hanya tersenyum simpul
“hm... kka aku permisi dulu yah, di kantor masih banyak pekerjaan”
Cakka mengangguk
“iya kamu hati-hati yah”
“ok” shilla beranjak lalu keluar, cakka duduk disamping oik, menggoyangkan badannya
“mi, ayo bangun, nugie nangis tuh” bohong cakka, oik tahu itu tapi ia mencoba membuka matanya
“dad, aku masih capek tau gk dari semalam tuh aku gk tidur gara-gara sakit yang aku rasain kirain bayinya udah mau keluar eh ternyata baru tadi pagi, jadi aku begadang semalaman menahan sakit dan saat ini aku ingin istirahat, jadi tolong dad jangan ganggu aku” gumam oik dengan nada berat
Cakka mengerti, ia pun megelus bahu oik
“kayaknya kamu beneran capek deh, yaudah istirahat, tapi kalau nugie nangis aku harus bangunin kamu yah”
“hm...”
Cakka menggelengkan kepalanya

****

2 tahun kemudian
Sampai saat ini cakka belum mengeluarkan talak untuk shilla, cakka merasa berat untuk mengucapkan itu dan pergi ke pengadilan untuk mengurus surat cerainya dengan shilla apalagi dengan kondisi shilla saat ini. Saat ini shilla sedang mengidap penyakit kanker perut, Kanker Perut, penyakit yang langkah bahkan baru pertama kali ada di Indonesia dan karna oik orangnya gk tegaan jadi dia melarang cakka untuk menceraikan shilla
“ik” panggil shilla, oik menoleh
“ada apa?” tanya oik
“kamu lagi ngapain” tanya balik shilla
“nih lagi mau buatin nugie susu” jawab oik
“biar aku aja yah, kamu ke kamar aja, siapa tahu aja nanti nugie nangis terus kamu gk ada disampingnya” tawar shilla
Oik berpikir lalu tersenyum
“yaudah, kamu tahu kan takarannya”
Shilla mengangguk
“iya kamu tenang aja”
Oik menyerahkan botol dot yang baru saja ia cuci pada shilla
“aku ke kamar dulu yah”
Shilla mengangguk lagi, oik pun pergi ke kamarnya
Sesampai dikamarnya dengan langkah pelan oik berjalan ke keranjang bayi disana bayinya sedang tertidur pulas
“bunda kasihan lihat mama shilla, dia udah mandul kena penyakit kanker perut pula”
“mungkin itu karma ik” seseorang memeluk perutnya dari belakang
“katanya mau pulang jam 7 padahal sekarang udah jam 8.30” kesal oik
“jalanan macet mi” balasnya                                                                                    
“macet mulu dari 3 bulan yang lalu”
“yah mami kayak gk tau aja jakarta kayak gimana”
“tapi kan bisa kamu pulang sebelum jam 7”
“iya deh janji besok gk akan telat lagi”
Cakka melepas pelukannya lalu menatap nugie
“malam sayang” baru saja cakka menunduk untuk mencium nugie tapi oik menahannya
“eh gk boleh! Kamu baru aja pulang kerja, masih bau keringat, sana mandi dulu lagipula nugienya udah tidur kalau kamu cium pasti dia bangun”
Cakka pun kembali menegakkan badannya lalu menatap oik
“ih bawel banget sih.. yaudah kalau nugienya gk boleh maminya ada deh” kata cakka lalu mengecup pipi oik dan berlari ke kamar mandi
“hm... Dady kamu bau” balas oik
“biarin mi” teriak cakka
“oik” panggil shilla, oik menoleh
“eh... susunya udah siap yah”
“iyalah, nih”
“thanks”
“ok!”
“hm... nugie nyenyak banget tidurnya”
“iya, tadi siang dia main mulu ama bunda”
“cakka udah pulang?” tanya shilla menoleh ke arah kamar mandi
“iya, kenapa? Mau bicara sesuatu dengan dia?” tanya oik
Shilla tersenyum lalu menggeleng
“gk koq, aku ke kamar dulu yah, mau istirahat”
“sip, istirahat yang banyak yah shil”
“ok!”

