Dari Benci Tumbuh Benih Cinta (part 11)

****

4 bulan berlalu kak shilla tetap tak ingin jauh dariku parahnya lagi kak riko udah balik ke indonesia, dan kak riko juga yang sekarang jadi musuh aku dia fikir aku yang ngejar-ngejar kak shilla padahal kak shilla yang ngejar-ngejar aku. Jadi dengan sangat terpaksa kupilih untuk pindah sekolah, dengan hati yang berat demi keselamatanku aku mengundurkan diri dari pencalonanku sebagai ketua osis, dan juga dengan hati yang berat, aku meninggalkan SMA CROz sma ter-elit di kota ini. Meninggalkan sahabat-sahabat yang baik padaku, meninggalkan kelas ekselerasi yang sangat ku impikan, meninggalkan mimpiku sebagai ketua tim basket, meninggalkan musuh yang selalu beradu mulut denganku jika pelajaran fisika, meninggalkan pak stev pelatih basketku yang baik dan tidak sombong, meninggalkan prestasi basketku, meninggalkan semua yang indah di SMA CROz. Sekarang aku sekolah di SMA Nusa, sekolah ini juga sekolah elit, tapi sekolah ini tak pernah juara basket, siswanya saja tidak ada yang taat peraturan. Awal aku masuk ke sekolah ini aku dikira mata-mata dari SMA CROz, soalnya mereka tau kalau aku ini cakka nuraga adiknya alvin jonathan yang tidak lain adalah ketua tim basket di SMA CROz. Tapi lambat laun ada dari mereka yang menerima aku mereka adalah bastian dan kiki, tapi tetap aku gk diterima untuk ikutan basket, padahal bagiku basket itu adalah nyawaku. Tapi aku tak pernah mengeluhkan itu dirumah, karna aku tak ingin melihat ayah terus merasa bersalah, mungkin aku memang ditakdirkan untuk seperti ini, tidak apalah yang penting aku masih bisa berantem ama oik, masih bisa main basket ama kak dayat, karna awalnya ayah dan bunda ingin mengirimku ke yogya, bahkan kak alvin ingin membawaku ke malang, untuk tinggal bersama oma, untung saja aku memilih untuk tetap dijakarta kalau tidak, bisa mati aku kalau sehari gk berantem ama oik *aneh*. Kalau dulu di SMA CROz setiap lewat aku disenyumi orang, dimintai nomer handphone, dimintai alamat rumah,  dimintai tanda tangan*narsis*, semua  cewe pada teriak-teriak manggil nama aku, kalau di SMA Nusa setiap lewat tau gk aku diapain? Aku selalu di pelototin, dicibir, digosipin yang gk-gk, penderitaan memang, sama saja kalau aku keluar dari lubang buaya trus masuk ke kandang macan, kayaknya kebalik aku itu kayak keluar dari kandang macan trus masuk ke lubang buaya. Di SMA Nusa aku menempati kelas XI. Ipa3. Padahal kalau di SMA CROz aku tinggal di kelas ekselerasi yaitu XI. Ipa-A. tapi dari pada di intai terus oleh kak shilla lebih baik pindah yah pasti dengan resiko.

****

“Ik udah siap” tanyaku
“iya, yuk udah setengah tujuh nih ntar kamu telat” balas oik lalu naik ke motorku. Walaupun sekarang aku Dan oik sudah tidak satu sekolah lagi tapi aku selalu mengatar jemput oik karna sekolah kami searah. Dan sampai sekarang aku masih gk tau  ‘dia’ siapa. Hubungan oik Dan kak obiet sekarang juga tidak lagi sedekat dulu
“makasih kka” kata oik lalu turun dari motorku
“sama-sama ik. Ntar aku tunggu di tempat biasa” balasku. Sengaja aku tak menjemput oik di depan sekolah karna aku gk mau kalau kedua sahabatku tau bahwa aku sudah dekat dengan oik
“ok” kata oik lalu masuk. Baru aku menyalakan mesin motorku. Ada aja penganggu
“hai cakka nyariin aku yah” tanya orang itu
“pd amat sih lo”
“yah trus ngapain ke sini kalau bukan nyariin aku. Sekarang kan kamu gk sekolah disini”
“terserah gw dong ngapain ke sini. Kan dipintu gerbang gk ada tulisannya bahwa anak sma nusa dilarang kesini”
“yah bukan gitu. Pasti kamu kesini buat sesuatu gk mungkin cuman singgah lihat-lihat sekolah ini”
“ok gw kesini nganterin oik. Puas‼” balasku lalu pergi
“cakka” teriak kak shilla. Tapi kuabaikan saja

