Cinta Jangan Pergi (Part 6)
***
3 hari kemudian, sekolah kembali dibuka, hari ini seperti biasa cakka bangun subuh, shalat, mandi, beresin rambut, trus kerumah oik, di rumah oik, oik sudah bangun dan dia sudah sarapan cakka ikut sarapan bersama karna di ajak oleh bi sumi, alvin sudah bicara dengan oik, namun setelah alvin bicara ke oik 3 hari yang lalu sampai hari ini oik tetap diam bila bertemu dengan cakka
“ik, berangkat bareng aku kan” tanya cakka saat selesai sarapan
“pak antar aku yah” pinta oik. Pak deden tampak bingung
“tapi non, kan kasihan den cakka dia sudah datang” balas pak deden. Oik berpikir sesuai dengan pendapat temannya dia gk tegaan
“ya sudahlah, aku pergi pak, bi” pamit oik lalu keluar dari rumahnya
“permisi” pamit cakka mengejar oik, berusaha mendahului oik, dan membukakan pintu oik tapi baru saja dia ingin membuka pintu depan mobil, oik lalu berkata “aku bisa sendiri koq, aku gk mau ngerepotin kamu” ucapnya lalu membuka pintu. Cakka mengangkat bahu lalu segera masuk ke mobil. Dan mulai melaju ke sekolah
“cakka cewe itu bagai layangan susah dimengerti arahnya, dan yang harus kita lakukan hanya menariknya setelah itu mengulurnya” batinnya
****
Cakka sedang duduk sendiri di kelas, dan baru saja shilla cs melihat oik duduk di taman sendirian, dan tentu saja ini kesempatan bagi shilla untuk mendekati cakka. Shilla lalu menghampiri cakka yang tengah melamun dan duduk di samping cakka
“hei, sendiri aja nih? Marahan yah ama oik?” tanya shilla. Cakka masih melamun
“halo” kata shilla sambil menggoyangkan tangannya di depan cakka. Akhirnya cakka sadar dari melamunnya tapi masih setengah juga sih sadarnya
“ada apa ik” tanya cakka lalu berbalik ke sampingnya. Shilla agak sedikit kesal
“eh shilla kirain oik”
“emang aku mirip oik”
“gk, ngapain lo disini” tanya cakka
“lo marahan yah ama oik?” tanya shilla
“seneng kan lo” tanya cakka. Shilla tersenyum cakka lalu berdiri namun lengannya di tahan ama shilla
“mau kemana” tanya shilla. Cakka melepas tangan shilla dari lengannya dengan kasar
“mau-mau gw dong gw mau kemana, lo kan bukan siapa-siapa gw” balas cakka lalu pergi
“argh” kesal shilla
****
Malam harinya cakka tak bisa tidur tenang dia sudah kehabisan ide untuk meluluhkan hatinya oik kembali, sudah berhari-hari cakka berusaha meluluhkan hati oik tapi gagal terus. Sebenarnya oik juga gk mau sih kayak gini ke cakka, tapi dia butuh waktu untuk memaafkan cakka atas perkataannya, yang memang sedikit membuat hatinya kesal dengan perkataan cakka bahwa mungkin ayahnya tidak bisa membantu karna sibuk, kan bisa tanya dulu ke orangnya bisa apa gk jangan langsung menyimpulkan jawaban sendiri bilang aja kamu gk suka kalau ayahmu aku suruh untuk jadi pengurus perusahaan yang baru, begitu pikir oik
****
“dia benar beda dengan kamu”
“lalu kalau dia berbeda denganku kenapa kamu marah ama dia, kan kamu sendiri yang bilang kamu gk suka kalau dia mirip denganku, dia sudah berubah kamu benci sama dia”
“aku gk suka dia bilang kayak gitu”
“oik, kamu udah besar, jangan egois yah, pikirin perasaan dia, kamu tau kan dia sayang sama kamu, dan kamu sudah janjikan sama aku kalau kamu tidak akan menyakiti dia, kalau kamu mau sayang sama dia”
“kenapa kamu belain dia sih deb”
“aku bukannya belain ik, tapi ini hanya salah paham kecil, lagipula aku yakin pak santoso bisa mengatasi krisisnya perusahaan tanpa harus ada campur tangan orang lain apalagi ayah dia”
“huh”
“oik”
