Cinta Jangan Pergi (Part 7)

****

Karna bingung mau ngapain oik hanya main ayunan di belakang rumahnya sendiri tanpa cakka atau debo yang selama ini menemaninya

“deb, aku kan udah pernah bilang aku gk mau sayang ama cowo lain selain kamu, lihat kan akibat aku sayang ama cowo lain, aku jadi sedih deh” lirihnya
“apa ini yang namanya sakit hati, apa sesakit ini kalau kita menyayangi seseorang namun orang itu hanya mengacuhkan kita, apa seperti ini rasanya di khianati, apa seperti ini rasanya kalau kita selalu menantikan seseorang yang telah menjajikan kita kebahagiaan, dan apa seperti ini sakitnya hati iel saat aku acuhkan, dan apa seperti ini sakitnya cakka saat berkali-kali aku menolaknya mulai dari saat pertama bertemu sampai saat aku bersahabat pun dengannya, dan sekarang apa cakka lelah untuk menyatakan itu padaku, tapi aku masih ingin mendengarnya” lanjutnya
“kalau seperti ini sakitnya jadi iel, aku harus ke rumah sakit sekarang” kata oik lalu berjalan ke dalam rumahnya
“tapi iel di rawat dimana aku gk tau, waktu itu debo juga gk ngasih tau”
“udah ah cari aja”
“pak deden” teriak oik
“ada apa non”
“antar aku ke rumah sakit tempatku dirawat saat cakka menolongku”
“baik non” balas pak deden, dia tak perlu bertanya untuk apa karna bagi pak deden dan bi sumi mereka sudah mengerti dengan oik, yang keinginannya tdk boleh bantah. Mereka lalu menuju ke rumah sakit tempatnya dulu dirawat. Saat sampai disana oik menyuruh pak deden pulang dan kembali saat ia menelpon, pak deden menuruti Dan saat pak dedek pergi oik lalu masuk ke rumah sakit mencari ruang ICU, sebelumnya oik sudah mempersiapkan diri, mempersiapkan diri untuk menerima cacian dari keluarga iel, karna mungkin keluarga iel tau, iel koma karna oik. Saat sampai di ruang ICU oik tidak menemukan satupun keluarga iel yang menungguinya, ia lalu masuk dan benar iel masih terbaring lemah disana, dengan langkah ragu ia menghampiri iel. Dan duduk di kursi yang terletak di samping ranjang gabriel
“iel maaf gara-gara aku kamu jadi gini”
“iel sebenarnya kamu sakit apa sih koq bisa parah, dan apa sudah setahun kamu di sini, kenapa kamu gk bangun iel,” lanjut oik lalu menggenggam tangan iel erat
“iel bangun, aku mau minta maaf ama kamu, aku mau nebus semua salahku ama kamu, kamu gk maukan lihat aku selalu di bayang-bayangi rasa bersalah, ayo bangun iel, bangun” kata oik lalu air matanya menetes
“nak oik, kata dokter gabriel sudah tidak bisa diselamatkan, dia bisa bertahan karna alat-alat rumah sakit, sudah dari 3 bulan yang lalu dokter menyarankan kami untuk mencabut alat-alat rumah sakit dan mengihklaskan dia pergi, tapi sebelum iel koma dia menitip pesan agar  nak oik melihatnya sebelum dia pergi, dan syukurlah nak oik mau datang kesini tanpa ada yang memberitahu” kata seseorang dari arah belakang oik. Oik lalu menoleh
“ta tante” tanya oik gugup. Ternyata orang itu adalah mama oik
“tante maafin oik, oik gk bermaksud buat nyakitin gabriel tante”
“kamu gk salah koq, iel sakit juga bukan karna kamu”
“lalu kenapa iel bisa koma tante”
“iel menderita penyakit liver, dan itu sudah sangat parah, sebelum iel koma iel menitip pesan pada tante kalau ia ingin bertemu dengan kamu tapi belum sempat ia memberitahu alamatmu ia sudah kritis dan sampai sekarang dia belum sadar, 3 bulan lalu dokter sudah tidak sanggup menangani iel, karna sudah hampir satu tahun tapi tidak ada juga donor hati yang cocok untuk gabriel, dan dokter menyarankan agar alat-alat ini dicabut tapi adik iel gk mau kalau permintaan iel yang terakhir tidak di kabulkan, jadi selama tiga bulan ini adik iel susah paya mencari alamatmu, dan sangat alhamdulillah kamu bisa ada disini” jelas mama iel panjang lebar, air mata oik menetes sangat deras
“tante tau apa yang tante lakuin ama iel selama 3 bulan ini, tante menyiksa iel, tuhan sudah berkehendak dan gk ada yang boleh membantah itu, dan kalau membiarkan iel seperti ini bukannya dia akan sembuh tapi dia akan tersiksa, iel udah meninggal dari 3 bulan yang lalu, tapi kenapa tante membiarkan iel untuk bertahan tante?” kata oik sambil menangis. Mama iel diam
