Unilateral Love (Cerpen Ovin)




Unilateral Love (cerpen ovin)



CRAG… itulah singkatan dari Cakka Rio Alvin dan Gabriel dan merupakan nama grup mereka berempat. 4 cowo cool ini adalah selebritis di SMA Citra Bangsa terlebih lagi salah satu dari mereka itu adalah ketua osis yang ramah, yaitu Cakka. Gabriel juga anggota osis yang ia sebagai wakil cakka, rio sendiri sekertarisnya. dan alvin sebagai bendahara. Cakka orang yang mungkin terlalu baik, terbuka, dan selalu ada untuk sahabatnya… Rio orang yang paling bawel diantara mereka ber4… Alvin berbanding 180 derajat dengan rio, alvin adalah orang yang sangat easy going n cuek, kerjanya hanya membaca komik, banyak yang bingung bagaimana bisa nilai bahasa alvin selalu tinggi padalah dia paling malas berbicara… Gabriel cowo jangkung ini, kerjanya cuman satu, pasang earphone dengerin musik.
Di SMA Citra Bangsa, ada seorang gadis, yang Bernama Oik. Oik Cahya Ramadlani. Seorang gadis mungil yang sangat mengidolakan Alvin. dan gadis mungil yang sangat di cintai oleh cakka. Cakka Dan oik adalah sahabat. Rumah cakka tak terletak jauh dari rumah oik. Mungkin hanya berjarak dua rumah dari rumah cakka. Cakka dan oik juga selalu berangkat bersama. Dan banyak yang mengira bahwa mereka pacaran. Tapi setiap oik ditanya oleh temannya ia hanya menjawab ‘cakka itu temanku’ begitupun sebaliknya
Pagi ini. Cakka Dan oik berangkat bersama. setiba disekolah. Oik menuju kelasnya. Kelas XI Ipa-2. Cakka juga ke kelasnya kelas XI Ipa-A tepat disamping kelas oik
“pagi ik” sapa sivia
“pagi” balas oik lalu duduk dibangkunya
“makin mesra aja nih” ledek ify
“siapa? Aku ama cakka?” tanya oik. Kedua sahabatnya mengangguk
“mesra sebagai sahabat memang” balas oik
“sebagai pasangan kekasih juga ik” kata ify
“kalian ngomong apa sih. Aku tuh gk suka sama cakka. Aku tuh sukanya sama alvin”
“iya sukanya sama alvin. Sayangnya sama cakka” balas sivia
“hikz terserah kalian deh. Lagipula cakka juga anggap aku sebagai sahabat”
“kenapa sih kamu suka sama banget sama alvin. Kayak alvin suka aja sama kamu”
“yah cakka bilang gitu”
“bego kamu ik. Cakka tuh gk mau kalau kamu sakit hati. Kalau dia bilang alvin gk suka sama kamu”
“kalau aku jadi kamu yah ik. Aku lebih baik milih cakka daripada alvin. Apa sih kurangnya cakka, bahkan menurut aku cakka lebih baik dari alvin”
“aku gk ngerti sama omongan kalian”
“ik cakka tuh sayang sama kamu gk cuman sebagai sahabat tapi lebih dari itu. Kalau suatu saat nanti cakka nyatain perasaan itu ke kamu. Apa kamu tega nolak cakka yang selama ini selalu ada untuk kamu”
“cakka gk mungkin suka ataupun sayang sama aku”
“terserah kamu deh ik yang penting kita udah ngomong”
“kenapa sih pada menjudge kalau cakka tuh sayang sama aku” batin oik

