Cinta Preman Kepentok Anak Pesantren (Part 3)


****

Keesokan harinya…
Sivia Dan oik sedang asyik membaca di perpustakaan, lalu ify menghampiri mereka
“ik, kamu di panggil tuh ama kepala sekolah” ify memberitahu oik
“aku?” tanya oik sambil menunjuk dirinya sendiri
“iya” jawab ify
“ada apa?” tanya oik
“gk tau. Dia gk bilang tuh ada apa” balas ify
“mungkin ada pertandingan tadarus lagi ik” kata sivia
“itu kan bidangnya bu winda” kata oik
“iya. Tapi tumben amat kepala sekolah manggil kamu”
“udah ah. Mungkin ada sesuatu yang penting. Aku pergi yah” pamit oik. Lalu berjalan ke ruang kepala sekolah
Ia mengetuk pintu
“masuk” terdengar suara kepala sekolah mempersilahkan oik masuk
Oik menarik napas panjang lalu membuka pintu
“assalamu alaikum” sapa oik.
“walaikum salam” balas kepala sekolah dan satu orang lagi yang duduk disofa
“om. Apa kabar?” tanya oik. Menyalami tangan orang yang di panggil om itu
“alhamdulillah baik. Kamu sendiri”
“saya juga baik om”
“baiklah kalian diskusikan berdua saya permisi” pamit kepala sekolah lalu keluar dari ruangannya
“ayo duduk” orang itu mempersilahkan oik duduk. Oik pun duduk di depannya
“ada apa yah om?” tanya oik
“gini, kamu udah kenal kan ama anak om”
“cakka?”
“iya. Cakka putra saya”
“ada apa dengan cakka om?”
Ternyata orang yang dipanggil oik dengan sebutan om itu adalah Ayah cakka. sang pendiri pesantren. Ayah dari preman yang akhir-akhir ini dekat dengan oik. Ayah cakka sudah sangat kenal dengan oik semua karna prestasinya. dan ayah cakka meminta untuk dipanggil om oleh oik
“saya minta kamu mau jadi guru private-nya dia. Sesuai dengan permintaan shilla kemarin”
“tapi om…”
“gk ada tapi-tapi an. Ini juga kemauan cakka koq. ini demi kebaikan satu manusia yang sudah sesat”
Oik menunduk, ia sulit untuk menolak. Apalagi sekarang ayah cakka yang minta dia jadi tidak enak
“baiklah om. Tapi cakka belajarnya harus disini. di mesjid pesantren ini”
“itu tidak masalah, pasti cakka mau”
“oh god. Kenapa harus aku” batin oik
“baiklah nanti om bicara pada cakka. mungkin besok kamu sudah mulai mengajarinya”
“baik om” balas oik.

****

“apa ik? Mulai besok kamu bakal ngajarin cakka ngaji, dan shalat” tanya sivia
“iya” balas oik
“eh tapi cakka itu siapa?” tanya ify
“cakka itu adiknya kak shilla” jawab oik
“koq kamu bisa kenal adiknya kak shilla sih” tanya ify lagi
“waktu itu dia gk sengaja nabrak aku terus ngajakin aku kenalan” jawab oik
“habis itu fy, dikunjungin terus deh sama adiknya kak shilla” tambah sivia
“wah itu artinya adiknya kak shilla jatuh cinta sama kamu ik” balas ify. Oik melemparkan bantalnya ke arah ify, ify menangkapnya lalu mengembalikannya kepada oik
“ngomong sembarangan. cakka udah punya cewe tau” kata oik
“kan bisa cakka putus sama cewenya” balas ify
“itu artinya cakka mata keranjang. Udah ah aku mau tidur” kata oik lalu berbaring dan menarik selimutnya
Ify menoleh ke arah sivia
“dia gk mua di introgasi lebih lanjut” kata ify. Sivia mengangguk
“yaudah kita tidur juga” balas sivia. Lalu mereka tidur

