Dari Benci Tumbuh Benih Cinta (part 16)


lanjutannya...
selamat membaca
****

Oik yang selama ini kukenal ternyata tidak lebih baik dari apa yang selama ini aku lihat. Dia ternyata tak sepolos yang kulihat. Aku tidak pernah menyangka bahwa oik tidak akan menjauh jika kak obiet mendekati wajahnya
“OIK” teriakku. Kak obiet lalu menjauh dari oik
“c cakka” tanya oik
“Jadi ini ik yang mau kau perlihatkan padaku sehingga kamu tidak menungguku digerbang” tanyaku
“kka aku bisa jelasin”
“mau jelasin apa lagi ik setelah apa yang baru kulihat tadi”
“kamu salah paham”
“apa? Kamu masih bisa bilang ini salah paham”
“cakka semua gk sesuai dengan apa yang kamu lihat”
“kamu jahat ik. Kita putus” balasku lalu pergi
“Cakka” teriak oik
“udahlah ik, biar kakak yang ngomong ama cakka”
“apa kakak bilang? Kenapa gk dari tadi kak, kenapa setelah cakka pergi? Kenapa daritadi kakak diam aja?” tanya oik. Obiet hanya diam
“aku tau kakak pasti sengaja kan? Kakak senang kalau lihat oik jauh dari cakka”
“bukan gitu ik”
“alah kakak gk usah bohong”
“cakka tunggu” teriak oik sambil mengejarku tapi kuhiraukan saja
“maaf ik tapi aku juga punya perasaan” batinku lalu pergi

“impaskan dlu lo di cium ama shilla dan oik sedih. Sekarang lo nyangka gw hampir nyium oik. Dengar cakka gk akan gw biarin oik sakit baik di sengaja maupun gk. Daridulu gw emang gk suka kalau lo deket ama oik. Jadi sekarang gw bakal bujuk oik buat lupain lo”

****

“assalamu alaikum” kataku lalu segera naik ke kamarku. Sesampainya dikamar. Aku membanting pintu lalu  menghancurkan seisi kamarku. Menjatuhkan lampu duduk, buku, pigura, vas, dan semua pernak-pernik yang ada di dalam kamarku. Begitu juga dengan tempat tidurku. Aku sudah terlampau kesal. Oik orang yang selama ini sangat kusayangi. Ternyata seperti itu.
“gw nyesel suka ama lo ik”
“arragghhhh” geramku lalu melemparkan fotoku dengan oik yang ku ambil di basecamp beberapa bulan lalu
“cakka kamu kenapa” tanya kak alvin sambil mengetok pintu kamarku
“cakka. Ayolah buka pintunya. Cerita ama kakak apa masalah kamu” bujuk kak alvin
“kak alvin” panggil seseorang. Aku kenal suara itu. Oik
“iya ada apa ik” tanya kak alvin
“cakka marah”
“kakak juga gk tahu. Baru datang dia udah ngamuk”
“cakka salah paham kak ama oik”
“kamu mau cerita sama kakak” tanya kak alvin.
DAKK‼ kupecahkan kaca cerminku dengan farfum termahalku
“cakka” panggil oik
“pergi lo dari sini. Telinga gw panas denger suara lo” teriakku. Lalu terdengar suara langkah kaki yang menjauh dari kamarku
“huhuhu” aku menangis.
Marah, kecewa, dan sedih bercampur jadi satu di kepalaku. Andaikan bisa kuhancurkan dunia ini aku ingin melakukannya