“apa karna permintaan terakhir iel tante rela menyiksanya seperti ini, memang permintaan adalah satu amanat, tapi apa harus iel menderita agar tante bisa menuruti keinginannya?, gk kan tante, iel gk perlu natap aku untuk yang terakhir kalinya karna di alam sana iel akan bisa melihat aku jauh lebih lama. Ok tante aku memang salah merahasiakan alamat rumahku dari orang-orang yang tidak terlalu dekat denganku, tapi tante bisa kan memberitahu shion agar ia memberi tau aku bahwa iel koma dan di saat terakhirnya ia ingin bertemu denganku, tidak harus menunggu sampai aku menemukan gabriel seperti ini tante” lanjut oik. Mama gabriel masih diam
“aku gk nyangka ternyata tante tega membiarkan iel tersiksa” kata oik sambil menghapus air matanya lalu keluar dari ruang ICU menuju ruang dokter. Beberapa menit kemudian oik kembali dengan 2 orang suster
“cabut alatnya sekarang sus” perintah oik. Suster baru saja mau melaksanakannya tapi mama iel lau bicara
“tapi nak oik”
“tante aku udah ketemu ama iel, dan iel gk usah di sakitin lagi, udah cukup sampai disini penderitaan iel tante, dan tugas tante hanya menelpon keluarga tante”. Mama iel lalu menuruti perintah oik untuk menghubungi keluarganya
“lanjutkan sus” perintah oik. Suster pun mulai melepas alat-alat yang menempel di tubuh iel, baru saja suster ingin mencabut alat pendeteksi detak jantung yang melekat di tubuh iel, salah suster melihat tangan iel bergerak perlahan
“mbak, dia bergerak” kata suster itu memberitahu oik. Oik lalu menghampiri iel
“sus, jangan mengigau” balas oik
“saya tidak mengigau mbak”
“o oik” lirih iel. Oik lalu berbalik menatap iel
“iel, kamu sadar, sus tolong panggil dokter dan mamanya”
“baik mbak” balas kedua suster itu lalu keluar
“o ik, mma kasih” lirih iel
“untuk apa iel aku tuh gk pernah ngelakuin sesuatu yang berharga buat hidup kamu” tanya oik
“kamu u hhh dah mau da hhh tang jengukin a aku u untuk hhh yang terakhir kali hhh nya” kata iel. Melihat cara iel berbicara oik terigat akan mukjizat yang di alami debo
“iiikk, hhh maafiin aak…ku, a….ku hhh gk… biisa nepatin  hhh ja…nji ke kkka…mu hhh”
“apa ini mukjizat untuk iel yang tuhan ingin perlihatkan kepadaku untuk yang kedua kalinya, tapi tuhan kumohon biarkan mukjizat ini lama, tidak setelah iel menyampaikan pesan terakhirnya dia akan pergi untuk selama-lamanya jangan sampai itu terjadi tuhan, aku masih banyak salah sama gabriel” batin oik lalu air matanya menetes dia terharu dengan kehendak tuhan yang selalu memperlihatkannya mukjizat yang benar-benar luar biasa
“iel, aku kesini mau minta maaf ama kamu, kalau selama ini kamu menderita karna aku, aku mau minta maaf karna selama ini aku gk pernah hargain kamu, aku memang egois iel”
“o ik se hhh belum kkamu minta maaf aaku hhh udah maafin kamu koq, aku ssayang ssama kkamu ik, aaku ccuma mau bilang hhh itu ke kamu”
“makasih iel, makasih karna gk dendam ama aku, makasih karna udah mau sayang sama aku” balas oik. Lalu mama iel masuk
“mama” lirih iel
“ini mama nak”
“mah makasih udah nentuin keputusan supaya gk cabut alat-alat ini dari tubuh iel, tapi mah sekarang iel udah tenang, iel udah lega karn bisa bertemu bahkan berbicara dengan oik, jadi mah, mama ihklaskan kalau sekarang iel pergi” pinta iel sangat lancar tanpa ada beban sedikit pun dari mulutnya
“mma… hhh aaa ku tti tip ooikk hhh yah dan ini buaattt kkamu hhh ik, maaf aku gk bisa jagain kkamu untuk selamanya, kasih kalung ini ke orang yang benar-benar  kkamu sayang hhh”
“debo” lirih oik kali ini air mata oik mengalir lebih deras dari yang tadi
“insya allah sayang mama akan ihklasin” balas mama iel. Gabriel tersenyum lalu menutup matanya perlahan dan detak jantungnya pun berhenti. Dokter lalu masuk *telat banget nih dokter di panggil daritadi juga*
“iel, selamat jalan, semoga kau bahagia disana” batin oik lalu mengajak mama iel keluar dari ruangan. Oik melihat mama iel tegar seperti mamanya debo saat debo pergi
“tante oik permisi dulu yah” pamit oik
“makasih yah nak”
“sama-sama tante”

