Pengorbanan (Cerpen)
Cerita ini hanya fiktif belaka.
Jika cerita ini diluar dari normal gk usah di baca, banting aja yah :D
Maaf kalau ceritanya agak aneh dan diluar dari wajar
Yasudah selamat membaca…
****
.Bandara Soekarno-Hatta
Alvin memeluk sivia, sivia balas memeluk alvin
“vin, kamu janji kan akan kembali”
“iya via, aku pasti kembali”
Sivia melepas pelukannya, menatap alvin
“vin”
“apa?”
Sivia meraih tangan alvin, meletakkannya di perut sivia
“aku…”
“kamu kenapa?”
“aku hamil… dan ini bayi kita”
Alvin terperangah. Ia menghela napas. Kembali memeluk sivia
“aku yakin kamu gk bohong. Tapi maaf via, aku harus pergi ke amsterdam. Aku gk bisa bertanggung jawab saat ini”
“tapi bagaimana dengan…”
“gugurkan dia, belum saatnya dia terlahir di dunia ini. Aku janji saat aku kembali nanti kita akan menikah”
Sivia melepas pelukan alvin
“janji?”
“aku janji”
****
Suatu keluarga yang sangat terpandang di kota jakarta. Memiliki beberapa perusahaan industri di seluruh kota-kota besar diindonesia juga diluar indonesia. Keluarga Bpk. Excel Ramadlani & Ny. Oky Ramadlani. mereka Memiliki dua orang putri. Sivia Azisah Ramadlani dan Oik Cahya Ramadlani. Sivia dia adalah kakak oik. Bisa dibilang kehadiran sivia tidak pernah dinginkan oleh ayahnya, ada yang bilang kalau sivia bukanlah anak kandung dari Excel. Karna sebelum sivia lahir. Ny. Oky selalu keluar malam dan bersenang-senang di club malam. dan sampai sekarang sivia tak pernah dianggap oleh ayahnya, padahal sivia lebih mirip dengan excel dibanding oik, mata mereka yang sama-sama sipit. Sedangkan oik dia sangat dibanggakan oleh ayahnya. Dia sangat penurut tidak seperti sivia, yang sering membantah orang tuanya. Oik juga tidak suka keluar malam seperti sivia. Yang kadang tak pulang ke rumah. Keluarga mereka dengan kehadiran sivia pasti hening, tapi jika tak ada sivia, excel selalu bercanda dengan oik juga oky
“oik, sini sarapan dulu nak” panggil excel. Oik pun berjalan ke meja makan.
“ayah ambilin roti yah”
“gk usah yah. Oik bisa sendiri” tolak oik lalu mengambil selembar roti.
“oh yasudah”
Sivia yang melihat hal itu jadi panas
“selalu saja oik” batin sivia
“oik, kapan rencana kamu ingin menikah dengan cakka” tanya oky
“ah bunda. Baru juga tunangan sebulan yang lalu. Oik masih mau fokus sama pekerjaan oik” balas oik
“oh yasudah tapi jangan terlalu lama mengulur waktunya. Bunda udah gk sabar mau menimang cucu. Iya kan yah”
“iya. Benar kata bundamu itu. Kalian jangan mengulur waktu. Ayah gk mau. Nanti cakka akan berubah pikiran dan pergi keluar negri dan meninggalkanmu disini dengan memberi janji palsu” kata excel. Sivia tersinggung. Ia menghela napas
“ayah” geram oky. Excel hanya mengangkat kedua bahunya
“ayah, kak alvin kan pergi 3 bulan yang lalu jadi belum tentu dia berbohong. Iya kan kak via” tanya oik. Sivia hanya mampu terdiam
“last contant. dan kamu masih bilang kalau dia gk bohong. Kalau ayah sih, mending cari yang lain”
“ayah sudah”
Baru saja sivia ingin bicara. Tapi perutnya melilit dan mual
“huekk” sivia memegangi mulutnya lalu berdiri
“via kamu kenapa nak?” tanya oky. Sivia menggeleng, lalu berlari ke kamar kecil yang tak jauh dari meja makan
“mungkin ‘anakmu’ masuk angin” kata excel. Oky pun menghampiri sivia
Oik pun berdiri. Tapi tangan excel menahannya
“mau kemana?”
“lihat kak sivia”
“kamu lanjutkan saja makannya. Disana sudah ada bundamu. Pasti sivia hanya masuk angin. Semalam kan dia pulang saat larut”
Oik kembali duduk dan makan
“kak sivia kenapa?” batin oik
Didalam kamar kecil. Oky mengurut leher sivia. Sedangkan sivia terus saja mual
“kamu kenapa sih sayang” tanya oky.
“mungkin sivia masuk angin bun”
“yaudah hari ini kamu gk usah masuk kantor. Nanti biar bunda yang bilang ke ayah”
Sivia hanya mengangguk. Meremas perutnya
“ayo bunda antar kamu ke kamar” kata oky. Membantu sivia berjalan
****
Oik merapikan barang-barangnya. Bersiap untuk pulang. Karna hari mulai gelap. Terlebih lagi tak ada pasien yang gawat saat ini. Jadi dia bisa bernapas lega
“malam sayang” sapa seseorang yang masuk ke ruangannya
“malam” balas oik
“dinner yuk” ajak orang tersebut
“boleh” balas oik. Beranjak. Menghampiri orang tersebut. Orang tersebut merangkulnya lalu mereka berjalan
“hm… kka. Ayah dan bunda bilang kita jangan terlalu lama mengulur waktu”
“mengulur waktu apa?”
“pernikahan kita”
“aku kapan saja mau. Tapi tergantung dari kamu”
“aku juga sama seperti kamu. Tapi aku pasti akan merasa bersalah jika aku bahagia sedangkan kakakku masih dalam penantiannya”
“jadi kamu mau menunggu sampai kak alvin kembali”
“iya”
“baiklah kalau itu maumu”
“makasih cakka”
Cakka tersenyum
****
Selesai makam malam. cakka mengantar oik pulang kerumahnya sekalian mampir. Tapi saat masuk kedalam rumah. Terdengar keributan dari dalam kamar sivia. Oik dan cakka segera ke kamar sivia
“sekarang jujur sama ayah. Ini milik kamu kan” tanya excel sambil memperlihatkan alat tes kehamilan yang hasilnya positif
Sivia menunduk dengan penuh air mata. Oky sendiri hanya mampu terdiam
“via jawab?” bentak excel. Tubuh sivia bergetar
“i.. iya ayah”
“dasar anak kurang ajar”
PLAKK!!!
Sivia memegangi pipinya
“ayah sudah. Sivia sudah mengakui kesalahannya” kata oky berusaha menenangkan excel
“maafin sivia ayah. Sivia tau sivia salah” mohon sivia. Berlutut di kaki ayahnya
“bilang sama ayah siapa ayah dari anak itu”
Sivia menggeleng. Excel menarik rambut sivia
“aw…ayah ampun”
“cepat bilang, siapa laki-laki itu”
Sivia terdiam
“SIVIA!!!!”
Tubuh sivia bergetar saking takutnya
“a..alvin ayah”
Baru saja excel mengangkat tangannya untuk menampar sivia. Tapi tangan halus menahan lengannya
“ayah, tenangkan emosi ayah. Kak via lagi hamil kan, berarti dia gk boleh stress itu tidak baik utk bayinya” kata oik. Excel menurunkan tangannya
“huhuhu” sivia menangis tersedu. Sedangkan oky menenangkan sivia
“sudah sayang” bujuk oky
“sivia tidak semudah itu menanggung malu atas perbuatan kamu ini, kamu tau keluarga kita adalah keluarga yang terpandang di kota ini. Dan kamu sudah menodainya. Kamu harus….”
“ayah hentikan. Sivia anak kita. Dia tidak boleh diusir dari rumah ini. Dia tidak boleh diasingkan”
“tapi bun, itu sudah peraturan dikeluarga kita”
“bunda gk mau kalau sivia harus pergi darisini”
“lalu siapa yang akan bertanggung jawab atas kehamilannya dia. Alvin tak ada diindonesia. Tidak akan ada manusia yang mampu menyamai nabi isa. Lahir tanpa seorang ayah”
“cakka akan menjadi ayahnya” celetuk oik. Semua terperangah. Cakka menatap oik penuh tanya
“oik?” tanya cakka. oik balas menatap cakka
“demi aku” oik menggenggam tangan cakka. cakka menggeleng
“gk, aku gk mau ik”
“cakka aku mohon. Kamu gk mau kan aku sedih, sedangkan kamu tau kak via itu adalah harta yang penting untuk aku”
“ik, kamu tunangan aku. dan kak sivia itu kakak kamu. Aku gk mungkin bertanggung jawab atas apa yang tidak pernah aku lakukan”
“cakka kuhomon demi keluargaku”
Cakka menggeleng, oik melepaskan tangan cakka lalu berlari ke kamarnya. Cakka mengejar oik, berusaha membujuk oik agar ingin mengerti tapi oik tak mau menjawab
“lihat adik kamu. Dia rela mengobarkan tunangannya hanya demi wanita seperti kamu” kata excel lalu pergi
Sivia memeluk ibunya
“bunda, kenapa sivia selalu nyusahin orang”
Oky mengelus rambut sivia
“kamu yang sabar sayang. Kamu gk pernah koq nyusahin orang”
****
Sudah dua hari ini oik tak keluar kamar. Cakka sudah mencoba membujuknya tapi oik tak pernah lagi memperdulikan cakka.