****

Sejak dari pulang sekolah sampai sekarang pukul 10  malam. mungkin sudah seribu kali kak alvin ayah dan bunda bolak-balik membujukku untuk keluar kamar. Tapi aku tau. Kondisiku saat ini sangat…sangat kacau
“cakka kakak boleh masuk” tanya kak alvin. Aku berjalan pelan ke arah pintu  lalu membukakan kak alvin pintu. Setelah itu aku kembali ke ranjangku. Kak alvin masuk kekamarku dengan wajah yang bingung. Tentu saja, kamarku yang selama ini rapi berubah bak kapal pecah. Cermin yang tak lagi dapat dipakai bercermin. Ranjang yang tak lagi patut di sebut tempat tidur. Buku dan pernak pernik yang berserakan di lantai. Pecahan beling disana-sini
Kak alvin lalu duduk di sampingku “kamu kenapa sih” tanya kak alvin
“oik udah cerita” tanyaku balik
“yah. Tpi kenapa kamu gk mau dengar penjelasan oik” jawab+tanya kak alvin. Aku lalu memandangnya
“coba aja kakak yang lihat. Yang cakka lihat itu sudah menjelaskan apa yang dilakukan oik”
“cakka, kamu bilang kamu sayang sama oik. Tapi kamu koq gk percaya ama oik.  Gk ada salahnya kan kamu dengar penjelasan oik dulu”
“kakak aku tahu kakak itu lebih sayang sama oik daripada aku. Tapi apa salahnya kalau kali ini kakak berpihak padaku”
“sudahlah rugi bicara dengan kamu. Kamu selalu saja berpikir negatif. Yang penting kakak sudah kasih kamu saran untuk mendengarkan penjelasan dari oik” kata kak alvin lalu beranjak dari ranjangku
“Oh iya satu lagi jangan kurung diri di kamar. Karna ayah dan bunda sedih melihatmu seperti ini” lanjut kak alvin lalu keluar
“salah paham? Orang aku sendiri koq yang lihat”

****

“cakka ayo bangun. Ini sudah pagi, apa kamu tidak sekolah” terdengar suara bunda
“aku sakit bunda”
“bun. Sudahlah mungkin cakka sedang tidak enak badan. Lebih baik bunda segera ke kantor. Biar aku yang membangunkan cakka” kata kak alvin
“baiklah kalau begitu. Kalau adikmu sakit. Segera bawa dia ke dokter yah” balas bunda
“iya bun” kata kak alvin
“bunda pergi dulu” balas bunda lalu pergi
“cakka” sekarang giliran kak alvin yang membangunkanku
“apa” tanyaku dari balik selimutku
“apa hari ini kamu gk mau kesekolah” tanya kak alvin. Aku lalu bangun
“apa aku harus ke sekolah dengan wajah seperti ini kak” tanyaku balik
“baiklah. Kamu istirahat saja di kamar kk. Karna binem akan membereskan kamarmu”
“ah ribet amat sih kak beresin aja napa. Gk usah pake nyuruh aku pindah” kesalku lalu kembali tidur
“yasudah kalau kamu tidak mau ke kamar kk. Kakak pergi dulu yah” pamit kak alvin
“pergi aja sana. Gk usah pake ngomong”
                                                                                                    
“kakak mengerti koq kondisi kamu kka. Baru pertama kali kamu merasakan jatuh cinta. Kamu harus sakit seperti ini. Kakak akan balas orang itu. Gk akan kakak biarin orang itu bahagia”

****

Kamarku sudah bersih. Tpi cermin belum di ganti. Ranjangku juga belum rapi. Sudah dari dua jam yang lalu aku dikamar. Dan sudah dari kemarin siang aku gk makan. Gk papalah Sekalian buat program diet siapa tahu dua hari gk makan aku bsa kurus*plakk*
Main gitar kayaknya seru. Aku lalu mengambil gitarku yang ku letakkan di sudut kamarku
ku terbakar cemburu
cemburu buta
tak bisa ku padamkan amarah dihatiku
sakit menahan sakit hati
menyimpan perih
tak bisa ku terima apa yang ku alami
ibaratnya jantung hati
tersayat pedang tajam
betapa sakitnya
ku rasakan itu
dan kini aku tahu ku sangat
begitu dalamnya aku sungguh mencintaimu
mungkin selama ini ku salah
tak pernah pedulikanmu setulusnya hatiku
ku akui ternyata
sakitnya membakar hati
sudah membuatmu pergi
kini hanya tinggalkan luka
begitu dalamnya aku sungguh mencintaimu
mungkin selama ini aku salah
tak pernah pedulikanmu setulusnya hatiku
mungkin selama ini ku salah

lagu selesai. Kejadian itu kembali berputar di kepalaku. Kuletakkan gitarku di samping ranjangku. Aku lalu berbaring, berharap tak dapat mengingat kejadian itu lagi