****

Malam harinya oik tidak bisa tidur, apa yang terjadi tadi sore seperti mimpi baginya, dan mengingatkan dia akan kepergian debo 2 tahun lalu. Sekarang oik sedang duduk ayunan yang ada ditaman belakang rumahnya, tempat debo biasa melihat bintang
“debo apa tadi itu nyata” tanya oik
“sudahlah iel sudah tiada dan aku juga sudah tenang dan semoga iel tenang disana bersama debo”
“amin”

****

“debo” teriak oik. Sekarang dia dan debo ada di danau pelangi
“kenapa ik” teriak debo dari pinggir danau. Oik lalu menghampirinya
“kenapa kamu bohong ama aku”
“maksud kamu”
“kenapa kamu bilang ama aku, kalau iel sakit gara-gara aku”
“karna cuma itu satu-satunya cara supaya kamu bisa minta maaf ama iel”
“kenapa kamu to the point aja waktu itu, kalau iel ingin bertemu aku di saat-saat terakhirnya”
“oik di alam aku itu gk ada istilah to the point semua pake proses, aku kasih contoh orang kalau mau masuk surga gk langsung kan ke surga mesti di timbang dulu amalnya habis itu saksi-saksi benar atau gk”
“hih debo pake cara di alam sini dong, langsung alias to the point, gk pake proses kan kasihan iel harus tersiksa antara hidup dan mati kayak gitu”
“iya-iya, tapi ik dengan aku gk langsung to the point, kamu bisa kan rasain yang namanya sakit hati, dan sakit hati yang kamu rasakan inilah menjadi permintaan maafmu ke iel”
“ou jadi kamu toh yang udah buat cakka jauh dari aku, dasar iseng kamu, katanya aku harus sayang sama dia, udah sayang malah dijauhin”
“kan kalau gk gitu cerita hidup seseorang gk bakal seru kalau bahagia mulu sedikit-sedikit harus sedih lah”
“tapi debo kamu kan udah janji gk akan buat aku sakit hati, sekarang kamu malah buat aku sakit hati”
“Cuma sekali koq, oh iya aku pengen nanyain pengalaman kedua kamu nih liat orang yang udah koma dan di fonis gk bisa bertahan lama lagi nyampein kata-kata terakhirnya ke kamu”
“sama aja gk ada bedanya”
“masa sih”
“iya”
“kalau iya, koq kamu gk nungguin makam gabriel, kayak kamu nungguin makam aku”
“yah itu beda lah deb”
“tadi katanya sama”
“situasinya  sama, sama-sama miris lihat orang nyawanya tinggal secuil, berusaha berbicara”
“gk tega yah lihatnya”
“ya iyalah”
“emang oik itu baik, orangnya gk tegaan masih sama kayak dulu”
“kamu mau aku berubah”
“ya maulah, berubah jadi oik yang dewasa dan pipinya gk keberatan” kata debo. Oik lalu mencubit lengan debo
“aw, ampun ik, tobat aku gk bakal ulangin lagi”
“debo reseh deh”