****

Keesokan harinya dengan pakaian rapi cakka datang kepesantren darul adiyah. Sebenarnya cakka gk mau pergi. katanya malas kalau dia yang harus pergi. kenapa gk oik aja yang kerumahnya. Pikir cakka. tapi karna bundanya menjanjikan mobil sport yang tertunda waktu itu karna dia gk mau masuk pesantren, akhirnya dia mau juga pergi. sesampai di pesantren tentu saja semua mata tertuju padanya. Sivia pun memperlihatkan orang yang bernama cakka kepada ify. Ify ternganga melihat cakka. keren! Itulah komentarnya. Jelas, di pesantren gk ada santri yang rambutnya sepanjang rambut cakka, pakaian seperti yang ia kenakan, celana jeans selutut, dan baju kemeja yang digulung hingga siku. Sesampai  di mesjid. Disana sudah ada oik. Cakka masuk duduk disamping oik. Oik menatapnya sinis
“telat 10 menit” sindir oik
“sebentar doang ik”
“kalau besok telat lagi. Push up 30 kali”
“Iya, jadi hari ini apa yang harus aku kerjain”
“ok! Hari ini kamu harus hapal doa-doa ini” oik memberi buku panduan shalat  pada cakka
Cakka membukanya
“buset ik!!!! Banyak buangett” protes cakka
“iya, itu harus kamu hapal semua. Dari niat wudhu. Niat shalat sunat, shalat subuh. Duhur, asar, maghrib, dan isha. Doa iftitah, surat alfatiha, dan doa-doa shalat yang lain”
“aku hapal surat alfatihah koq” kata cakka
“coba baca”
“alham…”
“mulaikan dengan bismillah”
“bismillahirrah-manirahim. Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin. Arrahmanirrahim. Maalikiyaumiddiin. Iyyakana’budu­­ wa-iyyaakanas ta’iin. Ih-dinash shiraathalmustaqim. Shiraathalladzina an’am-ta alaihim. Ghairil magh-dluubi alaihim. Waladldlaaallliiin. Amiiiin..”
“kamu shalat berapa kali sebulan” tanya oik
“dalam sebulan gk pernah”
“kamu gk pernah jumatan” tanya oik
Cakka menggeleng. Oik mangap
“gk usah se shock itu ik”
“jadi kamu shalatnya kapan”
“pas lagi id itu juga kalau mood, kalau gk yah gk pergi”
“ckckck” oik menggelengkan kepalanya
“kamu pintar adzan kan?” tanya oik
“iya, aku sering lihat di tv”
Oik menghela napas
“aku kayak ngajarin anak tk” batinnya
“yaudah kamu hapal aja dulu doa yang ada dibuku itu, sekaligus lihat cara shalat dan wudhu. Besok praktek”
Cakka cengo
“besok??”
“iya”
“ah! Gk bisa lebih lama lagi ik. Mana bisa aku hapal ini semua dalam sehari”
“makanya hapal mulai sekarang”
Cakka pasrah, ia pun membuka buku panduan shalat tersebut lalu mulai menghapal doa-doa shalat dan niatnya
“preman insaf” batin oik. Menahan tawa. Cakka melirik oik
“kenapa ketawa” tanya cakka
“lucu aja”
“apanya yang lucu”
“ini pertama kalinya aku ngajarin preman. Biasanya anak tk. dan aku gk nyangka ternyata preman itu bisa insaf yah” cibir oik. Cakka mendelik. Mengambil ancang-ancang lalu mengelitiki oik
“awas kamu yah”
“hahaha cakka gk boleh. Kamu gk boleh pegang aku cakka. bukan muhrim. Hahaha” kata oik di sela-sela tawanya
“kamu tuh ternyata suka ngeledek orang yah” komentar cakka
“cakka nanti dilihatin orang gk enak tau”
“huh bukannya bersyukur satu manusia lagi udah mau sadar malah ngeledek”
Cakka menghentikan kegiatan mengelitiki oik dan kembali menghapal
“iya sih”
oik memperbaiki jilbabnya yang berantakan
“jilbabku berantakan deh” keluh oik
“kamu salah sendiri. Bukannya bersyukur orang keren kayak aku mau pilih jalan selamat”
“huek… keren darimana ndut gitu juga”
“pake kacamata ik, biar kamu bisa lihat bagaimana kerennya aku”
“serah deh”
“lagian biarpun jilbabmu berantakan kamu masih terlihat cantik koq” komentar cakka
Blush… wajah oik memerah di balik jilbabnya
“makasih. Tapi aku paling anti di kasih komentar kayak gitu” balas oik
“cakka lama-lama bikin aku salting” batin oik
“cewe itu dimata aku semuanya cantik”
“sekalipun mukanya ada luka bakar atau jerawatan”
“kecuali itu”
“katanya semua”
“jangan ajakin aku ngobrol. Ntar aku gk hapal yang aku salahin kamu lho”
“yaudah lanjutin”