****

Hari terus berlalu, nugie juga semakin dewasa, dan shilla, kondisinya juga semakin parah. apalagi dia tidak mau di operasi, dia berpikir sama dengan cakka, itu adalah karma untuknya, karma atas semua kejahatannya terhadap oik selama ini, jadi dia hanya pasrah menunggu sampai kematian datang menjemputnya, ia rasa jika ia pergi maka tak ada batu penghalang bagi oik dan cakka.
“shil, aku titip nugie yah, aku ke minimarket sebentar” pamit oik
“iya, kamu tenang aja nugie bakal aman sama aku koq” kata shilla
“yaudah aku berangkat yah” oik membuka pintu mobil
“kamu hati-hati” pesan shilla
Oik hanya mengangguk lalu masuk ke mobil, setelah mobil oik menghilang dari pandangannya, shilla kembali ke kamar

****

Sedang asyik bermain dengan nugie, shilla merasakan ada yang aneh dengan perutnya, rasa sakit yang begitu menyiksa, membuatnya harus meremas perutnya
“mama tenapa?” tanya nugie yang melihat shilla sudah berkeringat dingin
“mama gpp koq sayang, kamu main aja lagi” balas shilla
“mama takit ya?”
“gk koq sayang”
“nugi main agy ya”
Shilla hanya mampu mengangguk. Tak lama kemudian bel berbunyi, shilla mencoba untuk berdiri
“nugie kamu tunggu disini sebentar yah mama bukain pintu dulu” pesan shilla, nugie mengangguk
Dengan langkah berat shilla berjalan ke arah pintu, membukakan pintu untuk tamu
“shilla kamu kenapa?” tanya oik panik lalu menjatuhkan belanjaannya dan segera membopong shilla ke kamar, setelah itu ia menelpon cakka, dan dalam hitungan detik shilla sudah tidak sadarkan diri
“shil, ayo bangun” mohon oik
“mami, mama cila tenapa?” tanya nugie yang sekarang berdiri disamping oik
Oik menunduk menatap nugie
“mama shilla lagi sakit” balas oik. nugie hanya mengangguk
“Dady pulang” sahut seseorang dari ambang  pintu, nugie berbalik lalu berlari ke arahnya
“Dady…” teriak nugie. Cakka memeluk nugie lalu menggendong nugie
“hm... anak Dady tambah hari tambah pintar aja” kata cakka lalu menghampiri oik
“gimana keadaan shilla?” tanya cakka
“buruk, dia pingsan kayaknya harus di bawa ke rumah sakit” balas oik
“sini nugie, biar kamu yang gendong shilla ke mobil” kata oik
“sini sayang mami yang gendong” oik mengambil ahli nugie dari cakka
“aku tunggu di luar yah kka”
“iya”
Oik pun berjalan ke mobil sedangkan cakka mengangkat shilla menuju mobil

****

Sudah dari sejam yang lalu dokter menangani shilla, membuat oik semakin khawatir
“mami, mama cila tidur yah” tanya nugie
“mama shilla lagi sakit sayang, kamu berdoa yah semoga mama shilla selamat” kata oik
Cakka menatapnya
“hm... ik hati kamu itu terbuat dari apaan sih! Jadi orang baik banget, kalau di ingat-ingat kejahatan shilla dulu tuh gk sebanding ama apa yang dia dapatkan sekarang” batin cakka
“Dady” panggil nugie sambil menatap ayahnya
“apa?”
“nugie mau duduk di dicini” kata nugie sambil menunjuk paha cakka. cakka tersenyum lalu mengangkat nugie
“kamu mau di pangku yah”
Nugie hanya mengangguk
“Dady, atu mau beli mainan”
“mainan apalagi sayang, kamu kan udah punya semuanya”
“tapi atu belum punya mainan yang bica telbang cepelti tapal di langit”
“terus pesawatmu itu apa?”
“mama chilla bilang ada yang baguc itu”
“ah! Maksudnya sayang?” tanya cakka yang tak mengerti maksud nugie
“nugie bilang ada yang lebih bagus dari itu, yang bisa terbang sendiri kayak pesawat airlines” kata oik
“ough... kalau mama shilla udah sembuh, kita ke mall beli yang kayak gitu”
“acikk atu punya tapal balu”
Cakka mengacak rambut nugie
“ih kamu lucu banget sih”
Oik menatap cakka dan nugie lalu tersenyum
“aku baru nyadar ternyata mereka itu gk beda jauh” batin oik
Tak lama kemudian keluarlah seorang dokter. Cakka dan oik berdiri, tentu saja cakka menggendong nugie
“gimana dok keadaan shilla?” tanya cakka pada dokter rendra
Dokter rendra menggelengkan kepalanya
“kanker perut yang di derita shilla semakin parah, apalagi rumah sakit kami belum memiliki obat ataupun penawar untuk kanker yang diderita shilla dan kali ini kami hanya bisa pasrah”
“maksud dokter?”
“yah shilla sudah kembali kerahmatullah, maaf kami tidak bisa melakukan yang terbaik untuk kalian”
Butiran-butiran kristal pun jatuh dari pelupuk mata oik
“dokter tolong jangan bercanda”
“saya tidak bercanda oik”
“yasudah makasih dok” kata cakka. dokter rendra mengangguk lalu pergi
Cakka mengelus punggung oik
“ik udah, mungkin ini udah yang terbaik untuk kita”
“tapi kka, shilla gk harus pergi seperti ini”
“ik, yang jahat akan mendapat apa yang pernah ia lakukan, dan karna dulu shilla itu jahat sama kamu, sekarang dia mendapat balasannya, udah jangan nangis malu dilihatin ama nugie” cakka menghapus air mata oik. oik berusaha menguatkan dirinya