“iya, aku mengerti, besok aku mau bicara sama dia, tapi belum bisa memaafkan dia”
“lah koq gitu, kamu sayang kan sama dia ik”
“sedikit”
“bilang aja iya, koq pake sedikit, emang gula ik pake takaran, gulanya sedikit aja yah”
“mulai deh kamu buat lelucon, serius dong deb, kamu mau bicara apa”
“kalau kamu sayang sama dia buktikan dengan suatu pengorbanan ik, gk perlu nyawa yang jadi korbannya melainkan sifat egois kamu yang jadi korban, karna kalau kamu egois dia akan lelah untuk mengejar cintamu karna ini udah yang kedua kalinya, dan kalau dia sudah lelah kamu akan menyesal telah kehilangan orang sebaik dia”
“tapi aku gk egois deb”
“lalu kamu apa kalau gk egois”
“yah, gk tau”
“masalah ini kan hanya salah paham, dia juga udah berkali-kali minta maaf kan”
“udah 4 kali”
“itu udah banyak ik”
“kamu cuma sebut berkali-kali berarti duma dua kali dong, seharusnya kamu bilang berkali-kali-kali-kali”
“itu namanya orang stress ik”
“hehehe”
“ketawa lagi, lanjut ah aku masih mau jelasin banyak hal ama kamu”
“iya”
“jadi ik, ingat kamu harus memaafkan dia ok, karna kalau gw dia bakal jauh dari kamu, kamu gk mau kan kehilangan dia”
“sedikit”
“koq sedikit lagi sih, kan tinggal bilang iya atau gk”
“hehehe”
“jawabannya iya aja deh ik susah becanda ama kamu”
“seterah kamu”
“kita bahas dari awal, masalah ini kan hanya salah paham, dia juga udah berkali-kali minta maaf kan, apa kamu gk kasihan lihat dia, ik ingat perjuangan dia saat pertama kali dia mengenalmu, hingga akhirnya dia berusaha membujukmu agar mau ikut pulang bersamanya dari makam, ingat saat dia sakit karna habis hujan-hujanan ama kamu dari bukit bintang, ingat saat dia menolongmu sewaktu kamu hampir bunuh diri, ingat saat dia menolongmu di gudang, dan yang terakhir ini dia menemanimu untuk mencari alamat perusahaan orang tuamu, apa itu tidak cukup sebagai permintaan maaf dia ik, kalau gk ada dia mungkin kamu udah mati di gudang, dan apa kamu mau dia seperti iel”
“gk, aku gk mau cakka bernasib kayak iel, gk mau, udah stop deb jangan salahkan aku, aku capek, aku mau istirahat biarkan aku berpikir sejenak”
“selamat istirahat oik”
****
“bi, cakka belum datang” tanya oik setengah teriak sambil berjalan menuruni tangga lalu menuju ke meja makan untuk sarapan
“belum non” balas bi sumi. Oik lalu mengambil sebuah roti dan mengolesinya dengan selai lalu ia makan
“apa cakka bener udah capek minta maaf ke aku, dan dia akan ninggalin aku” batin oik
“pak mungkin hari cakka gk jemput aku deh, pak deden anter aku ya”
“baik non”
****
“kakak endut lama amat sih, udah lumutan nih dede imut nunggu kakak endut” kesal seorang cowo berambut gondrong pada cowo tinggi yang juga rambutnya sedikit gondrong
“eh gw tabok lo, kalau lo manggil gw kakak endut lagi” kesal cowo tinggi itu
“ah kakak endut gitu aja marah”
“ray” geram cowo tinggi itu mulai mengambil ancang-ancang untuk menjitak. ternyata cowo berambut gondrong itu ray dan cowo tinggi itu cakka. Sekarang cakka ada di stasiun kereta api untuk menjemput sepupunya dari bekasi
“ampun”
“eh ray ngapain sih lo pake kesini segala”
“kakak ndut takut yah jadi saingannya dede imut, tenang kak aku gk bakal ngambil C~LUVers dari kakak ndut koq, aku juga nanti bakal punya fans yang banyak di RayReady, jadi kk ndut gk perlu khawatir buat jadi saingan dede imut”
“ray manggil cakka aja udah cukup banget, gk perlu manggil gw kakak ndut”
“tapi gw suka kak manggil kk dengan sebutan kakak ndut”
“ok tapi itu di rumah aja yah lo manggil gw kk ndut, kalau di luar rumah harus kk cakka”