****

Sudah 2 jam lebih cakka menghapal. Dan sekarang waktunya istirahat. Karna yang ia hapal masih sedikit. Sisanya dilanjutkan dirumah
“hm… kka, aku mau tanya menurutmu kak shilla itu kayak apa sih” tanya oik
“kak shilla itu, cantik, bawel, nyebelin, rese, pokoknya banyak lah” jawab cakka
“kak shilla baik gk”
“baik, tapi itu tadi dia itu bawel”
“kamu sayang sama kak shilla”
“koq jadi nanya gitu sih ik”
“udah jawab aja”
“sayang sama dia sih kalau dia lagi baik aja. Kalau dia udah nyebelin, rese, n bawel disitulah aku benci banget sama dia. Dia itu suka ngiri kalau aku lagi pacaran, mentang-mentang aku punya cewe cantik terus dia gk punya cowo yang keren. Gitu deh kerjaannya gangguin melulu. Nyerocos gk jelas. Gk boleh inilah. Gk boleh itulah, padahal kalau dia rasain pasti dia juga mau”
Oik menahan tawanya
“gitu yah?” tanya seseorang cakka mengangguk.
“aw…” rintih cakka sambil memegangi telinganya. Seseorang menjewer telinga kirinya
“och…gitu, selalu bicarain kakak dari belakang” kata shilla. Cakka nyengir
“hehehe kakak. lepasin telinga cakka dunk sakit tau” mohon cakka
Shilla melepas tangannya. Cakka mengelus telinga kirinya sambil manyun
“makanya kalau mau bicara tuh mikir dulu” kesal shilla
“tapi kan kak itu kenyataan kakak bawel dan selalu ikut campur urusanku sama angel. Kayak kakak itu ngiri”
“kakak ikut campur hubunganmu dengan angel. Karna kalau kalian tuh deket,  suka bikin yang aneh-aneh. Kakak kan cuman antisipasi. Kalau kamu lepas kendali kan bisa gawat”
“aduh, cakka tuh bisa tahan diri kak. cuman hepi-hepi doang koq. rasain kenyamanan sedikit lah” cibir cakka. shilla menjitak kepalanya
“dasar kamu”
“kalau nanti kamu udah pinter shalat, ngaji, dan puasa itu gk boleh lagi yah” kata oik sopan lalu meninggalkan cakka dan shilla
“tuh dengerin kata oik. Masih untung dia mau ngajarin kamu, kalau dia kesel dia bisa ngebiarin kamu gitu aja. Mobil sport batal lho kalau dalam 2 minggu kamu gk bisa shalat, ngaji, dan puasa”
“singkat amat kak”
“biar kamu lebih giat” kata shilla
“sini ponsel kamu” pinta shilla
“buat apa kak”
“biar kamu konsen menghapal. Gk usah pergi dugem, gk usah ke diskotik, atau kumpul ama sahabat-sahabatmu itu”
“gk ah.”
“cakka” geram shilla. Mulai mengambil ancang-ancang
“kakak kalau dibantah bisa lebih parah yah dari ini”
Cakka pasrah ia mengeluarkan ponselnya dan memberinya pada shilla
“nih”
Shilla mengambilnya
“rokok ama korek api kamu” pinta shilla lagi.
Cakka shock
“kak aku baru pake satu batang. Ini masih baru kak” balas cakka. menjaga kantong celananya
“gk ada alasan” kata shilla
“kakak. minum gk boleh. Dugem gk boleh. Nelpon gk boleh. Kalau gk ngerokok mati aku kak”
“yaudah, nanti aku kasih tau oik. Kalau kamu udah gk mau di ajarin sama dia”
“yah ngancem”
“cepat sebelum kakak berubah pikiran”
“kak plis. Jangan rokok yah” mohon cakka dengan gaya memelas
“1”
“kak”
“2, kakak hitung sampe lima”
“kakak” cakka berusaha memelas didepan kakaknya
“3”
 Cakka pasrah. Ia pun mengeluarkan rokok dan korek apinya lalu menyerahkan pada shilla
“yaudah deh nih” kata cakka
“kamu bakal lebih merasa enak kalau minum air dari oik. Itu air zam-zam lho. Air dari mekah” shilla beranjak, dan mulai berjalan
“bener kak” tanya cakka mengejar shilla
“bohong”
“yee”
“tapi airnya gk kayak air mineral biasa kan”
“iya, gara-gara air itu. Kemarin malam cakka gk bisa minum alcohol. Semuanya pahit, tapi anehnya tenggorokan cakka gk bengkak padahal kan tenggorokan cakka paling alergi sama yang pahit”
“tuh kan air yg di kasih oik bermanfaat”
Cakka mengangguk
“lambat laun kamu pasti bisa lupain angel” batin shilla