****

Sore hari… CRAG baru saja selesai main basket. Mereka sering ke basecamp untuk bermain basket. Alvin lalu duduk dipinggir lapangan. Sedangkan cakka rio dan gabriel, bersenda gurau di tengah lapangan.
Selama bersahabat alvin terbilang selalu menghindar dari ketiga sahabatnya jika sahabatnya sedang bercanda. Tak ada yang tau kenapa alvin seperti itu kecuali cakka. Mereka hanya tahu alvin itu cuek. Alvin juga terbilang sangat tertutup bahkan pada sahabat sendiri. Ia jarang berbicara tentang kehidupannya. Bukan berarti tak pernah. jika berbicara tentang kehidupan dia, dia hanya bilang orang tuanya sudah bercerai dan ia tinggal dengan mamanya. Dan kejadian-kejadian di rumahnya. Hanya itu, tak seperti dengan rio, yang selalu menceritakan baik dan cantiknya gadis pujaannya. IFY. Gabriel, yang selalu bercerita tentang hubungannya dengan sivia
Cakka menghampiri alvin. Tapi langkahnya terhenti saat melihat seorang gadis sedang duduk disamping alvin
“nih minum dulu! Pasti capek?” kata seseorang sambil menyerahkan sebotol air mineral pada alvin. Alvin menoleh. Gadis itu tersenyum, alvin lalu menerima botol tersebut lalu meneguknya. Cakka yang melihatnya lalu tersenyum dan pergi
“makasih” balas alvin sambil menyerahkan botol air mineral itu pada pemiliknya
“buat kamu aja. Pasti kamu gk bawa air lagi dari rumah” kata gadis itu
“ada koq” balas alvin lalu memeriksa tasnya untuk mencari botol yang ia bawa tadi
“gk ada?” tanyanya lalu mencari sosok cakka. Cakka tersenyum jail ke arahnya
“damn!” umpatnya dalam hati
“gk ada kan?” tanya gadis itu
“kayaknya aku lupa deh ik. makasih minumnya” kata alvin berusaha tulus
“sama-sama” balas oik.
“oh iya kenapa kamu gk kesana bersenda gurau bareng rio, cakka, sama gabriel” tanya oik
“gk suka. Kamu sendiri ngapain kesini? Jangan bilang cuman mau bawain aku air” tanya alvin
“aku kesini karna tadi cakka sms katanya kamu lupa bawa air trus kamu ambil punya cakka, jadi cakka minta aku bawain. Pas nyampe sini, cakka sms aku bilang airnya buat kamu aja” jelas oik.
“cakka lagi! Udah dibilangin aku gk suka sama gadis ini” batin alvin
“och gitu” balas alvin lalu berdiri.
“eh main lagi yuk” ajak alvin. Ketiga sahabatnya mengangguk. Cakka menghampiri oik
“kamu tunggu disana aja. Kalau aku udah selesai main. Kita pulang bareng. Kalau kamu mau bareng alvin. Nanti aku coba bujuk dia” bisik cakka. Oik mengangguk
“makasih” balas oik. Cakka lalu bergabung dengan sahabatnya
“kalau cakka sayang sama aku, betapa bodohnya dia kalau rela mengobarkan perasaannya Dan mati-matian buat alvin agar sayang sama aku” batin oik
“sivia dengan ify pasti hanya bercanda” lanjutnya
Lama bermain hari pun sudah mulai gelap. Cakka dkk sudah selesai main basket.
“vin kamu ama oik yah” kata cakka
“kenapa gk sama kamu aja? Kan kamu yang nyuruh dia kesini” tanya alvin lalu mengambil tasnya
“sorry tapi aku buru-buru” kata cakka lalu pergi
“dia lapang banget io” bisik gabriel pada rio. rio mengangguk
“kita duluan yah” pamit rio dan gabriel lalu pergi
“kalau kamu gk mau anter aku. Gpp koq aku bisa jalan kaki dari sini” kata oik
“jangan. Ntar kamu capek terus cakka marah-marah sama aku. Ikut aku” kata alvin lalu menarik tangan oik dengan kasar
“gini yah cara alvin lembutin cewe” batin oik tapi hatinya senang ini pertama kalinya ia naik motor bersama alvin
“makasih yah vin” kata oik saat turun dari motor alvin. Alvin hanya diam lalu pergi
“koq gk dibalas sih” tanya oik dalam hati

****

Pagi harinya, saat sampai disekolah alvin menghampiri meja cakka
“kka, apa sih maksud kamu kemarin di lapangan basket” tanya alvin. Gabriel yang asyik dengerin musik disamping cakka, bingung melihat alvin yang sepertinya sedang marah tapi tak ia pedulikan, ia tetap asyik dengan musik yang didengarnya
“maksud aku? Aku cuman mau, kamu menganggap oik” balas cakka disertai dengan senyumnya
“lalu kenapa kamu gk bisa buat oik menganggap kamu” tanya alvin.
“karna oik gk bisa sayang sama orang lain kecuali kamu. Dan apa salahnya kamu mencoba menganggap oik, lagipula tak ada gadis lain kan dihati kamu”
“kamu sendiri, juga tak ada kan”
Cakka menahan tawanya “aku punya segudang, jadi kumohon belajarlah menyayangi oik” katanya sambil menepuk bahu alvin lalu pergi. Gabriel pun melepas earphonenya
“cakka kenapa??” tanya gabriel
“mau ke toilet” jawab alvin lalu pergi. Gabriel mengangkat sebelah alisnya
“pada kenapa sih? Rio juga koq belum datang sih?” tanya gabriel lalu kembali memasang earphone-nya

****

“eh, ik cakka tuh” bisik ify ketika melihat cakka memasuki kelas mereka
“hai semua” sapa cakka
“hai kka” balas ify, sivia, dan oik. Ify pun pindah ke sesamping sivia, cakka pun duduk disamping oik
“bel masuk masih lama nih, mau ke kantin dulu gk?” tanya cakka. Oik lalu berbalik memandangi sivia dan ify, sivia dan ify pun berdiri
“ik, kita duluan yah”  pamit mereka. Oik lalu menatap cakka
“atau kamu mau sendirian di kelas” tanya cakka
“yaudah kita ke kantin” kata oik lalu berjalan, cakka mengikutinya dari belakang lalu mensejajarinya langkahnya dengan oik
“oh iya pagi ini kamu lihat alvin gk?” tanya cakka
“gk emangnya kenapa?”
“koq tumben yah jam segini dia belum datang”
“apa dia sakit kka”
“alvin itu bukan tipe orang yang gampang sakit. Gk kayak kamu” ledek cakka. Oik lalu menyenggol cakka
“ih kamu tuh yah” kesal oik lalu menggembukan pipinya. Cakka menatapnya
“jangan gitu ah, jelek. Emang kalau kamu jelek alvin suka sama kamu” gombal cakka
“emang dimata alvin aku itu cantik”
“gk cantik tapi imuet”
“ah cakka masa’ sih” tanya oik. Wajahnya memerah. Cakka mengangkat bahunya
“asal kamu bisa seperti ini terus ik. Aku pasti berusaha untuk menyatukanmu dengan alvin. Bagaimanapun caranya, akan kubuat alvin sayang padamu” batin cakka
“woy ngapain ngelamun, nanti ketabrak tembok lho” kata oik
“siapa juga yang ngelamun. Sotoy deh”
“terus kalau gk melamun tadi kamu menghayal”
“oik, tadi itu aku jalan gimana sih”
“ih itu juga aku tahu”
“terus kenapa nanya”
“habisnya kamu diam terus”
“diam? Tadikan aku jalan gk diam”
“hikz… cakka maksud aku diam gk bicara. Bukan diam gk bergerak” kesal oik
“ngambek nih”
“tau ah” cakka pun merangkul oik
“udah kalau alvin lihat kamu ngambek. Pasti di tonjok aku karna aku udah bikin kamu kesal”