****

“cakka plis buka pintunya. Aku mau bicara sesuatu ama kmu”
“mau bicara apa lagi”
“aku mau bicara yang sebenarnya”
“udah jelas. Gw gk mau lagi lihat muka lo. Jadi lebih baik lo pergi”
“cakka ini tuh salah paham. Waktu itu kak obiet cuman…”
“stopp ik. Gw gk mau denger lo ngomong lgi. Lebih baik lo pergi dari situ”
“tpi kka. Aku mau bicara sama kamu penting”
“gw gk peduli penting atau gk. Diantara kita tuh udah gk ada hubungan apapun”
“cakka plis”
“mau lo nangis darah. Gw gk akan bukain pintu. Jadi lo lebih baik pergi ik”
“cakka dengar, aku sayang sama kamu. Dan yang kamu lihat itu gk seperti dgn apa yang ada di pikiranmu”
“gw gk mau dengar lo ngomong ik. Lo lebih baik pergi dari situ”
“aku jga sayang sama kamu ik. Tapi aku gk nyangka kamu lakuin itu ik” batinku
“oik cakka masih emosi. Kamu pulang yah, suatu saat nanti cakka akan tau koq yang sebenarnya” kata kak alvin
“gk kak oik gk mau pergi sebelum oik bicara sama cakka” balas oik
“oik percuma. Apa kamu gk dengar tadi cakka bilang apa. Sekalipun kamu nangis dara dia gk akan keluar. Ayolah ik jangan egois”
“kak alvin. Kakak percaya kan ama oik”
“iya kakak percaya koq”
“tpi koq cakka gk”
“karna cakka sayang sama kamu. Bukannya dia gk percaya sih ik. Tapi dia masih labil. Dia masih awal merasakan pacaran. Oik kamu harus tau cakka melihat itu dia tidak mendengar berita itu. Tentu saja berat mendengar kamu bercerita bahwa itu tak sama dgn apa yang dia lihat. Kakak mau tanya bagaimana perasaanmu di uks waktu itu”
“oik sakit+sedih kak”
“nah cakka bahkan merasakan yang lebih parah dari kamu ik. Cakka sedih+kecewa+sakit+marah itulah yang dirasakan cakka. Dan kamu juga tak harus menyiksa diri seperti ini untuk minta maaf sama cakka. Untuk menjelaskan pada cakka. Melainkan kamu harus mengerti perasaan cakka. Untuk saat ini biarlah cakka sendiri. Kamu bsa menjelaskan lain waktu. Saat pikiran cakka sudah kembali normal”
“baiklah kak. Tapi aku mohon bantu aku”
“iya kakak akan membantu kamu”