****

Oik masuk ke kamarnya. Menghempaskan tubuhnya ke ranjangnya. Sivia, menoleh menatap oik
“gimana hari pertama ngajarin orang segede cakka” tanya sivia
“lebih susah daripada ngajarin anak TK” jawab oik
“wah gk bisa kebayang gimana rewelnya cakka” pikir sivia
“hm…”
oik melepas jilbabnya. Lalu beranjak dari ranjangnya menuju ke kamar mandi
“eh ik, ntar malam ada tadarusan di masjid, gk?” tanya sivia
“setahu aku sih besok malam. Pas malam jum’at. Sekalian yasinan” balas oik dari dalam kamar mandi
“gimana kalau kamu suruh cakka ikutan. Kan dia juga lagi mau belajar ngaji” usul sivia.
Setelah selesai cuci muka n ganti baju. Oik keluar dan duduk disamping sivia
“idemu bagus via. Besok aku kasih tau dia”
“siapa dulu sivia gituloh” bangga sivia
“baru sekali juga kamu punya ide yang bagus” balas oik. Berjalan menuju ranjangnya
“eh ngeledek kamu yah ik” kesal sivia. Oik tersenyum
“ah via jangan kesel gitu donk. Ntar ray marah ama aku lagi”
BRUKK!!! Sebuah bantal dengan mulus mendarat di wajah oik
“aw…”
“via” geram oik lalu melemparkan kembali bantal sivia
Sivia tak mau kalah. Ia melempar oik kembali dan akhirnya mereka perang hingga adzan di mesjid terdengar
“udah ashar ik, aku mau wudhu dulu” kata sivia, beranjak
“wudhunya jangan lama. Aku juga belum wudhu” kata oik
“iya” balas sivia
Setelah mereka selesai wudhu. Pake kerudung setelah itu ke masjid