****

Hari ini sivia pergi kerumah ify, hanya iseng ify merasa bosan dirumahnya. Mereka berdua duduk digazebo belakang rumah ify

“oik, koq tega yah ama cakka” tanya sivia
“kenapa sih? Emang kamu suka sama cakka?” tanya ify balik
“yee, aku tuh cuman kasihan sama cakka dia udah baik sama oik tapi oik terus mengharapkan alvin. Dan juga kamu kan tahu gabriel masih status pacar aku”
“iya sih aku tahu. Tapi kamu gk usah segitu kasihannya juga sama cakka. Cakkanya aja berusaha tegar”
“hati oik itu terbuat dari apa sih. Koq bisanya dia gk ngerti perasaan cakka selama ini”
“yang oik tahukan dia hanya suka+sayang sama alvin”
“fy, mau gk bantuin supaya mereka itu bisa jadian”
“mereka? Maksud kamu cakka ama oik”
“iya”
“kayak kamu gk kenal oik aja. Dia itu keras kepala banget. Cakka aja yang hebat bisa buat oik nurut ama dia”
“iya sih”
“udah gk usah ikut campur masalah oik. Cakka pasti punya rencana sendiri kenapa sampai sekarang dia belum berhenti perhatian ama oik”

****

Sore ini cakka main ke rumah oik. Dan sekarang mereka ada dikamar oik, cakka tiduran disamping oik
“ik, minggu depan anggota osis ke hutan kamu mau ikut?” tanya cakka
“dalam rangka apa  kka”
“iseng, rio cuman mau menjelajah, Dan kita dapat isin dari pembina osis koq”
“males ah”
“Alvin ikut lho”
Oik pun bangun dan menatap cakka
“bener alvin ikut” tanya oik. Cakka mengangguk dengan senyuman
“aku mau ikut, aku kan asisten kamu”
Cakka lalu duduk, dan menghadap ke oik
“mau ikut sebagai asisten aku, atau mau ikut karna ada koko”
Oik malah nyengir.
“hehehe”
Cakka pun mengacak rambutnya
“kamu tuh yah, apa-apa alvin. Masuk osis juga karna alvin anggota osis”
“biarin”
“oik, kalau mau ngelakuin sesuatu tuh harus niat dari dalam hati. Bukan karna ada maunya”
“aku tuh niat masuk anggota osis”
“iya kamu niat masuk untuk ketemu terus ama alvin. Iya kan?”
“tuh kamu tau”
“tau ah aku ngantuk” kata cakka lalu kembali berbaring, dan menutup matanya
“mau nginep?” tanya oik lalu berbaring disamping cakka
“bundamu ada kan?” tanya cakka masih menutup matanya.
“gk, dia lagi keluar kota” jawab oik
“jawabnya ntar aja, aku ngantuk mau tidur” kata cakka lalu mulai masuk ke dalam mimpinya
“hm..” balas oik juga ikut tertidur

****

“cakka…cakka” panggil oik sambil menggoyangkan tubuh cakka
“apa” gumam cakka
“bangun” kata oik
“ntar ah ik, masih ngantuk”
“udah pagi tau. Gk mau kesekolah?”
Cakka bangun dan mengucek kedua matanya
“koq semalam kamu gk ngebangunin aku”
“aku gk tega, kamu tidurnya nyenyak banget”
“hm… yaudah aku balik dulu yah”
“iya aku tungguin yah jangan lama lho ntar telat”
“ok” balas cakka lalu segera mengayuh sepedanya menuju rumahnya. Sekalipun rumah cakka hanya beda beberapa rumah dari rumah oik tapi dia gk suka jalan kaki ke rumah oik
20 menit kemudian cakka sudah berada di depan rumah oik dengan motor sport-nya
“udah mandi kka?” tanya oik
“iyalah” jawab cakka
“udah sarapan?” tanya oik lagi. Cakka tersenyum
“udah telat ik, ayo cepetan naik” perintah cakka oik pun menurut Dan segera naik ke jok belakang motor cakka