“siap bos”
“udah cepetan bawa barang lo ke mobil”
“lah koq gw sih kak ndut, gw kan tamu disini”
“kalau dirumah iya lo tamu, inikan masih di stasiun jadi lo masih tuan rumah” kata cakka lalu pergi ke mobilnya untuk membuka jok belakang mobil
“huh” dengan terpaksa ray mengangkat barang bawaannya sendiri. Saat sampai di mobil cakka lalu memasukkan barang bawaan ray ke mobil
“ray koper lo banyak amat, emang sampai kapan lo tinggal di jakarta” tanya cakka lalu menutup jok belakang lalu berjalan ke jok depan di ikuti oleh ray disisi lain. Lalu cakka dan ray masuk mobil cakka pun mulai menyalakan mesin dan melaju ke rumahnya
“mungkin sampai mama pulang dari amerika” balas ray
“emang berapa lama nyokab lo di amerika”
“gk tau”
“jadi nanti lo sekolah di sekolah gw dong”
“iya dong kak”
“lo tau gk ray, gara-gara lo, terpaksa gw gk jemput peri kecil gw ke sekolah”
“caelah, kak cuma hari ini koq kakak absent jemput dia”
“emang iya sih cuma hari ini gw gk jemput dia, tapi gw juga bakal telat nih ke sekolahnya”
“gk papalah telat sekali doang”
“gw kan terkenal sebagai siswa teladan yang sopan dan gk pernah telat”
“telat sekali gk akan coreng nama baik kk”
****
“cha, cakka belum datang yah” tanya oik lalu duduk di samping acha
“belum ik, kenapa? Dia gk jemput lo yah”
“iya”
“sok jual mahal sih lo, tau rasa kan pas di tinggal ama cakka, ngarep deh lo ik bisa dapetin cakka selamanya, mana mau cakka suka sama cewe kayak lo” teriak shilla dari bangkunya. Oik lalu berdiri dan berjalan ke arah bangku shilla yang melewati bangku alvin. Alvin lalu menahan oik
“oik, udah gk usah dianggap, dia sirik aja sama lo” kata alvin oik menurut dan kembali ke bangkunya
“ik, kalau shilla ngomong kayak tadi anggap angin lalu aja yah” nasehat alvin. Karna dia gk mau kalau oik marah ama shilla, shilla bakal balas oik dua kali lipat lebih kejam dari biasanya. Sejak pertama kali bertemu di new york alvin udah suka sama oik, tapi alvin tau kalau oik udah punya debo, jadi alvin hanya memendam perasaannya. Dan saat ia tau kalau debo meninggal dia meminta pada papanya untuk tinggal di jakarta bersama omanya. Alvin pernah nyatain perasaannya ke oik tapi oik hanya bilang dia masih nunggu debo, ok alvin terima dan tak menyatakannya dua kali, dan alvin hanya mengungkapkan itu dengan membantu oik saat oik butuh bantuan, saat oik sedang di jahatin ama shilla cs, sampai akhirnya alvin mendapat saingan yaitu gabriel, dan lagi-lagi alvin menyerah, dan memutuskan untuk mengubur dalam-dalam rasa cintanya pada oik, dan mulai belajar untuk mencintai sivia bukan sebagai tempat pelampiasaannya
“iya alvin” balas oik sambil tersenyum
****
“aduh, mampus!! Mampus!! Telat nih gw, nama pelajaran pertama bu winda lagi, gk bisa di ajak kompromi nih guru” batin cakka sambil terus berlari ke kelasnya yang cukup jauh dari gerbang, saat sampai di luar kelas XI. Ipa2 cakka mengintip sebentar di balik jendela
“aduh, gimana caranya yah supaya gw bisa masuk tanpa ke tahuan tuh guru kalau gw telat” batin cakka lalu berpikir
“pagi semua” kata cakka sambil memasuki kelas
“siang” balas bu winda sambil berkacak pinggang dan terus menatap cakka dengan wajah yang bikin semua murid pada ngacir, tangan kirinya memegang penggaris yang cukup panjang dan tangan kanannya memegang spidol
“ah! Masa sih bu ini udah siang perasaan di rumah saya masih jam 5 bu” kata cakka lalu berjalan ke bangkunya
“eh siapa yang suruh kamu duduk” tanya bu winda sambil membentak