****

Sekarang sudah malam. Baru saja bunda masuk ke kamarku membawakanku makanan. Melihat makanan itu seperti  aku melihat adegan itu kembali. Kubiarkan bunda keluar dari kamarku.
Brruukkk‼
Kulemparkan nampan berisikan makanan itu ke lantai. Tak peduli piring dan gelasnya pecah. Aku lalu berjalan ke arah mejaku yang cerminnya sudah ku pecahkan. Lagi-lagi terbayang senyum kemenangan dari kak obiet. BB yang ada di tangan kananku ku genggam erat, Dan ku kepalkan tinjuku di tangan kiri
“aarghh‼ kenapa selalu gw” teriakku sambil memukul cermin di depanku, darah segar bercucuran dari pergelangan jariku. Kubiarkan tanganku berdarah
“kenapa lo harus masuk dalam hidup gw” tanyaku pada bayangan yang ada di depanku lalu aku berbalik ke arah kanan tepat ke arah balkon kamarku dan kaca bening pintu ku membuatku mampu melihat seseorang di balik ruangan di sebelah sedang bertelpon dengan seseorang yang tidak kutahu siapa. Dan itu membuat kemarahanku semakin tinggi
PRAAKK‼ sekarang BBku yg ku lempar ke arah pintu. Karna kaca itu terbilang kuar terhadap hantaman. Kaca itupun hanya retak dan tentu saja BB-ku hancur. Tentu saja orang itu kaget mendengar pecahan tadi. Kak alvin juga segera  berlari ke kamarku
“cakka kamu kenapa” tanya kak alvin. Aku sudah stress. Aku lalu menjatuhkan tubuhku di lantai. Jongkok di depan mejaku sambil mengacak-acak rambut ku. Memeluk kedua lututku Dan menenggelamkan kepalaku di antaranya. Menangis di sela-sela kemarahanku. Kak alvin lalu menghampiriku
“tangan kamu berdarah, sebentar kk ambil P3K dulu yah” kata kak alvin lalu pergi tak lama kemudian dia kembali. Dan mengobati lukaku. Setelah itu dia membawaku ke ranjangku
“kak alvin kenapa harus aku kak” tanyaku
“sudahlah cakka jangan ingat itu lagi. Kamu harus semangat, kau masih sekolah. Istirahatlah yang banyak. Normalkan kembali wajahmu itu. Setelah itu kembali ke sekolah”
“oh iya kenapa kaca pintu itu retak” tanya kak alvin lalu berjalan ke arah pintu
“astaga cakka ini BB kamu kan” tanya kak alvin. Aku mengangguk
“Oh My God. Kau ini kenapa. Setahu kakak kau itu paling menyayangi BB ini tpi kenapa kau hancurkan seperti ini”
“cakka kelewat kesal kak. Cakka tuh masih sayang sama oik. Tapi kenapa oik harus lakuin ini ke cakka. Apa karna sifat cakka yang masih terbilang kekanak-kanakan sehingga oik mempermainkan cakka”
“kakak kan sdh bilang kau dengar dulu penjelasan dari oik”
“sudahlah kalau kakak hanya ingin membela oik. Lebih baik kakak keluar” pintaku lalu menarik selimutku agar menutupi wajahku
“kalau kau memang merasa oik salah. Jangan siksa diri kamu seperti ini. Kalau kau seperti ini obiet akan merasa menang telah menghancurkan kamu” kata kak alvin lalu keluar dari kamarku

****

Pagi ini aku di ruang keluarga bersama kak alvin, aku baca novel sambil berbaring di atas sofa, sedangkan kak alvin menonton tv di sofa kecil yang ada di dekatku. Sekarang kamarku jga dirapikan. Semua yang harus diganti segera di ganti. Ayah dan bunda tak ada yang bertanya-tanya seputar kekesalanku sehingga merusak perabot dalam kamarku. Mereka tahu ini soal perasaan, dan mereka tak mau menanyakan itu, bukannya mereka tak perhatian, tapi mereka tak mau memasuki privasi dari anaknya. Biasanya minggu pagi aku keluar naik sepeda tpi rasanya berat untuk melangkahkan kaki ini
“kka” panggil kak alvin. Aku lalu mengintip dari balik novelku
“kenapa” tanyaku
“gk kakak cuman manggil takutnya kamu ketiduran sambil baca”
“aku lagi gk mau becanda kak”
“yah kakak juga gk mau buat kamu marah”
“cakka kamu mau nanti sore kita ke pantai” tanya kak alvin
“tentu aja kak. Sekalian buat cerahin pikiran aku. Ke pantai vinataca”
“vinataca? Apa kamu gk”
“udahlah kak aku udah mau lupain itu. Sekalian juga buat ingat sebelum aku putus dengan dia aku punya kenangan di pantai vinataca”
“occhh”

“baguslah kalau kamu sudah mau bangkit. Kakak akan membantumu menghancurkan orang itu Dan membuatku kembali dengan oik sebelum…”

****

Sekarang sudah pukul 16.30 waktunya ke pantai. Hore‼ kepantai gk naik motor tpi pake mobil. And kak alvin janji bakalan ngajarin aku cara menyetir
Sesampai di pantai. Bagaikan orang yang tak pernah menemukan air aku segera berlari ke arah pantai, bermain dengan ombak yg tak lelah berkejaran. Aku lalu menoleh ke belakang. Disana tak ada kak alvin
“kak” panggilku. Lalu seorang gadis datang menghampiriku

 
****

bersambung...
maaf kalau part ini udah yang paling gaje
maaf juga kalau part ini pendek
****