****

Jam istirahat, oik pergi ke ruang osis. Mencari pujaan hatinya. Benar saja, sesampai di ruang osis, disana alvin sedang duduk manis dimejanya sambil membaca buku. Disamping meja alvin ada meja gabriel, gabriel juga sedang asyik dengerin musik. Oik menghampiri alvin menarik kursi rio yang kosong dan duduk disamping alvin
“hai, serius banget sih bacanya” sapa oik. Alvin hanya diam
“baca buku apa sih?” tanya oik. Alvin menutup bukunya dan memperlihatkan sampulnya pada oik
“Harry Potter? Kmu masih seneng aja baca buku itu” komentar oik, alvin kembali membaca buku
“aduh alvin cuek banget sih. Bikin aku gk bisa ngomong aja” batin oik
“vin, cakka bilang minggu nanti anggota osis semuanya pergi menjelajah di hutan”
“hm…” balas alvin
“aku  pergi lho”
“terus urusannya sama aku apa” tanya alvin ketus
“ik sabar” batin oik
“kamu pergi gk” tanya oik. Alvin menutup bukunya lalu menatap oik kesal. Oik tersenyum
“oik, kenapa sih kamu mau tau aku pergi atau gk. Itukan bukan urusan kamu” kata alvin lalu pergi. Gabriel membuka earphone-nya, menatap oik bingung
“dicuekin lagi?” tanya gabriel.
Oik mengangguk
“cinta emang kadang sulit ik” kata gabriel lalu kembali memasang earphone-nya. Oik menghampirinya dan melepas earphone gabriel
“kamu tuh yah. Dengar musik aja kerjanya. Tuh sivia lagi nyariin kamu. Gk beruntung banget sivia punya kekasih kayak kamu. Cuman sayang sama musik bukan sama sivia” kata oik lalu pergi
“sivia nyariin aku?” tanya gabriel pada dirinya sendirinya
Gabriel tersenyum
“pasti kangen” lanjutnya lalu pergi ke kelas sivia
Sesampai di kelas sivia, sivia sedang duduk  sendiri dengan wajah yang kesal. Gabriel menghampirinya
“siang sayang” sapa gabriel lalu duduk disamping sivia dan merangkulnya, sivia mengibaskan tangan gabriel
“sayang, sayang. Aku bukan sayangmu” kesal sivia
“lho koq gitu! Via-chan jangan marah dunk”
“siapa yang marah. Aku kan lagi ngambek” kesal sivia
“eh iya itu maksud aku, jangan ngambek yah. Plis”
“aku gk akan ngambek tapi kamu harus janji”
“apa?”
“jangan selalu mentingin musikmu daripada aku”
Gabriel terdiam, satu menit saja tak mendengar musik dunianya terasa buram
“gk mau yaudah gampang kita putus aja” kata sivia lalu berdiri. Gabriel menahan lengannya
“iya deh aku mau. Ke kantin yuk” ajak gabriel. Ia tersenyum berharap sivia luluh oleh senyumnya
“aku pergi sendiri” kata lalu berjalan. Gabriel mengikutinya dari belakang
“via maafin aku yah” gabriel terus berusaha meminta maaf pada sivia
“kasihan juga iel, kalau fans-nya tau idolanya merengek kayak gini pasti aku bakal di demo” batin sivia ia pun tersenyum
“iya deh aku maafin. Tapi janji yah, jangan samain aku ama earphonemu itu. Jangan jadiin earphone itu selingkuhanmu” kata sivia. Gabriel pun tersenyum lalu merangkul sivia
“janji”

****

“cakka” panggil oik. Yang dipanggil menoleh.
“apa” tanya cakka
Oik menghampiri yang sedang duduk dibawah pohon taman belakang sekolahnya
“kamu bilang alvin suka sama aku”
“apa? aku gk dengar. Coba lebih dekat ngomongnya” tanya cakka pura-pura tidak mendengar
Oik pun duduk disamping cakka
“kamu bilang alvin suka sama aku” ulang oik
“emang iya”
“terus tadi alvin koq cuek banget ama aku”
“oik, oik. Kayak kamu gk tau alvin aja sih. Dia kan emang gitu”
“tapi cakka, dari awal aku ngomong tuh dia diem aja, sekalinya ngomong eh dianya kayak orang yang lagi kesal”
Cakka merangkul oik
“oik, dengerin yah. Alvin itu kayak gunus es di kutub utara. Diem aja, kalau gunungnya runtuh pasti bunyinya menggelegar. Nah karna alvin kayak gunung es itu. Sekalinya ngomong gk ada lembut-lembutnya. Lembut juga kalau lagi kesambet.”
Oik menatap cakka
“yakin?”
“yakin lah oik. Alvin itu kan sahabat aku dari kecil, kayak kamu. Lagian alvin gk dingin-dingin amat koq”
“awas kalau kamu bohong”
“gk akan oikku”
Oik tersenyum, percaya pada cakka
“senyum kamu ik, makin lama makin manis aja. Bikin aku suka sama kamu” kata cakka. Seketika oik merubah senyumnya
“ih kamu tuh yah gombal mulu”
“aku cuman punya kamu buat di gombalin ik”
“kamu sendiri yang salah kenapa coba gk nyari cewe. Padahal banyak yang suka sama kamu, apalagi shilla, dia udah tergila-gila ama kamu. Shilla orangnya baik lagi kka”
“tapi sayang banget ik, dihati aku udah ada seseorang”
“siapa?”
“suatu saat nanti kamu pasti tau siapa orangnya”
Oik menyenggol lengan cakka
“ih cakka main rahasia-rahasian deh”
“biarin ble…”
“huh dasar kamu” oik menoyor cakka lalu berlari
“eh ik jangan lari yah” cakka mengejar oik. Akhirnya mereka kejar-kejaran sampai bel tanda berakhir istirahat berbunyi