****

Hari ini kelas XII. Ipa2 sedang belajar olahraga, karna oik dan acha gk terlalu suka dengan pelajaran ini mereka berdua memilih untuk duduk di pinggir lapangan memperhatikan teman-teman mereka yang sedang olahraga. Saat mata oik melihat cakka yang tengah mendrible bola, dia ingat dengan kejadian kemarin
“iel udah meninggal cha” kata oik tiba-tiba. Acha yang sedang minum tersentak kaget
“hu’uk”
“lo ngomong apaan ik barusan”
“iel udah meninggal”
“kapan? Dimana? Tau darimana lo? apa penyebab meniggalnya iel?” tanya acha bertubi-tubi
“satu-satu bisa gk” balas oik
“hehehe” acha malah nyengir
“ok aku jawab” kata oik
“kemarin sore di rumah sakit tempat gw dirawat dulu, gk ada yang ngasih tau gw, kemarin gk tau kenapa gw pengen banget ke rumah sakit itu karna 3 bulan yang lalu gw sempat mimpi kalau debo tuh ngajak gw jengukin iel yang lagi koma, Dan gk tau kenapa kemarin gw pengen kesitu dan saat gw ke rumah sakit itu benar iel terbaring di rumah sakit sudah hampir setahun Dan mama iel cerita ke gw kalau iel” cerita oik berhenti sejenak, ia menghela nafas sebentar lalu mulai melanjutkan ceritanya
“iel menderita penyakit liver, dan itu sudah sangat parah, sebelum iel koma iel menitip pesan ama mamanya kalau dia ingin bertemu dengan aku tapi belum sempat ia memberitahu alamat rumahku ia sudah kritis dan sampai sekarang dia belum sadar, 3 bulan lalu dokter sudah tidak sanggup menangani iel, karna sudah hampir satu tahun tapi tidak ada juga donor hati yang cocok untuk gabriel, dan dokter menyarankan agar alat-alat yang melekat di tubuh iel dicabut tapi adik iel gk mau kalau permintaan iel yang terakhir tidak di kabulkan, jadi selama tiga bulan ini adik iel susah paya mencari alamat rumahku, dan kamu tau cha selama 3 bulan iel tersiksa antara hidup dan mati” lanjut oik lalu air matanya menetes. Acha lalu menghapusnya
“Dan cha kamu tau gk kejadian apa yang terjadi kemarin”
“gk”
“untuk yang kedua kalinya aku melihat orang yang koma yang sudah difonis oleh dokter bahwa dia tidak bisa bertahan lama lagi bangun dan mengucapkan terimah kasih padaku, memberitau mamanya bahwa dia sudah siap pergi untuk selama-lamanya, itu mirip banget kayak debo cha” jelas oik sambil menangis
“ik, lo koq nangis sih”
“aku miris cha, aku udah jahat banget ama  iel, ingin rasanya aku membantu  iel untuk bicara, iel susah banget ngeluarin satu kalimat pun dari mulutnya itu seperti debo, dia susah payah mengontrol nafasnya untuk bicara, bicara apa yang selama ini dia pendam cha” oik menangis lebih deras daripada tadi. Acha lalu memeluk oik
“udah ik, jangan nangis, cinta itu memang butuh perjuangan ik, Dan iel udah berjuang hidup untuk ungkapin perasaannya ke kamu, dan mungkin sekarang kamu sudah paham kan perjuangan untuk mendapatkan cinta sejati itu kayak gimana”
“iya cha, dan aku gk akan sia-siain cakka”
“baguslah ik, debo pasti senang dengan keputusanmu” lirih acha
“bahkan debo yang selalu menyuruhku untuk bisa mencintai cakka” batin oik