Oik yang selama ini kukenal ternyata tidak lebih baik dari apa yang selama ini aku lihat. Dia ternyata tak sepolos yang kulihat. Aku tidak pernah menyangka bahwa oik tidak akan menjauh jika kak obiet mendekati wajahnya
“OIK” teriakku. Kak obiet lalu menjauh dari oik
“c cakka” tanya oik
“Jadi ini ik yang mau kau perlihatkan padaku sehingga kamu tidak menungguku digerbang” tanyaku
“kka aku bisa jelasin”
“mau jelasin apa lagi ik setelah apa yang baru kulihat tadi”
“kamu salah paham”
“apa? Kamu masih bisa bilang ini salah paham”
“cakka semua gk sesuai dengan apa yang kamu lihat”
“kamu jahat ik. Kita putus” balasku lalu pergi
“Cakka” teriak oik
“udahlah ik, biar kakak yang ngomong ama cakka”
“apa kakak bilang? Kenapa gk dari tadi kak, kenapa setelah cakka pergi? Kenapa daritadi kakak diam aja?” tanya oik. Obiet hanya diam
“aku tau kakak pasti sengaja kan? Kakak senang kalau lihat oik jauh dari cakka”
“bukan gitu ik”
“alah kakak gk usah bohong”
“cakka tunggu” teriak oik sambil mengejarku tapi kuhiraukan saja
“maaf ik tapi aku juga punya perasaan” batinku lalu pergi

“impaskan dlu lo di cium ama shilla dan oik sedih. Sekarang lo nyangka gw hampir nyium oik. Dengar cakka gk akan gw biarin oik sakit baik di sengaja maupun gk. Daridulu gw emang gk suka kalau lo deket ama oik. Jadi sekarang gw bakal bujuk oik buat lupain lo”

****

“assalamu alaikum” kataku lalu segera naik ke kamarku. Sesampainya dikamar. Aku membanting pintu lalu  menghancurkan seisi kamarku. Menjatuhkan lampu duduk, buku, pigura, vas, dan semua pernak-pernik yang ada di dalam kamarku. Begitu juga dengan tempat tidurku. Aku sudah terlampau kesal. Oik orang yang selama ini sangat kusayangi. Ternyata seperti itu.
“gw nyesel suka ama lo ik”
“arragghhhh” geramku lalu melemparkan fotoku dengan oik yang ku ambil di basecamp beberapa bulan lalu
“cakka kamu kenapa” tanya kak alvin sambil mengetok pintu kamarku
“cakka. Ayolah buka pintunya. Cerita ama kakak apa masalah kamu” bujuk kak alvin
“kak alvin” panggil seseorang. Aku kenal suara itu. Oik
“iya ada apa ik” tanya kak alvin
“cakka marah”
“kakak juga gk tahu. Baru datang dia udah ngamuk”
“cakka salah paham kak ama oik”
“kamu mau cerita sama kakak” tanya kak alvin.
DAKK‼ kupecahkan kaca cerminku dengan farfum termahalku
“cakka” panggil oik
“pergi lo dari sini. Telinga gw panas denger suara lo” teriakku. Lalu terdengar suara langkah kaki yang menjauh dari kamarku
“huhuhu” aku menangis.
Marah, kecewa, dan sedih bercampur jadi satu di kepalaku. Andaikan bisa kuhancurkan dunia ini aku ingin melakukannya