Pagi ini sivia ingin melihat oik. Tapi sayang didalam kamar tak ada oik. Yang tertinggal hanya surat dari oik
Aku pergi, untuk selama-lamanya.
Maaf ayah, tapi aku tak sanggup hidup jika aku tak bisa membuat kakakku bahagia
Mungkin kalau aku pergi, cakka tak akan merasa bersalah padaku jika dia menikahi kakak
“oik” lirih oky. Seketika excel menelpon cakka
“halo, cakka”
“iya ada apa om”
“oik pergi dari rumah. Om minta kamu mencari dia. Dia hanya meninggalkan surat, bahwa ia ingin pergi, untuk selamanya”
“baik om, cakka akan mencarinya”
“kabari om, kalau kamu sudah mendapatkan oik”
“baik om”
Sambungan telpon terputus. Excel menatap sinis ke sivia
“lihat, adikmu rela mati demi kamu”
“iya, sivia emang gitu yah. Selalu salah dimata ayah. Sivia mau menggugurkan kandungan ini, tapi sivia tau sejak alvin ke amsterdam, Pengawal-pengawal ayah itu selalu mengikuti kemana sivia pergi. Dan itu membuat sivia terkekang”
“oh kalau gitu syukurlah ayah menyuruh pengawal-pengawal ayah untuk mengawasimu. Karna ternyata kamu hampir saja membuat dosa terbesar. Membunuh bayi tidak berdosa” kata excel lalu pergi
****
Oik menghela napas panjang. Menunduk menatap arus sungai yang begitu deras. Lalu kembali menatap lurus kedepan, merentangkan kedua tangannya.
“maaf cakka. mungkin aku terlalu bodoh untuk mengambil tindakan ini” gumamnya
“tapi aku juga tak bisa hidup bahagia jika kakakku sendiri belum bahagia Dan terus dalam penantiannya juga bebannya nanti jika keponakanku lahir tanpa seorang ayah” lanjut oik. Ia menarik napas lalu membuangnya perlahan dan siap melompat
Tapi… seseorang memeluknya dari belakang dan menyandarkan kepalanya di punggung oik
“mau syuting film titanic yah? Koq gk kasih tau aku dulu, biar aku jadi jack-nya” tanya orang tersebut
“kenapa kamu tau aku ada disini” tanya oik balik
“hatiku kan selalu bersamamu, jadi kemana pun kamu pergi aku pasti tau”
Oik melepas pelukan cakka
“menyingkir lah. Aku ingin pergi dan menyelesaikan masalahku disini. aku ingin membuat kak sivia bahagia”
“kak sivia gk akan bahagia jika kamu pergi”
“tapi untuk apa aku hidup, sedangkan kak via menderita juga kamu sudah tak sayang sama aku”
“aku masih sayang sama kamu ik”
“gk, kamu udah gk sayang sama aku. Kamu gk mau lihat aku bahagia. Buktinya kamu gk mau tolongin aku. Padahal kamu tahu, bahwa jika kak sivia bahagia aku juga pasti akan bahagia”
“tapi oik aku tak sayang sama kak via”
“kamu bisa mencoba sayang sama kak via”
“gk bisa ik. Hatiku hanya untuk kamu”
“sudahlah aku gk mau debat sama kamu”
“ik, kumohon jangan seperti ini. Menikahi kak via. dan meninggalkan kamu bukanlah satu penyelesaian yang tepat” cakka mengenggam tangan oik, tapi oik melepasnya
“itu jalan yang tepat. Kak via butuh seorang pria untuk menutupi aibnya, dan itu cuman kamu kka”
“kenapa harus aku, masih banyak yang lain”
“mustahil menemukan kekasih untuk kak via dalam waktu 2 minggu. Kamu tahu kka. Usia kandungan kak sivia sudah 5 bulan, tinggal 4 bulan lagi, ponakanku lahir. Dan kamu harapan satu-satunya agar kak via tetap disini”
Cakka terdiam. Oik kembali menghela napas dan…
“oik” cakka memegang erat tangan oik
“lepasin cakka”
Oik terus meronta melepaskan tangan cakka yang menariknya
“jangan lepasin tangan aku ik”
“aku udah bilang kka. Gk ada gunanya aku hidup kalau aku gk bisa buat kak sivia bahagia”
“ok ik kalau kamu yang minta. Aku mau nikah ama kak via. tapi kamu, jangan kayak gini. Aku gk bisa hidup tanpa kamu”
Oik mendongak menatap cakka
“kamu benar?”
Dengan hati yang berat cakka mengangguk. Oik tersenyum. Cakka pun menariknya naik
Oik memeluk cakka
“makasih. Kamu memang baik cakka”
Cakka balas memeluk oik
“demi kamu. Demi membuktikan bahwa aku sangat sayang padamu”
****
1 minggu kemudian
Cakka dan sivia sudah menikah. dan oik bahagia, walaupun setengahnya bersedih, tapi demi kakaknya yang akan bertahan lebih lama dari dia, dia akan tersenyum, dia akan tegar, mencoba untuk bahagia, mencoba untuk menghadapi kenyataan hanya sendiri. Mencoba untuk berdiri tegar walau bumi sudah tak mampu lagi menopangnya
Di panggung pelaminan cakka dan sivia duduk berdampingan mereka berdua tak ada yang berwajah senang atau pun bahagia melainkan kesedihan dan rasa tidak enak. Sedangkan oik melihatnya dari kejahuan, ia mencoba menguatkan dirinya
“umurku mungkin sudah tidak lama lagi kka, aku yakin saat aku pergi nanti. Kamu dan kak Sivia akan lebih bahagia lagi, apalagi dengan seorang anak yang lucu. Itu yang selalu aku impikan.. tapi sepertinya mustahil aku akan mengendong bayiku sendiri” gumam Oik. Tanpa ia sadari air matanya menetes.
“ngapain nangis?” tanya seseorang. Menghapus air matanya. Oik menoleh
“Deva?” tanya oik yang melihat Deva sudah berdiri disampingnya
Deva adalah, dokter bedah di rumah sakit oik. Juga dokter yang menyimpan perasaannya pada oik
“Jangan sedih yah ik, aku tau pasti berat melihat tunanganmu bersanding dengan kakakmu” kata deva
“aku gk akan sedih. Inikan kemauan aku. Cakka sendiri menolak menikah dengan kak via” balas oik.
Deva memiringkan kepalanya
“maksud kamu”
“kamu janji gk akan bilang siapa-siapa”
Deva mengangguk
“kak sivia hamil diluar nikah, ayahnya adalah kak alvin. Tapi karna kak alvin gk ada diindonesia. Aku meminta cakka untuk menikahi kak sivia. Agar tak ada gosip miring yang beredar. Aku gk mau kak via di cap sebagai wanita malam”
Deva memeluk oik. Dan cakka melihat itu
“deva meluk oik? apa secepat itu oik lupain aku?” batin cakka
“oik, kamu terlalu baik. Harusnya disaat seperti ini Kamu bisa bahagia. Bukan mencoba bahagia melihat tunanganmu menikah dengan kakakmu” kata deva. Oik kaget
“kamu tahu dev?”