****

Minggu pagi. Waktunya anggota osis citra bangsa menjelajah di hutan. -Terserah di hutan mana, yang penting hutan-. Dan cakka sudah berada dirumah oik, mereka akan berangkat bersama ke sekolah, karna mereka kumpul disekolah setelah itu ke hutan
“pagi tante” sapa cakka pada ibu oik
“pagi cakka. Mau jemput oik?” tanya ibu oik
“iya tante”
“oiknya masih dikamar tuh. kamu pasti belum sarapan. Yuk sarapan dulu sambil nungguin oik”
Cakka mengangguk lalu mengikuti ibu oik ke ruang makan.
Setelah sarapan cakka Dan oik pun berpamitan
“bunda aku berangkat dulu yah” pamit oik lalu menyalami tangan ibunya. Diikuti oleh cakka
“kalian hati-hati yah”
“iya tante”
“cakka, tante nitip oik yah. Jaga dia baik-baik” pesan ibu oik
“iya tante”
“bunda apa sih. Oik kan udah gede”
“yaudah kalian berangkat nanti telat”
“aku pergi bun” pamit oik sekali lagi. Lalu naik ke jok belakang motor cakka.
Cakka pun segera melesat menuju sekolah

****

Sesampai di hutan. Semua mempersiapkan barang-barang mereka.
“ok kalian bisa istirahat selama 30 menit” kata cakka memberi arahan
Cakka masuk ke dalam tendanya didalam ada ketiga sahabatnya
“yess aku menejelajah bareng ify” girang rio. alvin menatapnya sinis. Rio pun diam
“lebay” komentar gabriel
“maaf” lirih rio
“kka, kamu yang atur semua ini?” tanya alvin
“iya. Kenapa?” jawab+tanya cakka
“koq gk konfirmasi dulu sama aku?” tanya alvin
“gabriel bilang, kamu lagi gk mau di ganggu. Yah aku takut lah, dimana-mana kalau kamu lagi pengen sendiri, kalau di ganggu langsung ngamuk” jelas cakka
“tapi seenggaknya kan kamu nanya dulu sama aku, apa aku setuju dengan semua rencana gilamu ini” kata alvin
“hei vin ini bukan rencana gila yah. Ini sesuai kesepakatan. Kita menjelajah, dan berpasangan”
“tapi…” belum selesai alvin bicara. Gabriel melerai mereka
“udah gk usah di permasalahin. Semua udah terjadi, lagian ini bukan ide gila koq. ini bisa jadi tantangan buat kita. Apa bisa kita bekerja sama dengan orang lain” kata gabriel
“apalagi orang yang nge-idolain kita banget” kata rio
“tau ah” balas alvin lalu keluar. Rio menepuk bahu cakka pelan
“kamu sih kka”
“rio, kalau dia gk sama oik, siapa lagi? Ify? Zevana? Gk mungkin kan?”
“iya sih”

****

30 menit berlalu, semua berkumpul. Cakka berdiri di tengah-tengah mereka
“ok, kalian pasti tau kan hari ini kita akan bermain. Bermain menjelajah, mencari bendera di dalam hutan dan siapa yang paling pertama sampai di tempat ini dia akan mendapat hadiah yang menarik.” Jelas cakka
“cakka kita sendirian nyari bendera?” tanya oik
“tenang, kita gk sendirian, kita akan berpasangan” jawab cakka
“aku ama zevana” celetuk seseorang
“pasangannya di tentuin ama ketua osis” kata rio
“ok. Jadi pasangan pertama. Alvin dan oik”
Oik terlihat senang tetapi tidak dengan alvin
“lalu rio dan ify”
“gabriel-sivia”
“bla…bla…bla…”
“dan saya sendiri dengan shilla”
Shilla tersenyum tapi juga kaget
“ok, semua ambil pasangan masing-masing dan masuk ke hutan” perintah cakka semua pun bergerak.
“kamu jalan duluan” perintah alvin pada oik
“kamu aja, kan kamu cowo kamu yang nuntun aku, koq kebalik sih” balas oik
“kalau misalnya cewe yang nuntun cowo kenapa”
“artinya cowonya banci” oik segera berlari ke dalam hutan
“eh awas yah kamu” alvin menyusulnya
Cakka yang melihat kejadian itu hanya mampu tersenyum simpul
Cakka menghampiri shilla
“hai cantik” sapa cakka pada shilla. Shilla jadi agak gugup
“h..hai” balas shilla akhirnya
“kamu yang nentuin kalau aku jadi teman kamu” tanya shilla pelan
“iya. Kenapa kamu gk seneng ama aku?” tanya cakka. Shilla menggeleng
“aku senang. senang banget” lanjut shilla. Cakka menggenggam tangan shilla
“yuk masuk ke hutan” ajak cakka. Shilla mengangguk, mereka lalu berjalan. Tak sengaja oik berbalik ke belakang Dan melihat kejadian itu.
Dia merasakan ada yang aneh dengan perasaannya
“aku kenapa. Aku kan lagi bareng alvin harusnya aku senang” batin oik