****

Bel pertanda semua pelajaran telah selesai baru saja berbunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas, hanya cakka dan oik yang ada di dalam kelas

“yuk ik, pulang” ajak cakka lalu berjalan ke arah oik
“bareng aku” tanya oik
“iya, emang kamu mau pulang bareng siapa” jawab+tanya cakka. Oik menggeleng “gk ada” lanjutnya
“yaudah cepetan soalnya aku buru-buru nih, sepupuku nunggu diluar”perintah cakka.
“kalau kamu buru-buru duluan aja takut kamu telat lagi ama kepentingan kamu” balas Oik lalu berdiri
“trus kamu” tanya cakka lalu mengejar oik yang memang belum terlalu jauh
“aku bisa naik taksi” balas oik lalu mempercepat langkahnya cakka berusaha mensejajari langkah oik
“ik yaudah aku telpon pak deden yah buat jemput kamu” saran cakka oik lalu berhenti cakka juga berhenti oik lalu menatap tajam ke arah cakka
“gk usah cakka, gk usah, kamu pergi aja, aku gk mau membebani kamu, kamu kan buru-buru sana pergi” bentak oik
“aku bicara apa sih, koq aku marah-marah ama cakka seharusnya aku kan gk kayak gitu” batin oik lalu kembali berjalan namun lengannya di tahan oleh cakka
“ik, tolong jangan marah ama aku, maaf soal yang di new york itu” mohon cakka
“aku gk marah ama kamu kka, tapi aku juga gk tau kenapa bisa aku bentak kamu kayak tadi” batin oik
“lepasin aku kka” pinta oik sambil menunduk dia gk mampu menatap cakka. Cakka lalu melepaskannya
“ok ik aku terima kamu kayak gini, aku udah minta maaf ik, aku mohon maafin aku, kalau kamu gk mau ok aku akan pergi dari hidupmu, karna mungkin aku emang gk pantes buat kamu” kata cakka. Air mata oik mulai menetes *aneh koq akhir-akhir ini oik nangis mulu yah*
“cakka jangan pergi, jangan pergi, tolong tetap disini, tetap  bersama aku, aku gk mau kehilangan kamu” lirih oik. Cakka lalu memegang dagu oik Dan mendongakkan kepala oik agar ia bisa menatap oik dengan dekat
“koq nangis” tanya cakka lalu menghapus air mata oik. Oik lalu memeluk cakka, sontak cakka kaget, lalu membalas pelukan oik
“cakka” lirih oik lalu tangisnya pecah dalam pelukan cakka

“aduh kk ndut mana lagi, kalau ketemu ku marahin dia, lama banget nih aku nunggunya” batin ray lalu berjalan ke kelas cakka, ray menghentikan langkahnya di depan kelas XI. Ips7, dan melihat kejadian di  depan kelas XII. Ipa1 caik sedang berpelukan, karna jaraknya kelas XI. Ips7 dengan XII. Ipa1 memang dekat hanya kelas XI. Ips8 yang memisahkannya
“pantes aja lama, ternyata lagi pacaran” lirih ray lalu berbalik ke parkiran Dan mengurungkan niatnya untuk marah ama cakka