Deva mengangguk
“aku gk sengaja nabrak suster yang bawa hasil pemeriksaan dari labolaturium dan aku kaget saat membaca ternyata itu punya kamu”
Oik melepas pelukan Deva
“aku mohon dev, jangan kasih tahu sama Cakka atau siapapun” mohon oik deva tersenyum
“iya, aku janji”
“makasih”
“ayo naik. Kita kasih ucapan selamat untuk mereka” kata deva. Oik mengangguk. Mereka lalu naik ke panggung
Oik menyalami Cakka
“selamat, sekarang kamu gk boleh lagi manggil aku sayang dan sekarang saatnya kamu manggil kak Sivia dengan sebutan itu” kata Oik, tak ada rasa berat yang keluar dari setiap ucapannya
Cakka tersenyum
“makasih sayang” balas Cakka
“itu untuk yang terakhir yah”
“gk, kalau aku gk mau”
Oik mencubit lengan cakka
“ih kamu tuh yah”
“kak via. aku senang…” Oik mendekat ke telinga Sivia
“ponakanku udah punya ayah” bisiknya. Sivia memeluk Oik
“makasih dek. Kamu adik terbaik kakak. kakak janji setelah anak ini lahir kakak akan cerai dengan cakka”
Oik menggeleng
“jangan, kakak harus hidup bersama Cakka selamanya. Kasih aku ponakan yang benar anak Cakka, bukan seperti ini, anak kak Alvin. Aku hanya punya satu permintaan kak dan itulah permintaanku. Kakak ingin membalas kebaikanku, balas dengan mewujudkan permintaanku”
Oik melepas pelukannya lalu tersenyum
“kakak pasti bisa dan cakka akan belajar menyayangi kakak” kata Oik Setelah itu ia pergi. kembali ke rumahnya. Pulang lebih awal sebelum acara selesai
****
“ini malam pertama kalian selamat bersenang-senang” kata Oky pada Sivia dan Cakka
Sivia mengangguk. Tapi Cakka ia hanya memberi senyum sedih lalu masuk ke kamar Sivia. Setelah excel dan oky pergi ke kamar mereka Sivia menyusul Cakka
“kakak mau ganti baju?” tanya Cakka
“iya, kenapa?” tanya Sivia balik
“aku bisa keluar sebentar koq. kakak ganti baju aja” kata Cakka lalu keluar. Sivia menatapnya sedih
“huft… semua salahku, aku telah merebut kebahagiaan adik aku” gumam Sivia
Selagi Sivia ganti pakaian, Cakka menunggunya di depan pintu kamar sivia. Karna kamar Sivia bersebelahan dengan kamar Oik. Cakka melirik ke kamar sebelah
“Ik, apa kamu udah tidur?” batin Cakka. ia mendekat memegang gagang pintu kamar Oik
Lalu pintu terbuka. Cakka tersentak
“Cakka?” tanya Oik
“eh ah.. hehehe” Cakka jadi gugup sendiri
“ng.. ngapain disini?” tanya Oik
“itu kak via lagi ganti baju” jawab Cakka
“lah terus kamu ngapain disini”
“ah aku belum siap lagipula aku kan udah pernah bilang, aku nikah sama kak via karna kamu, bukan karna cinta” balas Cakka sambil menatap Oik. Ia menemukan keanehan dengan mata Oik
“Ik, kamu habis nangis” tanya Cakka
“ah gk koq” Oik menghapus sisa air mata dipipinya
“jangan bohong. tuh mata kamu merah”
“oh ini, tadi aku beresin kamar terus banyak debu, jadinya masuk ke mata aku deh”
“yakin itu debu?”
“iya Cakka. udah deh gk usah terlalu mengintrogasi kayak gitu”
“Cakka” panggil seseorang. Cakka berbalik
“iya kak ada apa?” tanya Cakka pada Sivia
“kalian lagi asyik yah. Maaf kakak ganggu” kata Sivia berbalik
“kakak gk ganggu koq, hm… permisi aku ke dapur bentar” pamit Oik. lalu berjalan ke arah tangga.
“maaf kak” mohon Cakka
“kakak mengerti koq” balas Sivia
“yaudah sana masuk tidur. Udah malam lho, besok kamu kerja kan?” tanya sivia. Cakka mengangguk. Mereka lalu masuk ke kamar.
cakka tidur membelakangi sivia. Sivia juga membelakangi cakka lalu menutup matanya. Saat cakka yakin sivia sudah tidur. Ia menghadap ke arah sivia
“kak!” panggil cakka, tapi sivia tak menyahut. Cakka pun bangun, mengambil bantal dan guling
“maaf kak” kata cakka lalu menarik selimut sivia agar menutupi seluruh tubuh sivia, setelah itu cakka berjalan ke arah sofa dan tidur tanpa selimut
Sivia berbalik, sudah ia duga cakka akan melakukan hal ini. Ia pun bangun mencari sesuatu dalam lemarinya. Selimut.
“maafin kakak juga kka” gumam sivia Lalu menyelimuti cakka. Dan kembali ke ranjangnya untuk tidur
****
Dua bulan berlalu. Cakka dan sivia sudah tidak tinggal lagi dirumah orang tua sivia. Melainkan mereka sudah memiliki rumah sendiri. Tak ada satupun dari orang tua kedua pihak yang tau, bahwa dirumah mereka, mereka tidur di kamar yang berbeda
Sedangkan oik sendiri. Deva semakin membuatnya sibuk sehingga ia tak ada waktu untuk pergi ke rumah sivia
.Kediaman oik.
Oik berjalan dengan hati-hati menghampiri kedua orang tuanya di ruang keluarga
“ayah, bunda. Oik mau lihatin sesuatu sama kalian” kata oik. duduk didepan kedua orang tuanya
“apa?” tanya excel dan oky bersamaan. Oik menyerahkan sebuah map kepada kedua orang tuanya. Excel menerimanya lalu mengeluarkan isinya dan membacanya. Betapa terkejutnya mereka ketika tau bahwa itu adalah hasil pemeriksaan kondisi oik yang tertanya positif terkena penyakit Kanker Rahim stadium 2
Melihat excel yang ternganga seperti itu. Oky jadi penasaran
“itu apa yah?” tanya oky. Mulut excel bergetar, ia shock, tidak pernah menyangka anak kesayangan dan kebanggaannya itu terkena penyakit kanker Serviks
“oik…” lirih excel. Oky jadi tak sabar dan merebut map tersebut lalu membacanya, reaksinya sama seperti excel, shock…
Excel memeluk oik begitupun dengan oky, tangis oik pun pecah
“kenapa ini terjadi sama kamu?” tanya excel oik hanya mampu menggeleng, tanda tidak tau
“sayang, kamu yang sabar yah” oky hanya mampu menguatkan oik
“tapi kenapa harus sama kamu ik, kamu anak yang baik, kenapa harus kamu sayang”
“sudahlah ayah, ini semua sudah ditentukan oleh tuhan” kata oik.
Lalu seseorang membunyikan bel. Oky melepas pelukannya seraya menghapus air matanya begitupun dengan oik
“bunda bukain pintu dulu yah” pamit oky, beranjak. Excel mengangguk. Oky segera membukakan pintu
“assalamu alaikum bunda” sapa cakka saat oky membuka pintu
“walaikum salam” balas oky. Mengedarkan pandangan ke samping cakka, mencari seseorang
“kamu kesini sendirian? Sivianya mana?” tanya oky
“iya bun, kak via. hm.. maksud aku sivia… dia lagi istrihat dirumah”
“oh yaudah masuk” oky mempersilahkan cakka masuk. Cakka duduk di sofa
“aku kesini gk lama koq bun, cuman mau jemput oik” kata cakka to the point
“jemput oik?” tanya oky
“iya bun. Soalnya kak. hm… sivia ngidamnya aneh. Pengen ketemu oik katanya. Daripada k.... sivianya yang kesini dgn beban di perutnya itu, mending aku yang jemput oik” jelas cakka
“ah dasar sivia. Benar-benar aneh. Yasudah kamu tunggu sebentar. Bunda panggilkan oik”
Oky pun berjalan ke ruang keluarga untuk memanggil oik. 10 menit kemudian oik datang dengan tas yang sudah bertengger di punggungnya
“aku pergi dulu bun” pamit oik seraya menyalami tangan kedua orang tuanya. Cakka juga mengikutinya
“aku pulang dulu bun” pamit cakka
“hati-hati yah cakka” pesan excel. Cakka mengangguk lalu mengambil alih tas oik.
Mereka pun berjalan ke mobil cakka
Didalam mobil cakka. selama perjalan hening tak ada sedikit pun suara. Merasa bosan cakka pun mencari topik pembicaraan
“hm… ik, dua minggu terakhir ini kamu koq gk pernah kerumah?” tanya cakka
“och itu… aku lagi banyak pasien” jawab oik
“och” cakka mengangguk mengerti
****
Sesampai di rumah sivia, oik pun mengajarkan banyak hal pada kakaknya tentang ibu hamil. Apalagi di usia kandungan sivia yang sudah 7 bulan lebih, bayinya membutuhkan alunan merdu yang akan mengajarkannya banyak hal. Akhirnya sepanjang sore, dilalui oik dan sivia bersama. malam harinya, setelah makan malam. Oik mengantar Sivia ke kamarnya
“kakak istirahat yah”
Sivia tersenyum
“iya. Makasih banyak dek”
Oik mengangguk
“aku keluar bentar kak, kalau aku mau tidur baru aku masuk”
“iya”
Oik pun berjalan keluar dari kamar sivia dan pergi ke kamar cakka
Pintu kamarnya terbuka, dan tak ada siapapun di dalam. Oik masuk dan melihat keadaan kamar cakka yang seperti kapal pecah. Selagi cakkanya gk ada oik pun membereskan kamar cakka
“ngapain cantik?” tanya seseorang dari ambang pintu, ketika oik merapikan ranjang cakka. oik berbalik
“lagi ngeberesin kamar kamu. Kak sivia emang paling malas beresin kamar orang” balas oik kembali merapikan ranjang cakka
“ough”
Cakka mendekati oik. lalu memeluknya dari belakang
“aku kangen sama kamu ik. Aku kangen sama masa-masa kita berdua”
Oik berusaha melepaskan tangan cakka yang melingkar di perutnya
“cakka, gk enak tau, ntar dilihat ama kak sivia”
“kak vianya kan lagi tidur. Jadi gk bakal lihat kita” balas cakka
“cakka, biar bagaimana pun kak via itu istri kamu”
“kalau anaknya kak via udah lahir, dia bukan lagi istri aku koq”
Oik melepas tangan cakka lalu berbalik menatap cakka
“gk, kamu gk boleh cerain kak via, dia istri kamu. Istri kamu!”