****

“Mi” suara nugie, membuat oik menoleh dari arah balkon kamarnya
Cakka menghampirinya
“nugie mau di gendong mami” rengek nugie
Oik menghapus sisa air matanya lalu mengambil nugie dari gendongan cakka
“kangen ama mami yah?” tanya oik. nugie hanya mengangguk
“mi, jangan kebawa sedih terus! Itu gk baik untuk kesehatan kamu. Ingat ik, waktu kamu sakit apa pernah shilla kasihan lihat kamu”
“dad, plis jangan ingat kejahatan shilla”
“kalau bukan itu, apalagi tentang shilla yang harus kita ingat. Kebaikannya? Apa dia punya kebaikan
“dady, udah deh, aku gk mau tambah pusing”
Cakka menghela napas. Lalu membelai rambut oik
“maaf yah mi, aku hanya gk mau kamu sedih terus mikirin shilla”
“tapi aku juga gk bisa kalau kamu terus-terusan marah sama shilla, shilla kan udah pergi, seenggaknya kamu bisa maafin dia”
Cakka ganti merangkul oik,
“iya, aku mengerti”
“Mami, Dady” panggil nugie. Caik pun menoleh kepada nugie
“kenapa sayang!”
“mami dady udah gk belantem kan?”
“yang bilang kalau mami sama dady berantem siapa sih sayang”
“oma”
“omamu pasti bercanda” cakka mengacak rambut nugie
“mami dady! nugie minta cecuatu!”
“apa sayang?” tanya oik
Nugie tersenyum jail
“dede. oma bilang kalau nugie punya dede, nugie punya teman main” ucapnya kemudian
Sekarang giliran cakka yang tersenyum jail pada oik. oik menggelengkan kepalanya
“kalau dady sih terserah mami” balas cakka. nugie pun memasang wajah memelas sambil menatap oik. oik membelai rambut nugie
“iya, insya allah kalau tuhan kasih”
“hole! Nugie punya dede”
“tapi dadi, nugie mau lihat gimana calanya bikin dede”
Oik menahan tawanya sedangkan cakka sendiri sudah tertawa terbahak-bahak
“hahahaha… nugie, nugie, rasa ingin tahu mu itu kelewatan”
“sayang, kalau kamu lihat dedemu gk akan jadi‼”
“tenapa”
“yah karna emang gitu”
“yaudah, acal nugie punya dede”
“iya” balas oik lalu mengecup pipi nugie
Cakka merangkul oik lalu menatap langit malam itu yang bertabur bintang
“lihat bintang yang paling terang itu ik”
“dia seolah membentuk rasi, dan rasi itu tersenyum”
“mama cila”
“iya mungkin itu shilla”

Karna ku yang bisa membuat hatimu... UTUH...

_The End_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Preman Kepentok Anak Pesantren (Cast & Sinopsis)

Cinta Preman Kepentok Anak Pesantren (Part 1)