Back to CAIK

“oik, maaf yah waktu itu”
“aku yang harus minta maaf kka, aku terlalu egois, aku sadar kka, aku gk bisa hidup tanpa kamu, jangan pergi, kumohon” kata oik di sela-sela tangisnya lalu ia memperat pelukannya
“aku gk akan pergi ik, gk akan” balas cakka lalu melepas pelukan oik dengan perlahan
“hiks… hiks” isak oik sambil menghapus air matanya
“nih” kata cakka sambil memberi oik sapu tangan
“hapus air mata kamu, jangan sampai ada setetes yang tersisa” lanjutnya. Oik berusaha tersenyum lalu menerima sapu tangan dari cakka
“ayo pulang” ajak cakka. Oik mengangguk, mereka lalu berjalan ke tempat  parkiran, saat sampai disana ray sudah bersandar di mobil sambil melipat kedua tangannya
“maaf ray tadi ada masalah” kata cakka lalu mendekat ke ray
“aku tau koq, ayo pulang ray udah lapar nih” balas ray, lalu membuka pintu depan mobil cakka. Cakka lalu menahannya “eh ray, lo duduk di belakang yah” lanjut cakka
“huh” kesal ray. Lalu melirik oik, oik tersenyum “my god, ini yah peri kecilnya kk ndut, huah senyumnya manis banget tapi koq kk ndut sih jadi anak ilangnya, kenapa gk aku aja” batin ray melamun sambil senyum-senyum dan terus memperhatikan oik
“hei, kamu kenapa” tanya oik
“kenapa ik”
“tuh liat adek kamu koq senyum-senyum gk jelas gitu, aku jadi takut deh” kata oik
“woi ray lo kenapa” kata cakka sambil menepuk pundak ray. Ray sontak kaget
“ayam!! Eh ayam” balas ray lata. Oik tertawa kecil
“gk ada ayam disini, buruan masuk mau pulang gk lo”
“iya mau lah kak” balas ray lalu masuk ke mobil cakka. Oik duduk didepan, disamping cakka. Cakka pun melaju ke rumah oik
“ik, maaf yah udah 2 hari aku gk kerumahmu, soalnya harus ngurusin dede itu” kata cakka sambil nunjuk ray
“gk papa koq kka”
“nanti juga mungkin aku gk kerumahmu, bunda bilang dia mau jalan-jalan ama dede imut itu, tapi besok aku jemput kamu koq”
“iya kka, gk apa-apa soalnya hari ini aku mau ke rumah gabriel, keluarganya masih berkabung”
“gabriel” tanya cakka dalam hati lalu mulai mengingat-ingat nama itu
“gw inget nama itu pernah di sebut-sebut oik waktu dia habis ditampar ama shilla” batin cakka
“berkabung ik” tanya cakka
“iya, kemarin gabriel meninggal”
“aku turut berduka cita deh ik”
“gw gk mau nanya-nanya soal gabriel deh, entar oik marah lagi, soalnya cowo itu kan pernah suka ama oik tapi oik gk suka sama cowo itu” batin cakka
“gw obat nyamuk yah disini” batin ray
"disini nyamuknya koq banyak banget yah" kata ray
cakka dan oik menoleh sekilas lalu menahan tawanya
"ray..ray.." kata cakka 