“tapi oik, aku gk sayang sama kak via, aku Cuman sayang sama kamu ik”
Oik menunduk meneteskan air mata, lalu memeluk cakka. cakka membalas pelukan oik
“kamu harus sayang sama kak via, kak via bisa kasih segalanya sama kamu. Sedangkan aku..”
“aku.. huhu… aku mengidap penyakit kanker rahim stadium 2 cakka”
“oik?” kaget cakka, mempererat pelukannya. Dan oik pun menangis tersedu dalam pelukan cakka
“sejak kapan kamu sakit kenapa kamu gk cerita sama aku ik?”
“aku jga baru tau dua bulan yang lalu. Sebelum pernikahanmu”
“oik, kamu yang sabar yah!”
Oik hanya mampu mengangguk
****
Setelah oik tenang, cakka memutuskan untuk mengajak oik ke taman kota menggunakan motor, cakka ingin menikmati malam itu hanya berdua dengan oik dan akan terasa lebih dekat jika menggunakan motor. Setelah sampai di taman, mereka pun jalan berdua.
Cakka melingkarkan tangannya di leher oik dan keduanya jalan seirama
“ah! Aku berharap akan turun hujan” kata cakka.
Oik mendongak menatap langit
“hujan bintang? Mungkin saja?” balas oik yang melihat di langit hanya penuh taburan bintang dan bulan pun masih gagahnya menerangi malam
“aku tahu itu mustahil” kata cakka
Mereka pun kembali berjalan, lalu setetes air membasahi wajah cakka dan oik. mereka pun mendongak. Lalu jatuhlah butiran-butiran air hujan yang lain, membasahi wajah mereka
“ah! Hujan” seru caik lalu berlari ke bawah pohon rindang
“aku gk nyangka akan hujan, padahal tadi langit cerah banget” kata oik
“aku juga sama” balas cakka
“hujannya curang lagi. Kita kan cuman berdua, sedangkan mereka rame-rame” kata oik
“hahaha iya yah”
Oik memeluk kedua lututnya. Cakka menoleh ke arahnya melepas jaketnya lalu memakaikannya pada oik dan menarik oik ke dalam pelukannya
DUARR!!!(anggap aja itu suara guntur)
Guntur menggelegar, membuat oik takut dan memeluk cakka
“a..” pekik oik
“kamu tenang yah. Aku ada disini koq” kata cakka, menenangkan oik
Oik mempererat pelukannya, hingga ia merasakan hangatnya tubuh cakka
“sebenarnya aku juga masih sayang sama kamu cakka. aku gk pernah bisa melepaskanmu” lirih oik
“apa ik?” tanya cakka yang samar-samar mendengar ucapan oik akibat derasnya hujan.
Oik menggeleng
“aku dingin” lanjut oik
“och” balas cakka menarik jaketnya agar menutupi badan oik
Malam itu mungkin dingin, tapi bagi oik dingin itu terganti oleh hangatnya dekapan cakka, yang selama 2 bulan ini hilang dan tak pernah ia rasakan.
****
Oik bangun, dan dia sudah berada di sebuah kamar. Oik mengedarkan pandangannya dan ia tahu ini kamar siapa
Lalu seseorang keluar dari kamar mandi dan hanya berbalut handuk
“kamu udah bangun?” tanyanya.
Oik mengangguk.
“semalam kamu tidurnya nyenyak banget aku gk tega banguninnya karna aku jga gk mau gangguin kak via yang tidur nyenyak jadi aku bawa kamu ke kamar aku” jelas Orang itu lalu mengambil bajunya dan kembali ke kamar mandi, setelah selesai orang itu pun keluar
“kamu mau kemana pagi gini udah rapi? Hari ini kan hari minggu” tanya oik beranjak dari ranjang
“hari ini kak via harus memeriksakan kandungannya, sekalian USG kapan kak via melahirkan”
Oik mengangguk mengerti lalu masuk ke kamar mandi untuk cuci muka
“bentar lagi kamu bakal jadi ayah” kata oik keluar dari kamar mandi
“ayah dari anak orang!”
“setelah anaknya kak alvin lahir kan kamu juga bisa punya anak sendiri dari kak via”
“tapi ik…” belum selesai cakka bicara, oik meletakkan jari telunjuknya di depan bibir cakka
“hush.. gk ada kata tapi. Anakmu nanti akan jadi anak aku juga, dan anakmu nanti harus manggil aku dengan kata bunda” kata oik
“udah sana, kasihan kak via kalau harus nunggu lama” lanjut oik sambil mendorong bahu cakka keluar dari kamar dan menghampiri sivia
Cakka pun membantu sivia berjalan ke mobil
“kalian hati-hati yah dijalan” pesan oik
“ok!” balas cakka lalu masuk ke mobil. Setelah mobil cakka, hilang dari pandangan oik, oik pun masuk ke dalam. Mandi setelah itu memasak
****
Sedang asyik menata meja makan, tiba-tiba perut oik terasa sakit
“aw..” rintih oik sambil meremas perutnya yang begitu sakit. Ia bingung harus minta tolong pada siapa, dirumah hanya ada dirinya. Akhirnya oik pun meraih ponselnya yang ada di meja makan dan menelpon seseorang
“halo, ada apa ik?” tanya seseorang dari sebrang sana
“aku..hhh di rumah kak via, dev” balas oik dengan sisa tenaganya, dan selang beberapa detik oik pun terjatuh
“halo ik. Oik! kmu gpp kan” tanya orang tersebut tapi tak ada jawaban
****
Sudah dari 1 jam yang lalu oik pingsan dan Deva belum menghubungi siapapun
“ik, ayo bangun. Jangan bikin aku khawatir dan bingung” kata deva, terus menggenggam tangan oik
Deva menatap oik yang tengah pingsan dan menggenggam tangannya
“kamu udah kasih tau sama cakka tentang penyakitmu yah?” tanya deva. Namun tak ada jawaban dari oik #iyalah oiknya kan pingsang
Deva mengelus rambut oik
“kenapa sih kamu masih mengharapkan cakka, padahal dia kan udah jadi milik kak sivia. yah aku tahu koq cakka lebih baik dari aku, tapi kecil kemungkinan dia bisa jadi milik kamu lagi ik. Aku mohon lihat aku disini. disini ada aku yang menyayangimu ik, aku janji akan jadi yang lebih dari cakka. walaupun tak mungkin, tapi aku akan berusaha ik”
Jemari yang di genggam deva bergerak, deva pun menatap jemari tersebut lalu menatap wajah oik
Perlahan oik membuka matanya
“deva?” tanya oik yang samar-samar melihat seseorang disampingnya
Deva mengangguk
“iya ini aku!” balas deva
“aku dimana?” tanya oik
“kamu di rumah sakit, lupa kalau tadi kamu nelpon aku dan bikin aku khawatir”
“maaf…”
“gpp koq”
Oik bangun
“kamu tiduran aja dulu ik. Kamu masih butuh istirahat” kata deva
“aku mau balik dev” balas oik
“oik kamu masih butuh istirahat. Tiduran lagi‼” perintah deva
Oik menggeleng
“kalau kak sivia nyariin aku gimana?”
“kak sivia gk akan nyariin kamu. Tadi cakka nelpon dan nanyain kamu. Karna kamu pingsan aku bilang aja kamu lagi sibuk”
“tapi dev…”
“ik, kamu tuh dokter, kamu pasti tahu apa hal yang gk boleh kamu lakuin. Kalau kamu bandel kayak gini. Pasti pasienmu bandel juga”
“yaudah aku nurut dokter deva. Tapi aku harus bilang apa coba sama kak sivia”
“gampang, kamu bisa bilang sama kak sivia kalau malam ini kamu lembur”
“yaudah…” balas oik
“karna kamu udah sadar. Aku tangani pasien yang lain dulu yah. Kalau kamu butuh sesuatu kamu bisa panggil bagian dapur atau aku” pamit deva.
Oik hanya mengangguk
Deva pun keluar dari kamar perawatan oik
Oik mengambil ponselnya lalu mengirim pesan singkat kepada kakaknya
****
Didalam kamarnya, cakka berbaring di atas ranjangnya, menatap langit-langit kamarnya
“aku ingin menghentikan semua sandiwara ini ik. Aku gk sayang sama kak via. aku mau jdi milik kamu untuk selamanya”
“aku gk sabar nunggu hari itu, hari dimana aku bukan lagi suami kak sivia. hari dimana aku bisa jadi pendamping hidup kamu”
“yah aku tau, aku akan jadi pokok pembicaraan di semua media massa karna aku menikahi adik mantan istri aku, yang dulunya adalah tunangan aku. Tapi mau bagaimana lagi, aku benar-benar gk bisa lupain kamu”
Cakka menghela napas. Membayangkan betapa indahnya semalam saat dia hanya berdua dengan oik. saat ia merasa bahwa waktu telah berhenti disitu. Ia ingin mengulang waktu itu, tapi mustahil.