****

Sejak dari pulang sekolah sampai sekarang pukul 10  malam. Sudah mungkin sudah seribu kali kak alvin ayah dan bunda bolak-balik membujukku untuk keluar kamar. Tapi aku tau. Kondisi saat ini sangat…sangat kacau
“cakka kakak boleh masuk” tanya kak alvin. Aku berjalan pelan ke arah pintu  lalu membukakan kak alvin pintu. Setelah itu aku kembali ke ranjangku. Kak alvin masuk kekamarku dengan wajah yang bingung. Tentu saja, kamarku yang selama ini rapi berubah bak kapal pecah. Cermin yang tak lagi dapat dipakai bercermin. Ranjang yang tak lagi patut di sebut tempat tidur. Buku dan pernak pernik yang berserakan di lantai. Pecahan beling disana-sini
Kak alvin lalu duduk di sampingku “kamu kenapa sih” tanya kak alvin
“oik udah cerita” tanyaku balik
“yah. Tpi kenapa kamu gk mau dengar penjelasan oik” jawab+tanya kak alvin. Aku lalu memandangnya
“coba aja kakak yang lihat. Yang cakka lihat itu sudah menjelaskan apa yang dilakukan oik”
“cakka, kamu bilang kamu sayang sama oik. Tapi kamu koq gk percaya ama oik.  Gk ada salahnya kan kamu dengar penjelasan oik dulu”
“kakak aku tahu kakak itu lebih sayang sama oik daripada aku. Tapi apa salahnya kalau kali ini kakak berpihak padaku”
“sudahlah rugi bicara dengan kamu. Kamu selalu saja berpikir negatif. Yang penting kakak sudah kasih kamu saran untuk mendengarkan penjelasan dari oik” kata kak alvin lalu beranjak dari ranjangku
“Oh iya satu lagi jangan kurung diri di kamar. Karna ayah dan bunda sedih melihatmu seperti ini” lanjut kak alvin lalu keluar
“salah paham? Orang aku sendiri koq yang lihat”

****

“cakka ayo bangun. Ini sudah pagi, apa kamu tidak sekolah” terdengar suara bunda
“aku sakit bunda”
“bun. Sudahlah mungkin cakka sedang tidak enak badan. Lebih baik bunda segera ke kantor. Biar aku yang membangunkan cakka” kata kak alvin
“baiklah kalau begitu. Kalau adikmu sakit. Segera bawa dia ke dokter yah” balas bunda
“iya bun” kata kak alvin
“bunda pergi dulu” balas bunda lalu pergi
“cakka” sekarang giliran kak alvin yang membangunkanku
“apa” tanyaku dari balik selimutku
“apa hari ini kamu gk mau kesekolah” tanya kak alvin. Aku lalu bangun
“apa aku harus ke sekolah dengan wajah seperti ini kak” tanyaku balik
“baiklah. Kamu istirahat saja di kamar kk. Karna binem akan membereskan kamarmu”
“ah ribet amat sih kak beresin aja napa. Gk usah pake nyuruh aku pindah” kesalku lalu kembali tidur
“yasudah kalau kamu tidak mau ke kamar kk. Kakak pergi dulu yah” pamit kak alvin
“pergi aja sana. Gk usah pake ngomong”
                                                                                                    
“kakak mengerti koq kondisi kamu kka. Baru pertama kali kamu merasakan jatuh cinta. Kamu harus sakit seperti ini. Kakak akan balas orang itu. Gk akan kakak biarin orang itu bahagia”

****

Kamarku sudah bersih. Tpi cermin belum di ganti. Ranjangku juga belum rapi. Sudah dari dua jam yang lalu aku dikamar. Dan sudah dari kemarin siang aku gk makan. Gk papalah Sekalian buat program diet siapa tahu dua hari gk makan aku bsa kurus*plakk*
Main gitar kayaknya seru. Aku lalu mengambil gitarku yang ku letakkan di sudut kamarku
ku terbakar cemburu
cemburu buta
tak bisa ku padamkan amarah dihatiku
sakit menahan sakit hati
menyimpan perih
tak bisa ku terima apa yang ku alami
ibaratnya jantung hati
tersayat pedang tajam
betapa sakitnya
ku rasakan itu
dan kini aku tahu ku sangat
begitu dalamnya aku sungguh mencintaimu
mungkin selama ini ku salah
tak pernah pedulikanmu setulusnya hatiku
ku akui ternyata
sakitnya membakar hati
sudah membuatmu pergi
kini hanya tinggalkan luka
begitu dalamnya aku sungguh mencintaimu
mungkin selama ini aku salah
tak pernah pedulikanmu setulusnya hatiku
mungkin selama ini ku salah

lagu selesai. Kejadian itu kembali berputar di kepalaku. Kuletakkan gitarku di samping ranjangku. Aku lalu berbaring, berharap tak dapat mengingat kejadian itu lagi