****

“ya ampun emang bener cha” tanya ozy. Sekarang mereka (acha, alvin, ify, ozy, dan rio) ada di corner café. Itu memang kafe tempat mereka kumpul
“yah benar lah buat apa gw bohong” balas acha
“kasian banget oik, baru juga mau minta maaf, gabriel udah sekarat”
“tapi oik bilang ama gw, kalau gabriel sempat sadar dan disitulah oik minta maaf ama gabriel, gabriel juga udah nantain perasaannya untuk yg terakhir kalinya”
“trus oik bilang apa waktu iel nyatain perasaannya”
“oik cuma bilang makasih karna udah sayang sama dia, emang lo mau io kalau oik bilang aku juga sayang sama kamu, mau taro mana cakka kalau bilang kayak gitu, dan lagi iel udah mau meninggal masa iya oik lagi-lagi sayang ama orang yang udah gk ada di bumi”
“tau nih rio”
“lo bilang cha mau taro mana cakka, emang oik udah sayang sama cakka melebihi seorang sahabat”
“kalau gw lihat-lihat oik kayaknya udah bisa nerima cakka deh”
“sok tau kamu cha”
“yee gw bener kali, kemarin tuh waktu oik cerita dia bilang kalau dia gk mau sia-siain cakka, itu artinya dia udah mau sayang kan ama cakka”
“berarti kita tinggal nunggu waktu buat lihat oik dan cakka bahagia”
“emang selama mereka sahabatan mereka belum bahagia vin”
“waktu itu kan cuma oik yang bahagia, cakkanya sedih tau kalau cuma dianggap sahabat ama oik, sedangkan dia mau banget gantiin posisi debo”
“iya juga sih”
“udah gk usah nge-gosipin mereka, kita doain aja mereka supaya gk dipisahin, dan gk buat oik sedih lagi”
“amin”

****

“kk ndut, cewe yang tadi siang itu peri  kecilnya kk yah” tanya ray. Sekarang ray ada di kamar cakka. Cakka sedang belajar di meja belajarnya dan ray duduk di ranjang cakka
“iya, kenapa ray? lo suka ama dia?” jawab+tanya cakka. Ray tersenyum
“cantik kak, imut lagi, tapi sayang kak dia kan udah punya kk, jadi ray mau sabar nunggu yang lain”
“ray lo itu masih kecil, masih 15 tahun jadi gk usahlah pacaran, perbanyak aja belajar”
“emang umur lo berapa, sok ketuaan lo”
“gw kan udah 16, apalagi bentar lagi kan 17 jadi udah cukup umur buat punya cewe”
“dasar! Beda setahun juga, oh iya peri kecil lo kapan ulang tahunnya”
“udah lewat”
“tanggal berapa tuh”
“lo gk usah tau, pasti lo mau kasih kado kan ke dia, awas aja lo kalau sampe rebut dia dari gw”
“yee gw cuma nanya ndut”
“ray, kalau lo bukan ade sepupu gw yang paling imut udah gw ketok pala lo pake ni vas bunga” kata cakka sambil memengang vas bunga yang ada di meja belajarnya
“yeh kk ndut, ini kan dirumah bukan di sekolah atau di tempat lain”
“iya gw tau, tapi gw gk suka di panggil kk ndut, Dan lagi pula lo tau gk ray, setiap kata tuh adalah doa, kalau lo bilang ndut terus, bisa-bisa lo yang gendut” jelas cakka
“hih amit,,, amit,,, nausubillahi minzalik” sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di kasur cakka berulang kali. Cakka tertawa melihatnya
“hahaha, lo kayak olga” kata cakka di sela tawanya. Ray manyun lalu melempar cakka guling dan kena, tepat di wajah cakka
“ray” geram cakka lalu berjalan ke arah ray
“mau ngapain lo” tanya ray
“hahahaha, ampun cakka” teriak ray, dia geli soalnya dikelitikin ama cakka. Cakka lalu berhenti
“makanya jangan coba-coba nandingin cakka” kata cakka sambil berkacak pinggang ray lalu berdiri dari tempat tidur cakka, dan bersiap berlari
“selamat tidur kakak ndut” kata ray sambil berlari ke lantai satu, karna kamarnya ada di lantai satu
“RAY” teriak cakka
“sayang ini udah malam jangan teriak-teriak” teriak bunda cakka dari lantai satu
“iya bun” lirih cakka

****

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Preman Kepentok Anak Pesantren (Cast & Sinopsis)

Utuh (cerpen)

Pengorbanan (Cerpen)