“coba saja waktu itu kamu gk berniat bunuh diri ik, pasti semua ini gk akan terjadi” pikir cakka
“tapi sudahlah jodoh di tangan tuhan. Kalau emang kamu bukan takdir aku, semoga aku bahagia dengan kak sivia” batin cakka lalu menutup matanya. Satu detik kemudian ia pun larut dalam mimpinya
****
Didalam kamar sivia… sivia sedang menatap sebuah foto yang ada di genggamannya. Foto dirinya dengan seorang pria berwajah oriental, bertama sipit dan putih. Yah itu adalah foto dirinya bersama alvin. Seseorang yang sangat ia kasihi juga ayah dari bayi yang tengah dikandungnya
“vin, kenapa sih kamu tiba-tiba menghilang kayak gini. Kenapa kamu bikin aku khawatir, dan kenapa kamu bikin aku makin di benci ama ayah. Aku mohon kamu kembali, dua bulan lagi anak kita akan lahir, apa kamu gk mau lihat dia?”
“cuman satu orang yang pergi, tapi banyak yang rugi. I oik, oik harus merelakan cakka demi aku. II aku, aku harus terima pengorbanan adik aku. III pekerjaanku, sejak menikah dengan cakka, keluar rumah itu juga kalau mau pemeriksaan. IV cakka, cakka harus merelakan tunangannya dan bertanggung jawab atas apa yang tidak pernah ia lakukan” batin sivia
“kamu jahat alvin” kesal sivia, membanting foto yang di pegangnya ke lantai. Suara benturan sangat terdengar tapi takkan sampai ke luar ruangan, karna kamar sivia kedap suara, agar jika nanti bayi sivia menangis takkan ada tetangga atau tamu yang bisa mendengarnya
Alhasil bingkai foto tersebut pecah. Sivia tak memperdulikannya, ia hanya menarik selimutnya lalu berbaring
****
14 September 2009.
Di salah satu kamar bersalin di Rumah Sakit CaIkers –rumah sakit hadiah pertunangan oik dengan cakka dari ayah oik-. Seorang wanita tengah terbaring lemah di ranjang kamar tersebut, sepertinya dia baru saja melahirkan. Sedangkan dua orang lainnya seorang pria dan wanita dengan baju yang serba putih dan stetoskop yang melingkar di lehernya sepertinya dia seorang dokter, mereka sedang memandang wajah bayi yang ada didalam box kaca
“kak namanya siapa” tanya wanita yang berbaju serba putih pada wanita yang sedang berbaring
“Vivi Yosevia Nuraga. Minjen nama keluarganya cakka gpp kan? Tapi tenang ik, kalau alvin udah balik bakal diganti koq ama sindunata” jawab wanita yang sedang berbaring
“gpp lah kak, cakka kan udah suami kk, sekalipun dia bukan ayahnya vivi”
“aku tau kak, vivi itu nama kakak dan kak alvin kan?” tebak pria yang masih asyik memandangi wajah bayi itu. Wanita yang sedang berbaring itu hanya mengangguk
“dia lucu banget yah kka. Apalagi matanya” kata wanita tersebut. Yang tak lain adalah Oik
“iya, matanya mirip ama kak alvin sama kak via” balas pria tersebut. Cakka
Dan wanita yang sedang berbaring hanya tersenyum sambil memikirkan sesuatu
“anak kita udah lahir vin. Dia lucu banget. Mata dan hidungnya mirip kamu” batin wanita itu. Sivia
“hidungnya juga mirip kak alvin” tambah oik
“ketahuan banget kalau dia bukan anak aku. Dia gk ada mirip-miripnya ama aku” kata cakka
“kamu mau kalau anak kak via mirip ama kamu”
“gimana caranya?”
“gampang, kalau vivi udah besar. Kan kamu bisa kasih dia adek”
“hahaha becanda kamu ik”
“so’ kamu gk mau nih nurutin permintaan aku”
“tergantung dari waktu”
“aku harap kamu bisa”
Cakka hanya mengangguk kecil
****
Seminggu sudah berlalu. Dan baru saja diadakan acara haqiqah bagi vivi. Acaranya cukup sederhana tamunya hanya dari pihak keluarga hal ini dikarenakan jika ada yang tahu bahwa baru 4 bulan menikah dan sivia sudah melahirkan pasti akan beredar gosip bahwa sivia hamil di luar nikah yang akan memberi dampak buruk bagi perusahaan ayahnya. Setelah acara selesai excel pulang lebih awal dan terotomatis oky juga harus ikut pulang. Excel pulang lebih awal karna memang ia tak pernah ada niat untuk mengunjungi anak dan cucunya.
Saat semua keluarga cakka maupun sivia kembali ke rumah masing-masing. Sivia masuk ke dalam kamarnya, untuk menidurkan Vivi, sedangkan oik ia ke dapur. Untuk membereskan piring yang masih kotor. Cakka mengikutinya dari belakang
“ngapain disini? gk istirahat?” tanya cakka
“nanti aja. Tanggung dikit lagi. Lagipula besok aku tidak ke rumah sakit. Aku mau main dengan Vivi”
Cakka hanya mengangguk
“bagaimana rasanya jadi seorang ayah?” tanya oik melirik cakka sebentar lalu kembali melanjutkan cuci piringnya
“ayah? Biasa aja tuh, lagipula Vivi kan bukan anak aku” jawab cakka
“tapi kan vivi anaknya istri kamu”
“ik, vivi udah lahir tugas aku udah selesai. Cepat atau lambat aku pasti ceraiin kak sivia”
Oik menghentikan kegiatannya mengeringkan tangannya lalu menatap cakka
“cakka jangan pernah lakukan itu. Apa kamu tidak mau memenuhi permintaan aku”
“ik, kamu pasti bisa. Apa salahnya kamu berpikir optimis”
“itu sudah tidak mungkin lagi cakka”
“kamu bisa operasi ik, dan aku yakin kamu pasti bisa lewatin itu”
“deva tidak mau melakukan operasi itu, kalau kondisi aku tidak stabil”
“maksud kamu?”
“deva bilang selama beberapa bulan ini kesehatanku melemah, kalau aku memaksakan operasi itu. Nyawaku jadi taruhannya”
“mungkin kamu kurang istirahat”
“hm… deva juga bilang gitu, dia bilang aku harus beristirahat selama beberapa hari untuk menstabilkan kesehatanku. Tapi kamu tahu sendirikan aku paling gk bisa menelantarkan pasien-pasienku”
Cakka meraih kedua lengan oik
“ik, kamu tidak pernah menelantarkan pasienmu, kalau kamu harus fakum dari pekerjaanmu karna sesuatu alasan, mereka pasti mengerti. Lagipula, di rumah sakit kan tidak cuman kamu dokternya, tapi masih ada dokter umum yang lain”
Oik terdiam lalu menunduk
“ik, aku tidak mau kehilangan kamu, kalau kamu harus pergi, aku sudah tidak tahu bagaimana kehidupanku tanpa kamu ik” kata cakka
“cakka” gumam oik
Perlahan cakka menarik oik kedalam dekapannya
“aku tidak akan pernah bisa melupakan kamu. Apapun yang terjadi, kamu tetap ada dihati aku” tutur cakka
“kamu juga seperti itu kan ik” tanya cakka
Oik mengangguk kecil lalu membalas pelukan cakka
“aku sangat sayang padamu”
“aku juga cakka”
****
Keesokan harinya sivia berangkat kerja. Ini hari pertamanya kembali bekerja setelah fakum selama 4 bulan lebih. Sivia berangkat kerja di antar oleh cakka setelah itu cakka kembali ke rumah, ia sengaja tak masuk kerja hari ini. Ia ingin bermain dengan vivi bersama oik
“pagi vivi” sapa cakka pada vivi yang sedang di pakaikan baju oleh oik di atas ranjang
“pagi ayah” balas oik mewakili vivi
“panggil om kan bisa ik” kata cakka
“kamu kan ayahnya, kalau vivi besar nanti dia juga pasti manggil kamu ayah”
Cakka duduk di sisi kiri vivi
“kalau lihat vivi, aku seperti melihat kak alvin” kata cakka
“wajah mereka memang tidak berbeda jauh” balas oik
“apa kak alvin tidak rindu pada anaknya?”
Oik menatap cakka
“memangnya kamu tidak tahu” tanya oik
“tahu apa?”
“tentang, kak alvin, kak sivia, dan vivi”
Cakka menggeleng
“tidak”
“kak sivia pasti tidak pernah cerita”
“memangnya mereka kenapa?”