****

Sudah 10 menit mereka didalam hutan tapi belum ada yang berhasil menemukan bendera
“alvin tungguin aku” kata oik yang tertinggal jauh oleh alvin
“makanya jalannya jangan lelet”
“kamu sih jalannya cepet banget”
Alvin berhenti lalu menarik oik
“alvin pelan-pelan”
“ini udah paling pelan ik” kata alvin. Oik melepas tangan alvin yang sedang memegangi tangannya
“yaudah gk usah pegang aku” kata oik lalu berjalan
“aa….” Pekik oik. Alvin segera menarik tangannya. Oik masuk lubang jebakan yang dibuat oleh cakka
“gk nyangka bakal berhasil. Tapi kasihan juga kalau alvin gk nolongin oik. Lubang itu kan dalam banget” batin cakka yang tak sengaja melihat oik dari kejahuan
“vin tolongin aku” pinta oik
“ini udah aku tolongin” kata alvin
“kalau kamu cuman megangin aku, yang ada kamu juga bakal jatuh. Tarik aku”
Alvin pun berusaha menarik oik, tapi kakinya terpeleset. Oik pun semakin jatuh ke dalam. Alvin semakin mempererat pegangannya
“ik bertahan” kata alvin
Ia berdiri dan berusaha menarik oik. Hingga akhirnya oik  berhasil naik
“kamu ada yang luka” tanya alvin. Oik menggeleng
“gpp koq” kata oik lalu berdiri
“aw…” rintih oik. Alvin pun menunduk memperhatikan kaki oik
“kaki kamu bengkak, pasti susah jalannya sini aku gendong” kata alvin, menyodorkan punggungnya pada oik
“gk keberatan” tanya oik. Alvin menoleh pada oik yang berdiri di belakangnya
“kita kan satu tim. Harus ada kerja sama” kata alvin.  Oik pun tersenyum
“cakka benar alvin gk dingin amat koq” batin oik lalu naik ke punggung alvin, melingkarkan kedua tangannya di leher alvin
“udah” tanya alvin
“iya” balas oik
Akhirnya oik digendong ama alvin

****

Cakka sedikit senang melihat perubahan sikap alvin
“kka, koq kita berhenti sih” tanya shilla. Cakka lalu duduk
“kita istirahat” balas cakka. Shilla jadi bingung ia pun ikut duduk disamping cakka
“koq istirahat sih, kamu kan bilang. Ada hadiah menarik untuk orang pertama yang mendapat bendera itu”
Cakka menatap shilla. Shilla jadi salting
“kamu mau tau apa hadiahnya?”
Shilla mengangguk
“jam tangan pasangan”
“maksudmu?”
“sepasang jam yang sama, khusus untuk pasangan kekasih”
“kamu gk suka benda itu”
“aku bisa beli kalau aku mau”
Hening…
“shil” panggil cakka. Shilla menoleh
“apa?” tanya shilla
“menurutmu. Orang yang memendam perasaannya, berkorban untuk orang yang ia sayangi, merelakan orang yang ia sayangi pergi dengan orang lain. adalah sikap orang yang bodoh”
“kenapa kamu nanya kayak gitu?”
“yah aku cuman minta pendapat kamu”
“itu kan aku banget” batin shilla
“cinta sepihak maksudmu?” tanya shilla lagi
“iya”
“aku cuman punya satu prinsip kka. Mencitai walau tak dicintai. Disakiti asalkan aku tak menyakiti seseorang. Bukankah cinta itu butuh pengorbanan. Aku rela berkoban demi cintaku. Cinta tak harus memiliki, st12 bilang gitu kan?”
“tapi kan kalau kita dicintai kita akan merasa bangga. dan tak harus memiliki bukankah itu hanya mengajarkan kita munafik”
“kita hanya merasa bangga tapi kita tidak bisa merasakan cinta. Munafik mungkin iya. Tapi mau bagaimana lagi? Takdir kan sudah menggariskan untuk menjadi seseorang yang tak dianggap perasaannya”
Cakka terdiam
“memangnya kenapa kamu bertanya seperti itu” tanya sivia
“oik! Aku sayang padanya, tapi ia lebih memilih alvin. Walau aku tau alvin gk suka sama oik, aku akan berusaha membuat alvin suka padanya” lirih cakka, tapi shilla mendengarnya. Shilla menepuk bahunya
“cakka cinta sepihak ama oik. Dan aku suka sama kamu kka, plis lihat aku disini. apa kamu berharap oik akan melupakan alvin yang juga tak pernah menganggap kehadiran oik. Dan ia akan berpaling padamu” batin shilla
“kamu kuat, aku yakin itu” kata shilla. Cakka tersenyum padanya
“makasih” balas cakka. Shilla mengangguk
“kamu juga kuat  shil” kata cakka. Shilla terlonjak
“maksud kamu”
“kamu juga cinta sepihak dengan seseorang kan” tanya cakka. Shilla menggaruk bagian kepalanya yang tak gatal
“hehehe” shilla nyengir