****

Keesokan harinya cakka datang lebih cepat dari yang kemarin. Ia tak ingin di omeli oleh oik
“lebih cepat 10 menit dari kemarin” celetuk oik
“gk senang amat” kata cakka
“biarin… kamu udah hapal semua doa dan niatnya” tanya oik
“masih sedikit” balas cakka
“yaudah nanti aku bantuin sisanya. Kamu wudhu dulu. kamu udah hapal niat wudhu kan” tanya oik. Cakka mengangguk
Mereka pun berjalan ke tempat wudhu
“pertama ngapain?” tanya oik
“baca bismilah” jawab cakka
“terus” tanya oik lagi
“mencuci kedua tangan” jawab cakka
“yaudah praktekkan cara berwudhu yang baik” perintah oik
Cakka pun mulai berwudhu. Dari mencuci kedua tangan sebanyak 3 kali, berkumur-kumur 3 kali. dan membasuh wajahnya
“baca niat wudhu” perintah oik
“nawaitul wudlua lirafail hadatsil ash-gharil fardlal lillahit-taala”
“ok benar”
Cakka membasuh wajahnya sebangak tiga kali. kaku membasuh kedua tangannya
“teruskan sampai siku” perintah oik yang melihat cakka. hanya membasuh legannnya
Setelah itu cakka membasahi seluruh rambutnya
“cakka salah. Gk gitu” kata oik. Cakka berhenti
“terus gimana”
“cukup rambut bagian depan aja. Atau gk poni mu aja. Bukan satu kepala” kata oik. Cakka manggut-manggut. Lalu membasuh poninya sebanyak tiga kali
Setelah itu ia membasuk kedua telinganya. Lalu kakinya. Cakka hanya membasuh kaki kirinya
“ulangi”
“ah”
“ulangi. Kanan duluan baru kiri”
“och”
Setelah selesai berwudhu dan membawa doa setelah wudhu. Caik pun kembali ke masjid
“pake ini” oik meyerahkan sebuah songkok dan sarung buat cakka.
Dengan wajah yang bingung cakka mengambil songkok itu dari tangan oik
“ini buat apa?” tanya cakka
“pake di kepalamu” balaso ik
“gk ah. Gini udah cakep kali” kata cakka. mengibas-ngibaskan rambutnya (?)
“cakka 3 helai aja rambutmu kesentuh sama sejadah, shalatmu udah gk sah. Cepat pake ini sembunyiin ponimu dibalik songkok ini” perintah oik
“harus?”
“iya”
“ah ribet” cakka lalu memasang songkoknya
“gini kan?” tanya cakka
“iya bener. Nih sarungnya”
Cakka mengambil sarung itu
“ini buat apa”
“nutupin aurat kamu”
“nih udah ketutup”
“cakka kamu pake jeans selutut jadi betis kamu masih kelihatan. Kalau mau shalat, aurat pria harus tertutup sampe mata kakinya” dengan malas cakka memasang sarung itu, tapi karna cakka gk tau gimana caranya cakka masuk aja ke sarungnya dan tentu saja sarungnya melorot
“cakka, aku suruh kamu pake bukan pasang”
“ik aku gk tau caranya pakenya”
Oik menghela napas.
“sini aku pakein. Angkat tangan” perintah oik lalu mulai memakaikan cakka sarung
“nah mudah kan”
Cakka memperhatikannya. Lalu mengangguk
“ik, gimana kalau setiap aku mau shalat kamu aja yang pakein sarung” tanya cakka
PLAKK!!!
“aw…” cakka memegangi kepalanya yang habis dijitak oleh oik
“ngomong gitu lagi. Aku laporin ke kak shilla” ancam oik
“iya, iya” balas cakka
“hari ini praktek shalat maghrib” kata oik
Cakka pun mulai mempraktekkannya sambil membaca doa-doa saat shalat. Oik tersenyum
Tapi pada saat ingin rukuk, cakka salah. Ia malah sujud. Oik memukul pantat cakka dengan sebatang lidi
“aw…”
“cakka salah. Berdiri” perintah oik. Cakka pun berdiri sambil memegangi pantatnya
“ik, apa lagi sih?”
“rukuk dulu baru sujud. Ulangi dari awal”
Cakka menghela napas lalu mengulanginya
“gini” tanya cakka ketika sedang rukuk
“iya. Punggungmu harus lurus” kata oik
“caranya?” tanya cakka
“kamu menunduk lagi”
“udah”
“lagi”
“gini?”
Oik mengangguk. Cakka pun membaca doa rukuk. Setelah itu cakka I’tidal