“dulu sebelum kak alvin pergi, kak alvin menyuruh kak sivia untuk menggugurkan kandungannya, tapi kak sivia tidak bisa karna orang suruhan ayah selalu mengikuti kemana pun kak sivia pergi”
“jadi, kak alvin tidak tahu kalau anaknya masih hidup”
“sepertinya begitu”
“kalau saja semua ini tidak terjadi mungkin hubungan kita tak akan jadi korbannya”
“sudahlah cakka, jangan ungkit masalah itu dan kata-katamu itu seperti menyindir kak sivia”
Cakka menghiraukan perkataan oik dan memalingkan perhatiannya pada vivi, dan ia pun mengajak vivi berbicara
****
Malam harinya di rumah sivia. cakka sedang sibuk mencari kemejanya yang akan ia gunakan besok ke kantor
“Oik, kamu lihat kemeja aku gk?” tanya cakka pada oik yang sedang sibuk melipat pakaian cakka di kamar cakka
“bukannya tadi kamu simpan kemeja itu di ruang kerja kamu” kata oik mengingatkan
Cakka berpikir sejenak lalu menepuk dahinya
“astaga‼ aku lupa ik”
Cakka pun berbalik. Oik menahan tawanya
“dasar! Mentang-mentang udah punya anak, udah bisa belaga kayak orang tua”
Cakka kembali membalikkan badannya ke arah oik
“apa kamu bilang? Aku gk dengar, bisa ulang gk?” tanya cakka. oik menatapnya lalu menggeleng
“gk ada siaran ulang… udah pikun, budeg lagi” cibir oik. cakka mendekat ke arahnya lalu mengelitikinya
“aw… hahaha cakka jangan. Geli tau” mohon oik tapi cakka tak menghentikannya
Oik pun menendang kaki cakka, bukannya cakka kesakitan cakka malah terjatuh ke atasnya, wajah mereka sangat dekat. Oik pun terdiam, begitupun dengan cakka
Hening, oik memejamkan matanya ketika wajah cakka semakin mendekat ke wajahnya
“love you ik” gumam cakka
”me too” balas oik
Seseorang sedang berdiri di ambang pintu kamar cakka yang tak tertutup. Ia mengurungkan niatnya untuk menemui adiknya dan berlari dengan langkah pelan (?) ke kamarnya agar tak ada suara yang terdengar. Sesampai dikamarnya ia menatap bayinya yang sedang tertidur pulas di keranjang bayi
“vi, andaikan ayah ada disini, pasti bunda gk akan nyakitin perasaan tante oik, juga perasaan om cakka”
“bunda emang gk berguna vi”
Ia menghela napas
“bunda harap, jika besar nanti kamu mewarisi sifat tante oik, dia sangat baik dan sangat berguna bagi keluarga kita, tidak seperti bunda yang hanya menyusahkan orang saja”
****
2 tahun kemudian. 1 bulan lagi Vivi akan merayakan Ulang Tahunnya yang II, sekarang Vivi sudah pandai berjalan, dan sudah fasih memanggil ayah dan bundanya dan selama satu tahun itu juga kondisi Oik selalu dibawah stabil. Setiap 1 minggu sekali Oik pasti di opname. Yah semua karna kesibukannya, mengurus pasiennya juga Vivi, bukannya sivia lebih mementingkan karirnya daripada anaknya, tapi proyek yang dikerjakan sivia sangatlah penting bagi perusahaan jadi mau tidak mau dia harus meminta bantuan oik untuk merawat Vivi, Tentunya Oik tak sendiri selalu ada Cakka yang membantunya, tapi walaupun begitu, oik tetap saja sering kelelahan merawat Vivi. Terlebih lagi saat ini Sivia kembali hamil, kali ini anak Cakka, semua karna permintaan Oik. usia kandungan Sivia sudah menginjak 9 bulan, dan itu membuat oik harus berusaha keras merawat Vivi sendirian karna Cakka harus membantu Sivia kemanapun Sivia pergi dan melihat itu Oik ingin segera pergi dari dunia ini, ia merasa bahwa Cakka sudah sayang dengan Sivia
Dan hari ini, Oik lagi-lagi di opname di rumah sakit, seandainya saja Sivia tdk hamil pasti dia sudah kena marah oleh Excel dan karna Oik sakit Vivi dititipkan pada Oky
Merasa bosan di kamar rawatnya, Oik pun mengambil kursi roda dan pergi ke taman rumah sakit CaIkers
“disini lebih tenang” batin oik.
di sudut lain taman ada seorang wanita mungkin seumuran dengan Oik, ia juga sedang berada di atas kursi roda, tapi dia tidak sendirian ada seorang pria yang mendorong kursi rodanya, lalu mereka berhenti didekat sebuah pohon rindang lalu mereka pun bercanda. Oik hanya mampu tersenyum sedih melihat mereka berdua
“tapi mungkin akan lebih tenang dan bahagia jika seseorang menemaniku disini” gumam oik
“aku mau menemanimu” celetuk seseorang, oik menoleh.
Orang itu tersenyum lalu berjalan ke hadapan oik, duduk dihadapan oik mengenggam kedua tangan oik
“kamu butuh bantuan, aku pasti siap membantumu” katanya sambil tersenyum. Oik membalas senyumnya
“makasih Deva tapi apa kamu gk sibuk”
“pasienku udah pada sehat wal afiat. Jadi sekarang aku hanya mengurus satu pasienku yang sangat keras kepala” kata Deva sambil memencet hidung Oik
“aw… hehehe deva, ih bisa aja kamu” kata oik gemas
“yah kan emang gitu, udah aku bilang Vivi kasih aja sama tante, kamu masih aja mau rawat dia, lihat ini udah yang keberapa kalinya kamu masuk rumah sakit karna kelelahan. Kalau kayak gini terus kapan kamu bisa di operasi, nanti penyakitmu makin parah, pasti susah untuk melakukan operasi itu”
“yah aku tahu itu”
“aku juga tahu kamu tahu tentang hal itu. Tapi kamu itu gk bisa dibilangin, kamu lebih mementingkan nyawa orang lain daripada nyawa kamu sendiri”
“bukankah memang itu pekerjaan seorang dokter”
“tapi ik, kalau kamu sakit siapa coba yang bisa selamatkan nyawa pasien-pasien kamu. Mereka bergantung sama kamu, kalau kamunya aja keras kepala, mereka juga pasti keras kepala. Jadi kamu juga harus memperhatikan kondisi kamu. Kalau dokternya malas jaga kesehatan gimana pasiennya”
Oik terdiam, Deva kembali menggenggam kedua tangannya
“aku mohon Ik, demi aku, cakka, dan keluargamu. Dengerin kata-kata aku, jangan egois, kamu harus sembuh Ik, kamu harus dirawat selama beberapa hari kedepan tapi ingat jangan pikirkan masalah apapun”
Oik hanya mengangguk kecil
****
Keesokan harinya Sivia dan Cakka datang menjenguk Oik, mereka tak menemukan oik di kamar rawat oik, ternyata oik ada di taman rumah sakit. Terlihat dia sedang asyik bercanda dengan Deva, lalu Deva melirik jam tangannya. Setelah menyampaikan sesuatu pada oik Deva pun berdiri dan pergi
Setelah itu Cakka dan Sivia mendekat
“cie yang udah mulai PDKT sama dokter Deva” ledek Cakka tanpa nada berat. Oik berusaha mencerna kata-kata cakka
“Cakka bilang gitu ke aku” batin oik, setengah melamun
“hei, kamu kenapa dek. Koq ngelamun?” tanya sivia
“ah.. gpp koq kak” balas Oik
Sivia duduk di bangku dekat Oik
“gimana kondisi kamu” tanya sivia
“aku udah gpp koq kak. seharusnya aku yang nanya, gimana keadaan kakak” jawab+tanya Oik
“kk jga gpp koq”
“oh iya Vivi mana, dua hari gk ketemu ama dia kangen nih kak”
“Vivi ada dirumah bunda”
“och…”
Lama mereka berbincang, Oik merasakan kalau perutnya sakit, tapi ia hiraukan saja rasa sakit itu. Hingga selang beberapa menit rasa sakit itu semakin menjadi, ia pun meremas perutnya
“kamu kenapa Ik?” tanya sivia
Oik berusaha tersenyum
“aku gpp koq kak”
“kamu yakin ik?” kali ini cakka yang bertanya
Kali ini oik hanya mengangguk, rasa sakit itu semakin menjadi ia pun semakin meremas perutnya
“ik..” panggil sivia meyakinkan bahwa adiknya tidak apa-apa. Tapi oik hanya meringis
“aw…” rintih oik, wajahnya pun pucat. Membuat sivia khawatir dengan keadaan oik. padahal sivia juga tidak boleh memikirkan banyak hal, karna kondisi kandungannya
“kak aku bawa oik ke dalam dulu yah” pamit cakka
“cepat cakka” perintah sivia. cakka segera mendorong kursi roda oik menuju kamar rawat oik
Sivia berdiri mencoba untuk menyusul Oik dan Cakka
“aw…” rintih sivia. perutnya terasa sakit seolah bayi yang ada didalam perutnya menendang-nendangnya. Sivia merasakan sebuah cairan mengalir di kakinya, ia pun menunduk
“darah” batin sivia. sekarang ia tak sanggup lagi berdiri. Akhirnya dia pun terjatuh
Orang-orang yang melihatnya segera membawanya ke ruang bersalin
****
Didalam kamar rawat oik, terlihat jelas di monitor detak jantung oik tidak sedang dalam keadaan stabil. cakka terus menggenggam tangan oik
“ik, ayo bangun, bilang kalau kamu baik-baik saja” pinta cakka.