****

“kka mau ke kantin” ajak kiki
“gw gk napsu makan ki” balasku
“lo kenapa” tanya bastian
“gk papa koq” balasku
“yaudah kita ke kantin yah” pamit kiki
“yoi” balasku lagi, lalu aku pergi ke lapangan basket. Walaupun aku tau pasti aku tidak dibiarkan untuk melihat mereka. Mereka masih berpikir kalau aku ini mata-mata. Aku duduk jauh dari lapangan basket, tapi dari sini orang yang sedang bermain basket sangat terlihat jelas, aku menikmati pemandangan didepanku
“ternyata mereka jago, tapi kenapa mereka selalu kalah melawan SMA CROz” pikirku
“ngapain ngelamun” tanya seseorang. Aku lalu berbalik. Aku tidak mengenalnya
“oh iya lo murid baru itu kan” tanyanya kemudian. Aku mengangguk
“kenalin gw gita” katanya memperkanalkan diri sambil mengulurkan tangannya. Aku lalu membalasnya “cakka” lanjutku lalu melepas tanganku. Dan kembali fokus ke lapangan basket
“kenapa lo gk main basket”
“emang lo gk tau siapa gw”
“gw tau koq, lo cakka kan adiknya ketua tim basket dari sekolah lo yang dulu. Dan apa salahnya kalau lo gabung ama tim basket disini”
“ketua tim basket disini gk mau kalau gw masuk karna gw dikira mata-mata”
“goldi emang keras kepala, selalu aja orang lain itu dianggap musuh, itulah kenapa sma nusa tidak pernah juara basket, karna dia gk mau terima usulan dari teman-temannya, dia selalu merasa benar”
“lo kenal dekat ama dia”
“dia cowo gw”
“oh”
“btw kenapa lo pindah kesini padahal gw dengar-dengar prestasi lo di sma croz itu bagus banget”
“gw ada masalah pribadi”
“wah gk banget tuh hanya karna masalah pribadi prestasi jadi korban”
“iya hehehe”
“heh gw balik ke kelas gw yah, ntar orang salah paham apalagi kalau gw lihat-lihat di sekolah ini gk ada yang suka ama gw” lanjutku lalu pergi
“dia seperti oik. Selalu mau mendengar curahan hati orang” batinku

****

“ik, kamu kenapa” tanyaku yang melihat oik sedang sedih
“besok kamu gk usah nganterin aku ke sekolah” kata oik
“memangnya kenapa” tanyaku
“tadi kak shilla marah ama aku karna dia lihat kita bareng”
“kayaknya aku harus kasih pelajaran ama kak shilla”
“jangan”
“kenapa ik? aku itu udah gk sekolah di sma croz jadi terserah aku kalau mau membuat onar disana”
“aku gk mau kak shilla makin marah ama aku karna aku ngadu ke kamu”
“jadi besok kamu mau berangkat bareng kak dayat”
“iya”
“yaudah gk papa, yang penting itu gk menganggu kamu, yuk kita makan habis itu jalan-jalan. Kamu udah izin kan ama kak dayat”
“iya” balas oik
“yaudah yuk” kataku. Oik lalu naik ke motorku dan aku segera menggas motorku menuju ke restoran

****

“mobil siapa nih” tanyaku dalam hati lalu masuk kerumah. Dari kejauhan aku melihat seorang gadis sedang berdiri didepan pintu sambil membunyikan bel. Sesekali ia melirik ke sekitar. Aku juga ngerasa rumah ini sepi banget. Lalu sepintas kulihat wajahnya
“hah‼ kak shilla, ngapain dia ke rumah aku” batinku, lalu segera bersembunyi
“bahaya kalau kak shilla tau gw ada dirumah” lanjutku lalu kegudang untuk mencari tangga. Sepertinya kak shilla sudah masuk ke rumah. Setelah tangga kutemukan, lalu kusandarkan tangga itu ditembok pembatas rumahku dan rumah oik. Aku mau manjat ke rumah oik. Setelah sampai dirumah oik aku lalu nyelonong ke lantai dua tempat kamar oik berada. Sampai di pintu kamar aku lalu mengetok pintu kamar oik
“siapa” tanyanya
“cakka” jawabku
“masuk aja gk dikunci koq” katanya aku lalu masuk ke kamar oik
“ada apa” tanyanya
“mau mengintai seseorang”
“mengintai seseorang”
“iya”
“siapa”
“coba deh kamu ke balkon kamarmu” perintahku oik lalu berjalan ke arah balkonnya
“gk ada siapa-siapa”
“di rumahku”
“gk ada orang cakka”
“tunggu sampai 2 menit”
i never thought that it be easy
cause we both so distance now
and the walls are closing in on us
and we're wondering how