“allahu akbar” kata cakka sambil berdiri dari rukuk
“salah!”
“koq salah”
“bukan allahu akbar. Tapi sami’allahu liman hamidah” kata oik
“ulang lagi dari awal?” tanya cakka
“kali ini, ulang dari rukuk aja” kata oik. Cakka kembali rukuk.
Praktek hari ini oik benar lelah. Cakka selalu saja salah. Lupa atau banyaklah
Dan tanpa mereka sadari ternyata sedari tadi ada sepasang manusia yang memperhatikan mereka dari luar
“cakka lucu banget  shil. Oik jadi gemas” kata dayat
“iya. Tapi aku salud sama oik. Cuman dia lho yang bisa mengubah sikap cakka” balas shilla
Dayat mengenggam salah satu tangan shilla. Shilla kaget, ia menunduk menatap tangannya, lalu tersenyum. dan kembali menatap ke dalam
“oik itu gk seperti yang kamu lihat shil. Kalau dia lagi kesal, semua bisa hancur. Hanya saja dari dulu oik memang sopan, jadi itu bisa menutupi sifat ganasnya. Dulu dia itu orangnya gk sabar. Setiap bapak sama ibu dapat masalah keuangan pasti dia ngamuk sama alam ini. Dia bahkan mencaci maki tuhannya” cerita dayat
“berarti mereka hampir mirip” kata shilla
“yah. Hanya saja cakka mungkin tak pernah merasakan kekurangan ekonomi seperti oik. Kita lahir dari keluarga berbeda shil” balas dayat. Menghadap ke shilla. Shilla juga menghadap ke dayat (?)
“day, bentar lagi kita selesai. Aku mau kamu bicara sama orang tuamu. Karna secepatnya ayahku akan membangun perusahan industri itu”
“insya allah” balas dayat
“hayoo. Ngapain berdua?” tanya seseorang tiba-tiba. Dayat segera melepas tangan shilla
“kita cuman lihat oik ngajarin adek aku shalat” balas shilla
“kalian itu gk tau yah. Berduaan tuh gk boleh. Yang ketiga bakal jadi setan” kata irsyad teman sekamar dayat
Dayat dan shilla saling menatap lalu tersenyum
“yang ketiga setan?” tanya dayat. Irsyad mengangguk
“berarti kamu donk setannya! Hahaha” seru shilla dan dayat lalu pergi
“lah koq aku dibilang setan sih” tanya irsyad.
“dasar aneh kalian” lanjutnya lalu berbalik, melihat ke dalam masjid
“oik serius banget ngajarin adeknya kak shilla” gumam irsyad lalu pergi
                                                                                                                   