Deva datang menghampirinya, menepuk bahunya. Cakka pun berbalik
“ada apa?” tanya cakka
“kak sivia sekarang ada di ruang operasi, kak sivia pasti lagi ngebutuhin kamu, kondisi kak sivia juga tidak stabil, tekanan darahnya sangat tinggi, yang artinya kak sivia sedang memikirkan sesuatu hal yang membuatnya drop. tapi kak sivia harus segera melahirkan saat ini melalui operasi” jelas deva
“tapi oik?..” tanya cakka
“Aku yakin, oik pasti mengerti dengan keadaanmu. Cepatlah pergi, dan temani kak sivia”
Cakka berdiri, menepuk pundak deva
“aku titip oik yah” kata cakka. deva mengangguk
Cakka pun segera pergi
Perasaan cakka benar-benar hancur. Dia merasa dilema, dia bingung harus memilih yang mana, istri atau orang yang sangat ia sayangi.
****
1 jam berlalu, dan operasi baru saja selesai. Seorang dokter keluar dari ruang operasi, cakka menyambutnya dengan wajah yang sangat cemas
“bagaimana dok keadaan istri saya?” tanya cakka. dokter itu tersenyum sedih
“saya punya berita bahagia, juga berita duka untuk anda!” balas dokter itu
“maksud dokter?” tanya cakka tak mengerti
“selamat bayi anda adalah seorang putri yang cantik”
Mendengar kata-kata dokter cakka tersenyum sumringah
“lalu bagaimana dengan istri saya?” tanya dokter
Dokter menghela napas berat
“kami sudah melakukan segala cara tapi maaf tuhan berkata lain, kami gagal mempertahankan istri bapak” kata dokter berat
Cakka menggeleng
“gk, gk mungkin kan dok. Gk mungkin kak sivia meninggal”
“maaf, tapi itulah kenyataan yang terjadi”
Mata cakka berkaca-kaca.
“innalillahi wainnailaihi rajiun” batin cakka
Lalu pintu terbuka dan terlihat beberapa suster sedang mendorong ranjang keluar dari dalam kamar operasi di atasnya sedang tertidur seseorang dengan kondisi wajah yang tertutup
“kakak” teriak cakka membuka selimut yang menutupi wajah sivia
Wajah sivia terlihat bersih, putih dan cerah. Cakka mencium kening sivia untuk pertama dan terakhir kalinya
“makasih kak, makasih karna udah berkorban demi anak yang sangat diinginkan oik. tapi kak kenapa harus seperti ini, aku harus bilang apa sama oik kak. semoga kakak tenang disana, aku janji akan mencari alvin dan memberitahunya tentang Vivi, sesuai dengan keinginan kakak” gumam cakka didekat telinga sivia.
Cakka pun menegakkan badannya, membiarkan suster tersebut membawa sivia ke mobil ambulance dan membawa ke rumah orang tua sivia
“bapak yang sabar” dokter itu menguatkan cakka
“makasih yah dok” balas cakka. lalu menyusul sivia, dan mengabari deva melalui ponsel
****
Sudah seminggu setelah kepergian sivia, dan cakka pun sudah tahu nomor ponsel alvin, ia juga sudah menghubungi alvin dan memintanya untuk kembali ke Indonesia.
Dan sudah seminggu juga Oik terbaring lemah di ruang ICU, sehari setelah sivia pergi keadaan oik memburuk dan ia harus di rawat di ruang ICU. Setelah keadaan oik kembali membaik, cakka pun meminta Deva agar segera melakukan operasi. dan operasi pun berjalan lancar, walaupun begitu kondisinya tetap saja masih lemah dan masih butuh istirahat
Cakka menatap bayi yang ada didalam ruang perawatan bayi didalam sana berjejer box-box bayi yang kehilangan Ibunya dan salah satu bayi didalam box bayi tersebut adalah putrinya. Putri yang lahir pada Hari Selasa, 18 Januari 2011 harus kehilangan Ibunya
Setelah puas menatap bayinya, cakka pun berjalan ke kamar tempat oik di rawat, didalam sana terlihat seorang gadis yang terbaring di tempat tidur dengan berbagai alat bantu di dekatnya. Cakka duduk disamping ranjang Oik, mengenggam salah satu tangan oik dan mengaitkan jemarinya dengan jemari oik (?)
“ik, kapan sih kamu sadar. Aku yakin kamu pasti mau lihat Ikka kan?” tanya cakka
“Vivi juga kangen sama kamu, dia sedih harus kehilangan bundanya, apalagi dengan keberadaan kamu selama seminggu di rumah sakit, membuat Vivi merasa kalau dia juga kehilanganmu ”
Jemari oik bergerak, cakka merasakan itu. Ia menatap oik
“ik…” panggil cakka
Perlahan oik membuka matanya, menatap seluruh ruangan lalu berpaling pada cakka
“cakka?” tanya oik
“iya” jawab cakka
“aku dimana?” tanya oik
“kamu di rumah sakit, seminggu yang lalu kamu pingsan”
“seminggu yang lalu?”
Kali ini cakka mengangguk
“lalu kak via mana?”
“kak via…”
“cakka kamu harus janji, saat oik siuman jangan bilang kalau kak sivia meninggal, karna itu bisa memperburuk keadaan oik, apalagi kondisi dia setelah di operasi belum benar-benar sehat. Masih dalam pemulihan”
“lalu aku harus bilang apa pada oik? apa aku harus berbohong?” batin cakka
“dia sedang istirahat yah?” tanya oik
Cakka mengangguk
“oh iya kka, sewaktu aku tertidur aku bermimpi bertemu dengan kak sivia di suatu tempat, aku dan kak sivia melayang, dan baju kak sivia sampai background tempat itu serba putih. Itu pertama kalinya aku berada di tempat seperti itu, apa kamu tahu itu dimana?”
“tidak, aku jga gk pernah lihat tempat seperti itu, memangnya kak sivia gk bilang kalau itu dimana”
“gk, oh iya kak sivia juga bilang gini ‘Ik, kakak titip Vivi sama bayi kecil kakak, jaga mereka baik-baik, anggap mereka sebagai anak kandung kamu sendiri, kakak mau pergi lama banget bahkan mungkin gk akan kembali, jadi mulai saat ini Vivi dan bayi kecil yang kamu minta akan memanggil kamu bunda, dan kamu dengan cakka akan bersatu kembali’ aku nanya sama kak via ‘kakak mau kemana?’ tapi kak via cuman jawab kalau dia mau pergi ke suatu tempat yang tenang. Mimpi aku aneh kan?” tanya oik
Cakka mengangguk
“oh iya jadi anak kalian udah lahir” tanya oik
“iya, kamu mau lihat?”
“ntar aja kalau aku udah sembuh, namanya siapa kka?”
“Ikka Raka Nuraga”
“Ikka??”
“iya! Ik itu dua huruf terakhir nama depan kamu, Oik. dan Ka itu dua huruf terakhir nama depan aku, Cakka”
Oik tersenyum ia senang, nama dari anak orang yang ia sayangi diambil dari setengah nama depannya
“lalu Raka itu?”
“raka itu gabungan dari Ramadlani dan Kawekas. Ikka itu spesial lho ik. Dia lahir di hari yang sama kita lahir, hari selasa. Dia jga lebih mirip dengan kmu. Sepertinya Ikka terlahir di dunia ini memang untuk jadi anak kamu”
Oik menghela napas
“aku jadi gk sabar pengen cepat lihat bagaimana Ikka itu, pasti kak sivia dan vivi sekarang sangat bahagia”
“yah, aku yakin itu”
Oik mencoba bangun, tapi cakka menahannya
“eitss… kamu baru aja siuman. Masih butuh istirahat, apalagi luka bekas operasi kamu belum kering”
“operasi?”