hp ku berbunyi oik segera masuk ke kamarnya mencari hpnya, aku hanya geleng-geleng melihatnya lalu kukeluarkan hpku kulihat nama penelpon yang tertera di layar hpku
“Kak alvin” tanyaku lalu mengangkat telpon dari kak alvin. Oik yang sudah tidak mendengar lagu down to earth lalu berkacak pinggang sambil melototin aku. Aku hanya nyengir
“halo” aku memulai pembicaraan
“dirumah oik”
“sembunyi dari kak shilla”
“Terserah kakak deh mau ngomong apa ama dia yang penting jangan bilang kalau aku ada dirumah oik”
“eh satu lagi bunda ada dirumah gk”
“syukur deh” balasku lalu memutuskan telpon dengan kak alvin
“kenapa gk bilang kalau hp kamu yang bunyi”
“gk nanya”
“huh”
“emang iyakan kamu gk nanya”
“yah seharusnya kamu juga nanya kka. Aku lagi nyari apa, jangan cuman geleng-geleng”
“iya-iya maaf”
“emangnya kamu lagi mengintai kak shilla yah”
“iya”
“kenapa”
“aku cuma pengen tau dia udah pergi dari rumahku”
“eh kamu ke balkon lagi ik” perintahku oik pergi lagi. Kebetulan oik lagi mengawasi rumahku
“aha‼” ide jail muncul di otakku. Aku lalu membuka laci meja belajar oik berharap dia menyimpan diari yang isinya tentang seseorang yang ia sayang Dan tentang ‘dia’
“ngapain” tanyanya tajam. Aku kepergok rupanya
“gk ngapa-ngapain”
“trus cari apa pake buka laci meja aku”
“tadi ada kecoa lewat siapa tau dia ngumpet di laci kamu”
“dasar orang aneh”
“aneh juga karna ada kamu ik”
“maksudnya”
“pikir aja ndiri”
“udah gede masih aja lemot” lirihku
“apa kamu bilang”
“aku gk bilang apa-apa”
“eh tuh kak shilla bukan” tanyaku mengalihkan pembicaraan. Oik lalu berbalik
“bukan cakka, itu cuman orang lewat” balasnya lalu kembali memperhatikan rumahku
“ik” panggilku
“apa” tanyanya
“ik selama aku gk di sma croz hubungan kak riko ama kak alvin gimana” tanyaku. Oik lalu berjalan masuk ke kamarnya
“emang kak riko pacaran ama kak alvin” tanyanya. Lalu duduk di ranjang, aku duduk disampingnya
“ya allah ik maksud aku hubungan mereka sebagai teman”
“och bilang dong”
“aku udah bilang tapi kamu gk ngerti. lemot sih kamu”
“enak aja bilang aku lemot dasar gendut”
“apa keberatan pipi”
“dasar! Kebanyakan dosa‼”
“lemot‼”
“gendut‼”
“aduh ik aku gk pengen berantem, udah jawab”
“iya, iya. selama kamu pergi kak alvin ama kak riko gk pernah saling sapa”
“padahal awalnya kak riko marah ama aku, koq sekarang jadi kak alvin yah”
“emang kak alvin gk pernah cerita ama kamu”
“cerita tentang apa”
“tentang kak riko marah ama kak alvin”
“jadi bukan karna aku”
“bukan tapi karna kak shilla”
“kak shilla”
“yah kak shilla yang bilang ama kak riko kalau alvin yang nyuruh ayah kak shilla agar kak shilla di jodohin ama  kamu”
“trus kak riko percaya”
“iya”
“jago acting banget yah kak shilla”
“kamu ingat gk waktu kak alvin pulang malam trus mukanya lebam”
“iya, itu sih kak alvin bilang dia habis di keroyok ama preman”
“itu bohong”
“jadi mukanya kak alvin lebam karna apa”
“waktu itu kan party kak shion jadi kak day juga pergi kak day bilang sih kak alvin lebam karna di pukul ama kak riko alasannya karna kak alvin itu udah ngerebut kak shilla soalnya waktu itu kak via lagi sakit jadi dia gk pergi nah kak shilla ngambil kesempatan deh dekat ama kak alvin tiba-tiba kak riko datang langsung nonjok kak alvin kak riko kira kak alvin yang mau deketin kak shilla, nah kak alvin dibilang ama kak riko teman makan teman, dan parahnya kak alvin gk mau ngelawan”
“astaga saking cueknya tuh orang udah di gebukin masih aja diem”
“belum selesai cakka”
“maksudnya”
“yah awalnya sih kak alvin cuek aja di tonjok ama kak riko tapi kak day bilang waktu kak riko udah puas nonjok kak alvin, kak alvin langsung nonjok kak riko sampai pingsan, kebayang gk gimana kerasnya kak alvin mukul”
“astaga ternyata kakakku sekejam itu” batinku
“nah dari situlah awal permusuhan dua teman ini”
“gk enak banget kenal ama kak shilla”
“bukannya gk enak, tapi menurut aku kak shilla kayak gitu karna butuh seseorang yang bisa menyayangi dia lihat aja bapaknya kak shilla cuman fokus ama sma croz ama bisnisnya gk pernah sedikit pun perhatiin kak shilla, apalagi ternyata dari kecil kak shilla gk pernah ngelihat ibunya yang membuatku semakin yakin kak shilla seperti itu karna butuh kasih sayang, aku bersyukur ayah gk ngelarang aku untuk tetap bersama bunda disini”
“kamu gk pernah ke perth ik”
“gk”
“kenapa”
“ayah gk bolehin aku pergi kalau kak dayat gk mau ikut, ayah takut aku kenapa-kenapa. Sedangkan kak dayat dia gk pernah ada waktu. Kalau libur pasti dia bikin kesibukan sendiri ntah main basket lah, atau apalah”
“mungkin kak day gk mau ninggalin bunda kamu sendirian disini”
“mungkin”
“eh ik. Aku balik yah udah sore aku masih pake seragam nih”
“ok” balas oik. Aku lalu pergi ke rumahku. Kak shilla juga udah pergi