****

“vin” panggil oik lirih tepat di telinga alvin
“hm…” balas alvin
“kamu gk capek gendong aku” tanya oik
“gk” balas alvin
“dinginnya kumat” batin oik
“cakka bilang aku itu berat lho” kata oik
“itu kata cakka aja. Lagian kmu gk berat-berat amat koq”
“masa’ sih?”
“iya”
“eh ik itu benderanya” kata alvin setelah menemukan bendera merah putih
Alvin segera  berjalan berjalan untuk mengambil bendera itu.
Oik duduk disampingnya
“vin, koq kamu mau sih ikutan kayak gini?”
“aku suka menjelajah. Ini juga ada karna usul aku dan rio” balas alvin. Lalu mencabut bendera itu dari tanah
“jadi ekskul untuk naik gunung. Masuk kehutan. Itu semua usul kamu dan rio” tanya oik
“iya”
“kamu sendiri ik. Tumben aku lihat ikutan ekskul ini”
“cakka yang nyuruh”
“sudah kuduga” batin alvin
“kenapa? Gk suka kalau aku ada?” tanya oik
“ng… gk koq. gpp, heran aja”
“och”
“kakimu udah gpp ik” tanya alvin
“ah… iya udah gpp” kata oik. Alvin berdiri, oik juga
Mereka pun berjalan, 10 menit berjalan suasana sangat hening bagaikan berada dikuburan
“eh vin tau gk gajah itu paling besar apanya?” tanya oik
“badannya lah gimana sih” jawab alvin santai
“salah!” balas oik. Alvin menatapnya
“lah koq salah sih” tanya alvin
“iya,”
“terus gajah itu paling besar apanya”
Oik tersenyum
“kandangya. Kan kalau kandangnya kecil, gajahnya gk muat, gk bisa masuk deh”  kata oik
Alvin mengacak rambut oik
“ih kamu tuh yah bisa aja” balas alvin, sedikit tersungging senyum dibibirnya
Dan karna kebetulan lagi cakka melihatnya -kayaknya cakka ngikutin ovin deh-
“cuman kamu ik yang bisa bikin alvin tersenyum dan mau ladenin tebak-tebakan gk bermutu kayak gitu” batin cakka
“vin” panggil oik
“hm…” balas alvin
“kenapa sih kamu dingin amat, amat aja gk dingin banget tuh” tanya oik. Alvin menatapnya sinis.
Oik tersenyum. Alvin kembali menatap kedepan
“emang kamu tau amat yang mana?” tanya alvin
“hm… alvin udah mau bercanda nih” batin oik
“amat tukang sayur yang sering lewat di depan rumahku”
“ngawur kamu” kata alvin
“eh emang iya dia gk dingin kayak kamu”
“kalau dia dingin kayak aku. Yang mau beli sayurannya dia siapa” tanya alvin
“iya yah”
Alvin geleng-geleng kepala
“oh iya vin, kenapa sih kamu dingin kayak gini” tanya oik
“tanya aja sama cakka”
Oik memiringkan kepalanya
“kamu seringkan nanya-nanya ke cakka tentang aku” tanya alvin
Oik menelan ludah
“hehehe cakka sering bilang yah” tanya oik. Alvin mengangguk

****

Di tempat lain
“kya….. ular” pekik shilla lalu memeluk cakka. Cakka melepas pelukan shilla
“shil tenang. Jangan panik, kalau kamu panik ularnya pasti gigit kamu” kata cakka menenangkan shilla. Shilla mengeluarkan air matanya
“a.. aku takut sama reptil huhuh” tutur shilla
Cakka menghampus air mata shilla
“kamu cengeng banget sih. Kalau cowo yang kamu suka lihat kamu nangis kayak gini. Pasti dia gk suka lagi sama kamu” kata cakka
“hikz.. hikzz tapi aku takut” shilla tersedu
Cakka merangkul shilla, berusaha menenangkannya
“udah yah, tenang. Ularnya gk akan gigit kamu koq”
Cakka mengambil sebuah ranting yang cukup kuat, dan membuang ular tersebut
Shilla terus menangis sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya
“tuh ularnya udah pergi” kata cakka. Shilla masih menutup wajahnya
“ayo dunk shil, lihat ularnya udah pergi”
Perlahan shilla melepas tangannya dari wajahnya
“awas kalau ularnya belum pergi”
“iya, masa sih orang keren kayak aku bohong” kata cakka. Shilla memukulnya
“ih cakka, aku serius”
“yah aku ajakin becanda biar gk terlalu serius. Yuk lanjut lagi jalannya” kata cakka lalu berjalan
“cakka” panggil shilla
Cakka berbalik
“kenapa”
“jangan jauh-jauh dari aku. Aku takut, nanti kalau ada ular, kadal, badak atau buaya. Gimana”
Cakka geleng-geleng
“yah kita lari. Masa’ mau lawan mereka” kata cakka lalu meraih tangan shilla dan berjalan.
Cakka menoleh ke samping. Shilla terlihat masih shock. Air matanya juga masih terus mengalir
Cakka menghapus air mata shilla
“untung orang yang kamu suka itu bukan aku. Karna kalau aku, aku bakal nolak kamu, karna kamu orang yang cengeng banget” kata cakka lalu tersenyum
Shilla menatapnya
“iya aku gk nangis lagi” kata shilla. Cakka kembali merangkul shilla
“gitu dunk”
Kalau cakka baik seperti ini tdk ada yang merasa bahwa cakka suka pada orang itu, karna cakka memang seperti ini, selalu perhatian pada setiap orang yang sedang sedih