****

1 jam berlalu. Cakka sudah mulai bisa shalat
“ok, jadi shalat subuh, duhur, asar, dan isha gerakannya itu sama aja. Yang bedain itu, niat sama rakaatnya” jelas oik. Cakka mengangguk mengerti
“jadi kamu udah bisa kan shalat dirumah” tanya oik
“yah mudah-mudahan bisa”
“kalau udah terbiasa. Pasti kamu bisa. dan kalau kamu udah terbiasa shalat. Setiap kamu gk shalat pasti ada yang aneh di perasaan kamu. Tapi ingat jangan selingin shalat kamu sama mabuk-mabukan. Itu sama aja bohong”
“tapi ik…”
“bagi allah kata tapi tuh gk berlaku. Gk ada alasan untuk tidak melaksanakan perintahnya untuk shalat. Kecuali wanita yang lagi PMS, musafir, dan orang yang sakit. Itu juga kalau dia masih bisa shalat duduk dia harus tetap shalat”
“huh. Iya deh aku coba” balas cakka
“oh iya kka. Air yang aku kasih udah habis” tanya oik
“udah, dari kemarin malah”
“koq gk bilang aku”
“lupa hehehe”
“ingat pacarmu mulu sih” ledek oik. Cakka menyenggolnya
“ih sok tau deh”
“terserah aku dunk mau sok tau atau gk”
“ik, tau dayat gk?” tanya cakka
“iya, kenapa dengan kak dayat”
“dia siapanya kak shilla sih”
“dia itu sahabatya kak shilla”
“terus dia siapanya kamu”
“dia kakak aku”
“jadi, kamu punya kakak”
“iya”
“dia baik gk ik”
“iya baik banget. Karna dia juga aku masuk disini, dia berusaha membujuk aku untuk masuk pesantren”
Cakka mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut masjid
“eh ik, dia suka ngomel kayak kak shilla gk” tanya cakka hati-hati dan terus melihat situasi di sekitar masjid
“gk, dia gk suka ngomel. Kamu ngapain sih?”
“jaga-jaga. Jangan sampe di jewer lagi ama kak shilla”
“hahahaha” oik tertawa. Cakka menatapnya
“kenapa? Koq ketawa”
“hahaha kak shilla gk bakal jewer kamu koq. kalau pagi gini dia suka di sanggar”
“sanggar?”
“iya di sanggar batik”
“ngapain”
“membatik lah kka. Masa demo”
“yah siapa tau aja ngomel”
“hei kak shilla kayak gitu karna dia sayang sama kamu, dia gk mau kamu terkena masalah”
“sayang koq kayak gitu. Kak shilla pernah tuh hampir bikin aku lumpuh. 1 bulan aku di opname  di rumah sakit dan aku gk bisa gerak-gerak, badanku semuanya sakit.”
“emangnya kak shilla ngapain kamu?”
“mukul aku pake kayu yang super gede. awalnya sih cuman pake ikat pinggang tapi karna aku melawan di kasih deh kayu itu. Coba aja gk ada bunda, pasti aku udah mati, sampai sekarang kayu itu masih ada dikamar kak shilla katanya buat jaga-jaga. Kalau aku kelewatan lagi, aku bakal dipukul lagi”
“kak shilla mukul pasti ada sebabnya”
“iya sih, tapi kan gk segitunya juga”
“kamu habis ngapain sih sampe kak shilla mukul kamu kayak gitu”
“seingat aku sih, waktu itu aku mabuk, terus bawa angel ke rumah, karna rumah lagi sepi, orang tuaku dan kak shilla lagi jogja, bi ijah aku bekep di kamarnya. Yaudah aku minum ama angel di kamar aku. Tepat jam 11 malam kak shilla dan orang tuaku datang.  Dan lihat aku ama angel lagi berpesta. Angel di usir terus aku disiksa. Aku dipaksa untuk menjauhi angel tapi aku nolak. Orang aku suka sama angel, masa di suruh jauh” cerita cakka
“kamu emang kelewatan. Sampai harus bekep pembantu kamu. Angel itu pacar kamu yah?” tanya oik. Cakka mengangguk
“dia islam?” tanya oik lagi. Cakka menggeleng
“pantesan kak shilla selalu ngomel sama kamu. Orang kamunya gk bisa diatur. Pacaran ama non islam lagi” cibir oik
“ah tapi sekarang udah berubah ik” ralat cakka
“iya deh. Oh iya kka. Ntar malam disini ada yasinan. Mau ikutan?”
Cakka nampak berpikir lalu mengangguk
“ok, jam berapa”
“kamu kesininya setengah 6. Sekalian shalat maghrib disini. karna yasinannya sehabis shalat maghrib. Jadi kamu juga bisa lanjut shalat isya disini”
“oh ok de!”

****


Maaf kalau kali ini gaje..
post-nya lagi buru-buru
keep coment yah :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Preman Kepentok Anak Pesantren (Cast & Sinopsis)

Utuh (cerpen)

Pengorbanan (Cerpen)