****

“kak” panggilku saat kulihat kak alvin lewat di depanku yang  sedang duduk sambil nonton
“apa” tanyanya lalu duduk disampingku
“ingat gk tiga minggu yang lalu, waktu party-nya kak shion”
“kenapa”
“muka kakak lebam bukan karna di keroyok ama preman kan”
“siapa bilang, orang muka kakak lebam karna dikeroyok preman koq”
“pantes aja aku tukang bohong ternyata keturunan dari kakak toh”
“aduh kka perjelas deh kalau ngomong”
“kakak habis di tonjok kan ama kak riko”
“tau darimana”
“oik, Dan tolong kakak jangan marah ama oik gara-gara  oik ngadu ke cakka. Kak kenapa sih waktu itu kakak gk jujur aja ama ayah kalau kakak di tonjok ama kak riko, biar kak riko dikasih pelajaran ama ayah”
“cakka ngomong jangan keras-keras nanti bunda denger”
“memangnya kenapa kalau bunda dengar”
“kakak gk mau masalah ini panjang, kalau masalah ini panjang kasihan orang tuanya kak riko harus ngapain kalau gk kerja sama ama perusahaan ayah”
“hih kakak itu baik banget yah, udah di bonyok ama orang masih aja gk mau bales orang itu”
“masih untung kak Cuma lebam, kalau kak riko satu minggu dia gk sekolah”
“hah”
“kenapa kaget”
“emang kakak apain kak riko”
“kakak cuman mukul pundaknya and nonjok hidungnya”
“koq bisa kak riko sampai gk kesekolah satu minggu”
“hidungnya hampir patah”
“segitu kencengnya kakak mukul”
“iya”
“ckckck kakak aku hebat banget yah”
“iya gk kayak kamu yang bisanya cuman nangis”
“hehehe”
“eh kamu ngapain aja dirumah oik”
“cerita tentang kakak ama kak riko”
“cakka kakak mau tanya kamu jawab jujur yah”
“mau nanya apa”
“kamu suka gk sih ama oik”
“aduh‼ kakak sipit ku tercinta. Harus berapa kali aku bilang aku itu gk suka ama oik” elakku berusaha memalingkan wajah dari kak alvin. Soalnya kak alvin pasti tau kalau aku bohong
“yakin”
“yup”
“bener”
“iya”
“masa sih”
“kak”
“iya iya marah deh”
“habisnya kakak yang mancing”
“tapi kka munafik itu jelek lho”
“iya, cakka tahu koq, lagipula aku gk munafik aku cuman gk ngerti apa itu suka, cinta, ama sebangsanya. Jadi kalau kakak nanya aku suka ama oik atau gk paling aku bilang gk, aku kan gk tau suka itu kayak apa. Aku cuman tau sayang, sayangku pada sahabat and keluargaku. Paham!” balasku malas lalu pergi ke kamarku