****

“cakka plis buka pintunya. Aku mau bicara sesuatu ama kmu”
“mau bicara apa lagi”
“aku mau bicara yang sebenarnya”
“udah jelas. Gw gk mau lagi lihat muka lo. Jadi lebih baik lo pergi”
“cakka ini tuh salah paham. Waktu itu kak obiet cuman…”
“stopp ik. Gw gk mau denger lo ngomong lgi. Lebih baik lo pergi dari situ”
“tpi kka. Aku mau bicara sama kamu penting”
“gw gk peduli penting atau gk. Diantara kita tuh udah gk ada hubungan apapun”
“cakka plis”
“mau lo nangis darah. Gw gk akan bukain pintu. Jadi lo lebih baik pergi ik”
“cakka dengar, aku sayang sama kamu. Dan yang kamu lihat itu gk seperti dgn apa yang ada di pikiranmu”
“gw gk mau dengar lo ngomong ik. Lo lebih baik pergi dari situ”
“aku jga sayang sama kamu ik. Tapi aku gk nyangka kamu lakuin itu ik” batinku
“oik cakka masih emosi. Kamu pulang yah, suatu saat nanti cakka akan tau koq yang sebenarnya” kata kak alvin
“gk kak oik gk mau pergi sebelum oik bicara sama cakka” balas oik
“oik percuma. Apa kamu gk dengar tadi cakka bilang apa. Sekalipun kamu nangis dara dia gk akan keluar. Ayolah ik jangan egois”
“kak alvin. Kakak percaya kan ama oik”
“iya kakak percaya koq”
“tpi koq cakka gk”
“karna cakka sayang sama kamu. Bukannya dia gk percaya sih ik. Tapi dia masih labil. Dia masih awal merasakan pacaran. Oik kamu harus tau cakka melihat itu dia tidak mendengar berita itu. Tentu saja berat mendengar kamu bercerita bahwa itu tak sama dgn apa yang dia lihat. Kakak mau tanya bagaimana perasaanmu di uks waktu itu”
“oik sakit+sedih kak”
“nah cakka bahkan merasakan yang lebih parah dari kamu ik. Cakka sedih+kecewa+sakit+marah itulah yang dirasakan cakka. Dan kamu juga tak harus menyiksa diri seperti ini untuk minta maaf sama cakka. Untuk menjelaskan pada cakka. Melainkan kamu harus mengerti perasaan cakka. Untuk saat ini biarlah cakka sendiri. Kamu bsa menjelaskan lain waktu. Saat pikiran cakka sudah kembali normal”
“baiklah kak. Tapi aku mohon bantu aku”
“iya kakak akan membantu kamu”