“iya, maaf tanpa persetujuan kamu, tapi deva bilang kondisi kamu sudah memungkinkan untuk melakukan operasi itu, jadi ayah menandatangani surat persetujuan itu dan kamu pasti tahu sekalipun sudah operasi kamu juga tetap wajib di kemo” jelas cakka panjang lebar
“jadi oik silahkan tidur. aku keluar sebentar, untuk memberi kabar pada dokter deva tentang keadaanmu” pamit cakka, beranjak dari kursinya dan keluar
Oik pun kembali berbaring, menatap langit-langit ruang ICU dan melirik di sekelilingnya
“ternyata seperti ini rasanya harus berbaring di tempat ini dengan alat-alat rumah sakit yang ribet. Sebelumnya aku yang menempelkan alat-alat ini pada pasienku, tapi sekarang aku yang mengalaminya” batin oik
****
3 hari kemudian, Oik sudah di pindahkan ke kamar VIP, kondisi oik hari ini lebih baik dari sebelumnya. Cakka pun sudah yakin bahwa ini saatnya oik mengetahui semuanya. Cakka pun membawa oik ke kamar Ikka
“ini siapa?” tanya oik saat ia sudah berada di depan box kaca seorang bayi
“masa kamu gk tahu?” Tanya cakka balik
Oik menatap bayi tersebut. Lalu menoleh ke arah cakka yang berdiri disampingnya
“dia… Ikka?” tanya oik
Cakka mengangguk
“cakka jangan bilang kalau kak sivia…!” oik menggantungkan kalimatnya berharap apa yang ia fikirkan salah
Cakka mengangguk lalu berjongkok di depan oik sambil memengang kedua tangan oik
“maaf ik, aku nggak cerita sama kamu kalau kak sivia udah pergi ninggalin kita semua untuk selamanya. Aku sengaja nggak cerita sama kamu agar kamu gk khawatir dan kamu gk kepikiran terus biar kamu bisa cepat pulih”
Air mata oik menetes. Oik lalu memukuli cakka
“kamu jahat, kamu jahat cakka. huhuhu..” oik terus memukuli cakka dengan linangan air matanya, dan cakka hanya pasrah ia sudah yakin hal ini akan terjadi
Cakka menahan kedua lengan oik, agar oik berhenti memukulinya
“ik, maafin aku. Ini semua juga demi kebaikan kamu”
“gk, kak sivia pergi. pergi ninggalin aku, dan kamu gk bisa jujur sama aku tentang hal itu cakka. itu bukan demi kebaikan aku, aku gk merasa baik dibohongin tentang hal itu. Cakka, kamu jahat” oik berusaha berteriak dengan sisa tenaganya
Cakka memeluknya berusaha menenangkannya
“ik, udah. Jangan kayak gini ik. Kamu baru aja pulih” lirih cakka
“kak sivia pergi, kak sivia harus merelakan nyawanya demi melahirkan Ikka, kak sivia harus pergi demi menepati janjinya sama aku. Harusnya waktu itu aku gk pernah bilang sama kak sivia. kalau aku…”
“ik, udah gk usah diterusin. Ini bukan salah siapapun, mungkin memang harus seperti ini ik. Aku yakin ini yang terbaik”
Oik terisak dalam pelukan cakka. cakka terus mengelus punggung oik
****
Didalam kamar rawat oik, didalam sana sudah ada box bayi dan didalam box tsb tentu saja ada Ikka. Oik duduk menatap Ikka yang sedang tertidur pulas, sedangkan cakka duduk disamping tempat tidur oik
“kak sivia” lirih oik
“oik sudah jangan merasa bersalah terus”
Tok..tokk..
Seseorang mengetok pintu.. cakka menoleh
“silahkan masuk gk dikunci koq” kata cakka mempersilahkan
Pintu terbuka seorang anak kecil meghampiri cakka dan diikuti oleh seorang pria dewasa di belakangnya
“Ayah!!!” seru anak kecil tersebut sambil memeluk cakka. cakka membalas pelukannya
“ayah rindu sama kamu… maafin ayah yah ayah gk pernah jengukin kamu ke rumah eyang” balas cakka. anak kecil itu melepas pelukannya
“aku tidak lindu dengan ayah.. aku lindu dengan tante Oik” balasnya yang tak bisa menyebut kata R. Vivi Berusaha naik ke ranjang oik
“Vivi, tante oik butuh istirahat”
“udah gpp kka. Bantuin dia naik”
“hole.. aku bica main cama tante oik lagi”
Cakka pun membantu Vivi naik ke ranjang oik dan duduk disamping oik
“hai oik, apa kabar?” tanya pria yang datang bersama Vivi
“alhamdulillah udah agak mendingan sekarang! Kakak sendiri?”
“yah seperti yang kamu lihat sekarang ini masih baik”
Cakka berdiri. Mengulurkan kursinya untuk pria tersebut
“kakak duduk disini” kata cakka. pria tersebut menurut. dan cakka duduk di sudut ranjang oik, tepatnya didekat kaki oik
“kapan kakak datang?” tanya cakka
“2 jam yang lalu”
“tante, tadi om apin ke tempat istilahatnya bunda, telus om apinnya nangis, om apin cengeng deh tante” adu Vivi pada oik. cakka menahan tawanya. Oik mengelus rambut vivi
“Vivi, kak alvin bukannya cengeng tapi dia sedih karna bunda kamu pergi”
“jadi kakak udah dari makamnya kak sivia?” tanya oik
“iya, Dan kakak dengar kamu baru 4 hari yang lalu terbangun dari tidur panjangmu?” tanya alvin
“iya kak, aku juga sedih dengar kenyataan itu”
“udah jangan ungkit masalah itu lagi.. lebih baik kita jalanin aja hidup ini tanpa noleh ke belakang”
Oik dan Cakka mengangguk setuju
“tante, bunda kenapa cih, koq istilahatnya lama banget. Bikin aku lindu cama bunda”
“mungkin bunda kamu kelelahan”
“tapi, kenapa bunda istilahatnya di bawah tanah. Sedangkan tante tiduran di lanjang”
“nah kalau itu tante gk tau sayang”
“oh iya Vi, mulai sekarang kamu bisa panggil om alvin dengan sebutan ayah” kata cakka
“kenapa? Ayahnya pipi kan ayah caka, kenapa pipi harus manggil om apin ayah”
“karna om alvin juga ayah kamu”
Vivi hanya mengangguk
“berarti kakak juga udah ketemu sama ayah?” tanya cakka
“iya.”
“apa kata ayah?” tanya oik
“tentu saja, aku dapat ceramah yang sangat membuang waktu dan yang lebih membuat kakak merasa bersalah, karna kakak terlalu lama kembali ke indonesia, hingga kakak gk tahu bahwa anak kakak ternyata sudah besar” jelas Alvin
“yah setidaknya sekarang kakak sudah tahu kan kalau kakak udah punya salin-an”
“hahahaha” alvin tertawa
“she really really same with me” kata alvin
“iya kak”
“oh iya Ayah sama sekali gk ngelarang aku untuk tinggal bersama Vivi”
“itu artinya ayah bisa memaafkan kakak”
****
And then, CaIk pun kembali bersatu, kali ini dengan seorang bayi mungil yang bernama Ikka Raka Nuraga. Nama yang unik, bukan? Setelah hampir 1 tahun cakka mengantongi status DUREN cakka pun menikahi Oik. membuat segala pengorbanan oik di masa lalu terbalaskan. Dan keajaiban pun hadir di hidupnya. Karna rajin menjalani kemoterapi dan berdoa. Oik terbebas dari penyakit mematikannya itu. dan mampu melahirkan seorang putra yang akan menjadi pewaris tunggal di perusahaan keluarganya. Namanya Reihan Arya Nuraga dipanggil RAN. Kehadiran Ran dalam keluarga ramadlani membuat excel semakin membanggakan Oik, walaupun begitu excel sudah sadar kalau Sivia memanglah putrinya tapi tetap saja baginya pengorbanan Sivia tidak begitu berarti menurut dia Sivia memang harus melakukan itu karna dia sudah merebut kebahagiaan adiknya.
Dan sekarang alvin sudah tidak lagi tinggal di amsterdam dia sudah menjadi keluarga Ramadlani sebagai ayah dari Vivi Yosevia Sindunata dan ia membantu Cakka mengelolah perusahaan Excel.
Dan Sivia tersenyum diatas sana, melihat semua yang tak pernah terjadi saat ia masih bernapas sekarang terjadi saat ia pergi. membuat ia semakin tenang di alam barunya
Yah, seperti itulah hidup, selalu ada pengorbanan disetiap kita ingin kebahagiaan tercipta. Walaupun berat dan menyakitkan namun harus kita terima karna hidup akan lebih bermakna saat kita bisa merelakan apa yang tidak bisa kita lupakan. Entah itu Cinta, Nyawa, Harta-Benda, atau bahkan Orang yang sangat berarti dalam hidup kita
Indah pada waktunya, itulah kehidupan. setiap langkah pasti selalu ada pilihan, pilihan yang akan membuat kita mengorbankan sesuatu, pilihan apapun yang kita pilih pasti selalu ada yang dikorbankan, dan yang akan bertahan adalah orang yang sabar dan lapang dada layaknya sosok deva dalam cerita ini Deva Ekada Saputra mungkin ditakdirkan untuk mengorbankan perasaannya pada oik. ia cinta namun tak bisa memiliki. Itulah jalan yang ia pilih. ia memilih untuk mencintai oik yang tidak bisa mencintainya
_THE END_
haii kaka saya ijin repost di fb boleh nggak??
BalasHapusceritanya menarik, keren, couplenya jga favorit aq.. hehe
boleh yach..
nih fb aq NITA KECEH