****

Baru saja aku memejamkan mataku hp ku berdering, dengan malas ku raih hpku Dan mengangkat telpon
“halo”
“ada apa”
“gw ngantuk”
“ah bener”
“hehehe”
“iya gw gk lama koq” balasku lalu menutup telpon Dan segera mengambil jaketku lalu berlari ke bawah
“kamu mau kemana, baru juga pulang” tanya kak alvin
“ngumpul ama sahabat. Boleh yah”
“iya tapi jangan lama”
“ok”

****

“jadi ada angin apa nih ray lo mau nraktir gw makan”
“kka kasian banget yah lo pindah ke SMA nusa”
“ngeledek lo zy”
“jadi gini kka. Ray itu baru aja jadian ama adik kelas kita namanya keke adiknya kak dea”
“waw suka yang muda-muda  yah lo”
“jadi kka kapan lo nraktir kita”
“gimana kalau minggu depan”
“bukan nraktir gituan. Tapi buat PJ”
“I’m single and very happy”
“masa sih, lo gk envy lihat dua sahabat lo udah pada punya gebetan, tapi lo? Gk jelas”
“buruan kka keburu oik di embat orang”
“apa lo bilang. Oh jadi lo mau kalau gw jadian ama oik”
“iya soalnya lo cocok”
“cocok di ajakin berantem”
“jangan esmosi gitu dong”
“emosi ozy bukan esmosi”
“seterah gw daripada gw ubah dari es teler”
“bagus tuh zy kan enak”
“baru juga dua bulan gw gk sekolah di sma croz koq temen gw pada gila yah”
“ray lo koq jadi ketularan begonya ozy habis jadian ama keke”
“gk koq. Kita bercanda, gk bisa diajakin bercanda sih lo kka”
“bercanda lo kayak orang gila”
“gini nih kalau sobat gk punya pasangan bawaannya marah-marah mulu”
“gw pulang nih”
“eh iya-iya bercanda koq”
“huh”
“ngambek deh lo kka”
“aduh udah deh ini acara gw atau acaranya ray sih”
“iya ini acara gw. Moggo dimakan”

****

“aku pergi assalamualaikum” pamitku
“kamu gk bareng oik cakka” tanya bundaku. Sekarang ayah dan bunda tidak akan marah kalau aku pergi dengan oik karna kak alvin udah bilang kalau aku udah putus ama kak dea
“dia bareng kak dayat bun, ntar pulang sekolah baru aku jemput dia”
“oh kamu hati-hati kalau gitu”
“iya bun” balasku lalu pergi

****

“ok sampai sini pelajaran kita hari ini. Kalian boleh istirahat” tutup ibu guru lalu keluar dari kelasku
“kka gimana pelajaran biologi di sekolah lo” tanya kiki
“seru dan gurunya gk membosankan” jawabku
“gw pengen banget ngerasain sekolah di sma croz” kata bastian
“ngimpi lo, masuk sekolah disini  aja lo butuh perjuangan apalagi masuk sma croz” balas kiki
“udah gk usah ribut, ke kantin yuk”
“ok”

****

“DUAR‼” teriakku mengagetkan oik yang sedang melamun
“AMPUN” pekik oik sambil mengangkat kedua tangannay. Aku tertawa melihat tingkahnya
“hahaha” tawaku meledak*emang tabung 3 kilo*
Oik lalu memukulku “cakka jahat” kesal sambil memukulku
“koq jahat”
“yah main ngagetin aja. Coba aku jantungan. Trus pingsan keterusan mati mau gantiin nyawa aku”
“gk ah. Males gantiin nyawa kamu. Kalau gantiin nyawa selena gomez aku mau”
“hih kejam” kesal oik lalu memalingkan wajahnya dariku
“iya-iya maaf. Ngambek deh” bujukku
“kamu sih jail”
“janji deh ik aku gk bakal ulangin lagi, asal jangan marah”
“gitu dong”
“ik”
“apa”
“kamu mau langsung balik”
“gk, kita ke toko buku dulu gk papa kan”
“iya. Yuk keburu sore”
“ok”

****

bersambung,,,
maaf kalau cerbung saya makin gaje
thank's yah yang udah coment di part sebelumnya
yang habis baca part ini jangan lupa tinggalin komentar kalian

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Preman Kepentok Anak Pesantren (Cast & Sinopsis)

Utuh (cerpen)

Pengorbanan (Cerpen)