“emang saya harus di suruh bu, saya kan udah gede bu jadi gk perlu di atur-atur bu”
“cakka” gemas bu winda
“aneh baru kali ini cakka berani membantah saya” batin bu winda
“kenapa bu saya lucu yah” tanya cakka
“cakka push up di depan kelas sebanyak 100 kali” teriak bu winda
“males ah bu, mending belajar” balas cakka lalu mengambil buku matematiknya dari dalam tas. bu winda lalu berjalan ke arah bangku cakka namun bu uci di tahan oleh oik saat tepat berada di bangku oik
“udah bu, kalau di ladenin ibu nanti bisa gila, kalau cakka membantah ibu terus” kata oik. Bu winda menarik nafas sejenak lalu menghembuskannya perlahan
“baiklah, cakka urusan kamu dengan saya belum jam istirahat nanti kamu ke kantor saya” kata bu winda lalu kembali ke depan kelas
“tenang bu saya pasti kesana” balas cakka
“aduh cak, berani banget lo bantah bu winda, gk takut apa lo” tanya alvin
“buat apa takut dia kan gk makan gw” balas cakka
“kenapa hari ini cakka telat datang, dia berani lagi membantah bu winda, kenapa yah dengan cakka” batin oik
****
Di dalam kelas hanya tinggal cakka dan oik yang lain pada ke kantin. Oik lalu menghampiri cakka yang sedang membereskan bukunya
“cakka aku mau bicara sebentar ama kamu” kata oik
“maaf ik, aku gk ada waktu, aku harus ke ruangan bu winda sekarang, kalau gk, bisa panjang urusannya” balas cakka lalu pergi meninggalkan oik tanpa sedikit pun menatap oik
“cakka” lirih oik
“apa kamu berubah cakka, tapi kenapa secepat ini, aku mau cakka yang dulu cakka yang gk pernah lelah buat dapetin cinta aku” batinnya lalu duduk di bangku cakka
“ik, lo kenapa” tanya alvin yang baru datang dari kantin, dia hanya sendiri
“gk papa koq vin” jawab oik pelan
“lalu muka lo koq lesuh gitu” tanya alvin lalu duduk di bangkunya tepat di samping oik
“mungkin aku gk enak badan, aku ke kantin yah vin” balas oik lalu pergi
“aneh, apa hari ini hari yang aneh? Gk oik, gk cakka, semuanya berubah sikap 100 derajat dari biasanya” batin alvin
****
“cha, kamu pulang bareng siapa” tanya oik saat di parkiran karna dia melihat mobil cakka udah gk ada di parkiran
“sendiri, oh iya cakka tadi bilang kalau dia gk bisa nganter kamu pulang soalnya mau ngantar sepupunya jalan-jalan, jadi kamu pulangnya bareng aku” kata acha
“penting banget cakka nyuruh kamu nyampein itu, kenapa gk dia langsung yang ngomong ke aku” tanya oik
“gk tau tuh ik, udah masuk mau pulang gk” kata acha lalu masuk ke mobilnya
“ya mau lah cha” balas oik. Lalu masuk ke mobil acha. Mobil acha pun melaju ke rumah oik
“ik, gw boleh nanya gk”
“nanya apa cha”
“sebenarnya hubungan lo sama cakka itu udah sampe dimana sih, koq sampe sekarang gw ama yang lain tuh belum tau arti dari kedekatan lo berdua” tanya acha
“aku itu ama cakka sahabatan gk lebih cha”
“apa lo bilang sahabatan”
“iya, kenapa”
“gk papa koq”
“ya ampun ik, setelah perjuangan cakka selama ini ke lo, lo masih nganggep dia sahabat lo, bener-bener ik hati lo udah di butain ama nama debo” batin acha
****
“sepi banget gk ada teman main, padahal selama beberapa bulan ini aku punya teman main, cakka kemana yah” batin oik sambil memainkan gulingnya
“telpon aja ah” lanjutnya lalu mengambil hpnya dari meja belajarnya. Ia lalu kembali ke kasurnya dan menelpon cakka berharap cakka akan menerima telpon darinya namun sayang tak ada balasan dari sana
“koq gk diangkat sih”
“apa cakka benar marah ama aku”
****
“bi, cakka belum datang” tanya oik setengah teriak sambil berjalan menuruni tangga lalu menuju ke meja makan untuk sarapan