****

Sekarang sudah malam. Baru saja bunda masuk ke kamarku membawakanku makanan. Melihat makanan itu seperti  aku melihat adegan itu kembali. Kubiarkan bunda keluar dari kamarku.
Brruukkk‼
Kulemparkan nampan berisikan makanan itu ke lantai. Tak peduli piring dan gelasnya pecah. Aku lalu berjalan ke arah mejaku yang cerminnya sudah ku pecahkan. Lagi-lagi terbayang senyum kemenangan dari kak obiet. BB yang ada di tangan kananku ku genggam erat, Dan ku kepalkan tinjuku di tangan kiri
“aarghh‼ kenapa selalu gw” teriakku sambil memukul cermin di depanku, darah segar bercucuran dari pergelangan jariku. Kubiarkan tanganku berdarah
“kenapa lo harus masuk dalam hidup gw” tanyaku pada bayangan yang ada di depanku lalu aku berbalik ke arah kanan tepat ke arah balkon kamarku dan kaca bening pintu ku membuatku mampu melihat seseorang di balik ruangan di sebelah sedang bertelpon dengan seseorang yang tidak kutahu siapa. Dan itu membuat kemarahanku semakin tinggi
PRAAKK‼ sekarang BBku yg ku lempar ke arah pintu. Karna kaca itu terbilang kuar terhadap hantaman. Kaca itupun hanya retak dan tentu saja BB-ku hancur. Tentu saja orang itu kaget mendengar pecahan tadi. Kak alvin juga segera  berlari ke kamarku
“cakka kamu kenapa” tanya kak alvin. Aku sudah stress. Aku lalu menjatuhkan tubuhku di lantai. Jongkok di depan mejaku sambil mengacak-acak rambut ku. Memeluk kedua lututku Dan menenggelamkan kepalaku di antaranya. Menangis di sela-sela kemarahanku. Kak alvin lalu menghampiriku
“tangan kamu berdarah, sebentar kk ambil P3K dulu yah” kata kak alvin lalu pergi tak lama kemudian dia kembali. Dan mengobati lukaku. Setelah itu dia membawaku ke ranjangku
“kak alvin kenapa harus aku kak” tanyaku
“sudahlah cakka jangan ingat itu lagi. Kamu harus semangat, kau masih sekolah. Istirahatlah yang banyak. Normalkan kembali wajahmu itu. Setelah itu kembali ke sekolah”
“oh iya kenapa kaca pintu itu retak” tanya kak alvin lalu berjalan ke arah pintu
“astaga cakka ini BB kamu kan” tanya kak alvin. Aku mengangguk
“Oh My God. Kau ini kenapa. Setahu kakak kau itu paling menyayangi BB ini tpi kenapa kau hancurkan seperti ini”
“cakka kelewat kesal kak. Cakka tuh masih sayang sama oik. Tapi kenapa oik harus lakuin ini ke cakka. Apa karna sifat cakka yang masih terbilang kekanak-kanakan sehingga oik mempermainkan cakka”
“kakak kan sdh bilang kau dengar dulu penjelasan dari oik”
“sudahlah kalau kakak hanya ingin membela oik. Lebih baik kakak keluar” pintaku lalu menarik selimutku agar menutupi wajahku
“kalau kau memang merasa oik salah. Jangan siksa diri kamu seperti ini. Kalau kau seperti ini obiet akan merasa menang telah menghancurkan kamu” kata kak alvin lalu keluar dari kamarku

****

Pagi ini aku di ruang keluarga bersama kak alvin, aku baca novel sambil berbaring di atas sofa, sedangkan kak alvin menonton tv di sofa kecil yang ada di dekatku. Sekarang kamarku jga dirapikan. Semua yang harus diganti segera di ganti. Ayah dan bunda tak ada yang bertanya-tanya seputar kekesalanku sehingga merusak perabot dalam kamarku. Mereka tahu ini soal perasaan, dan mereka tak mau menanyakan itu, bukannya mereka tak perhatian, tapi mereka tak mau memasuki privasi dari anaknya. Biasanya minggu pagi aku keluar naik sepeda tpi rasanya berat untuk melangkahkan kaki ini
“kka” panggil kak alvin. Aku lalu mengintip dari balik novelku
“kenapa” tanyaku
“gk kakak cuman manggil takutnya kamu ketiduran sambil baca”
“aku lagi gk mau becanda kak”
“yah kakak juga gk mau buat kamu marah”
“cakka kamu mau nanti sore kita ke pantai” tanya kak alvin
“tentu aja kak. Sekalian buat cerahin pikiran aku. Ke pantai vinataca”
“vinataca? Apa kamu gk”
“udahlah kak aku udah mau lupain itu. Sekalian juga buat ingat sebelum aku putus dengan dia aku punya kenangan di pantai vinataca”
“occhh”

“baguslah kalau kamu sudah mau bangkit. Kakak akan membantumu menghancurkan orang itu Dan membuatku kembali dengan oik sebelum…”

****

Sekarang sudah pukul 16.30 waktunya ke pantai. Hore‼ kepantai gk naik motor tpi pake mobil. And kak alvin janji bakalan ngajarin aku cara menyetir
Sesampai di pantai. Bagaikan orang yang tak pernah menemukan air aku segera berlari ke arah pantai, bermain dengan ombak yg tak lelah berkejaran. Aku lalu menoleh ke belakan. Disana tak ada kak alvin
“kak” panggilku. Lalu seorang gadis datang menghampiriku

Komentar

Posting Komentar

Silahkan isi kotak putih di bawah ini

Postingan populer dari blog ini

Cinta Preman Kepentok Anak Pesantren (Cast & Sinopsis)

Utuh (cerpen)

Pengorbanan (Cerpen)