“belum non” balas bi sumi
“cakka gk datang lagi” batin oik lalu mengambil segelas susu yang sudah disediakan untuknya dan meminumnya
“gk sarapan non” tanya bi sumi
“gk nafsu bi” balas oik. Bi sumi diam dia paling tau keinginan oik gk boleh gi ganggu gugat
“pak anter aku ya”
“baik non”
****
“cakka mau kemana” tanya bundanya
“mau jemput oik bun” balas cakka
“besok aja yah” kata bunda cakka
“tapi bun”
“udah besok aja bunda yakin dia gk akan marah, sini sebentar bunda mau bicara”
“iya bun”
“nah ini”
“ini apa”
“ini surat pindah ray, tolong kamu urus yah, dan pastikan ray bisa masuk sekolah besok”
“ta tapi bun, koq aku kenapa gk bunda”
“kamu kan ada daripada bunda repot-repot kesana”
“yah bunda, aku kan gk ngerti”
“udah kamu kasih aja ini ke pak dave, pasti dia mengerti”
“iya bunda”
****
“shil kayaknya ada orang yang lagi patah hati deh” kata dea yang melihat oik datang sendiri
“siapa de” tanya shilla
“tuh” balas dea sambil menunjuk oik
“wah bagus dong de, kalau dia patah hati” kata shila lalu berjalan ke arah oik
“soalnya lo kan emang gk pantes buat cakka” lanjutnya lalu menunjuk oik
“emang lo pikir cakka orang bego apa, yang mau deket ama cewe kayak lo, gk untungnya cakka suka ama lo, jadi lo jangan ngarep yah cakka bakal jadi milik lo” lanjut shilla lagi. Oik hanya mampu tertunduk, kali ini dia gk mau melawan dia belum mempersiapkan mental tapi tiba-tiba…
“plakk” satu tamparan mendarat dengan mulus di pipi kanan shilla. Dan saking kencangnya tamparan itu shilla hampir jatuh *sinetron banget kan*. Shilla lalu mendongakkan kepalanya ia ingin melihat siapa yang berani menamparnya
“alvin” tanya oik
“shil, sekali lagi lo ngerendahin oik, gw jamin lo bakal lebih menderita dari apa yang lo lakuin ke oik selama ini”
“eh, lo gk usah sok belain cewe kayak oik, gw tau koq lo suka ama dia tapi lo gk perlu nunjukin ke oik kebikan lo, soalnya lo udah punya sivia kan” kata shilla
“jaga mulut lo shil, kalau mau ngomong tuh mikir dulu, dulu gw emang suka ama oik tapi sekarang, gw cuma nganggap oik sahabat oik, dan kalau gw baik ama dia itu semua buat ngebales kebaikan keluarga dia”
“alah gk usah munafik deh lo vin bener kan lo masih suka ama oik” perkataan shilla kali ini sudah membuat alvin naik darah, mana bel masuk gk mau bunyi lagi bisa panjang nih urusan soalnya shilla tuh terkenal cewe yang gk mau kalah, trus alvin itu kalau udah marah sangar banget bahkan lebih sangar daripada kalau bu winda marah bayangin coba bu winda aja yang marah murid pada takut gimana kalau alvin bisa-bisa murid mati di tempat
Alvin sudah bersiap mengambil ancang-ancang untuk menampar shilla. Shilla juga sudah bersiap menutupi wajahnya yang mau di tampar, dan
“jangan vin” kata sivia sambil menahan tangan alvin agar tidak menampar shilla
“sivia” tanya alvin
“kalau memang semua itu gk benar kamu gk usah emosi, aku percaya koq ama kamu tanpa harus kamu buktikan” kata sivia. Kalau alvin marah Cuma sivia yang bisa nenangin dia
****
Di dalam kelas hanya tinggal cakka dan oik yang lain pada ke kantin. Saat cakka berdiri oik berniat untuk menghampirinya
“ca….” belum sempat oik memanggil nama cakka. Cakka sudah membalasnya
“maaf ik aku sibuk”
“cakka, sebentar aja”
“tapi ik, maaf kali ini aja, aku sibuk banget nih” balas cakka lalu pergi
“maaf ik, bukannya aku gk mau dengerin kamu, tapi ini penting, kalau gk aku urus sekarang bunda bisa marah” batin cakka
****
Komentar
Posting Komentar
Silahkan isi kotak putih di bawah ini