****

Malam sudah larut, para remaja pun keluar dari hutan
“wah vin kita yang pertama” kata oik, ketika ia sudah sampai di tenda
“hebat” balas alvin
Alvin membuat api unggun, mereka duduk didepan api unggun itu
“yang lain koq belum pada datang sih” tanya oik
“tunggu aja bentar lagi” balas alvin
“hore! Kita yang pertama” seru rio. alvin Dan oik menoleh
“disini udah ada kita kale” celetuk alvin. Rio dan ify menatap mereka berdua
“Alvin?”
“Oik?”
“kalian?”
“aku sama oik kan satu tim”
“gk, bukan itu. Maksud kita. Kalian berdua menang”
“yah seperti yang kalian lihat” balas oik.
“kalian kompak banget sih” kata rio menepuk bahu alvin
“ide cakka gk sepenuhnya gila kan” bisik rio pada alvin. Alvin menatapnya sinis. Rio tersenyum
“rio benar juga. Didalam hutan tadi, aku gk pernah ada kesal-kesalnya sama cewe ini” batin alvin

****

“shil, cita-cita kamu apa” tanya cakka
“jadi penyanyi. Kamu”
“sama. Gimana kalau besar nanti kita duet, mengalahkan duetnya anang sama ashanti”
“ah ngaco kamu kka”
“eh gk. Gini yah shil, perumpamaannya, aku itu justin karna memang iya. Terus kamu itu selena. Nah kita duet deh, sebagai seorang pasangan”
“ah justin tuh gk ndut”
“selena juga gk bawel”
“cakka!” kesal shilla
“ih aku kenapa? Keren?”
“narsis”
“terserah! Kan emang gitu”
“au ah”
“selena juga gk suka ngambek”
Cakka berlari. shilla mengejarnya
“cakka rese banget sih. Jangan lari ntar aku jatuh”
“kalau kamu jatuh. Berdiri lagi. Masa’ mau tiduran di hutan” balas cakka lalu bersembunyi di balik pohon besar
“cakka…” panggil shilla
“cakka jangan sembunyi. Ini malam tau. Aku takut. Nanti kalau ada ular lagi gimana” lirih shilla
“DORR” cakka mengangetkan shilla
“CAKKA!!!!!” pekik shilla lalu memukuli cakka
“eh ampun shil” mohon cakka. Shilla lalu memeluknya. Cakka balas memeluk shilla
“huhu cakka jangan gitu lagi. Aku takut”
“iya maaf. Udah jangan nangis lagi”
“janji kamu selalu disamping aku”
“sebagai teman, aku mau”
Shilla mengangguk. Ia tersenyum
“aku mau kamu perhatian sama aku seperti kamu perhatian sama oik”
“maksud kamu?”
“aku mau jadi orang spesial di hati kamu”
Cakka melongo. Menatap shilla
“ok kali ini Sebagai sahabat aku! Mau?”
“sahabat juga gpp koq”
Shilla tersenyum puas. Dia mendapat pengakuan yang pasti dari cakka, orang yang selama ini dia puja, kagumi dan sayangi

****

“cakka-shilla” tanya rio dan gabriel yang melihat cakka tengah mengandeng tangan shilla. Alvin dan oik menoleh ke arah cakshil. Gk tau kenapa ada yang aneh dengan oik
“kenapa” tanya cakka lalu melepas shilla. Shilla duduk disamping sivia
“shilla kenapa” tanya gabriel balik
“oh tadi dia shock”
“shock”
“iya tadi habis nemu ular”
“terus sekarang shilla udah gpp”
“lihat aja sendiri. Mukanya masih pucat”
“hm… jadi siapa nih pemenangnya” tanya cakka
“alvin-oik” jawab rio
“wah selamat yah. Bentar aku ambil hadiahnya” kata cakka lalu masuk ke tendanya 1 menit kemudian dia keluar kembali dengan membawa kotak
Cakka menyerahkan kotak tersebut pada alvin
“nih buat kalian. Semoga selalu kompak” kata cakka
Alvin menerimanya lalu membuka kotak tersebut
“jam tangan?”
“iya biar kalian tambah kompak” balas cakka
Alvin mengambil jam tangan yang bertuliskan A dan oik yang bertuliskan O
“eh kebalik. Yang A ini milik oik. Yang O ini milik alvin” kata cakka lalu menukarnya
“udah direncanain” batin gabriel lalu menatap rio
“kamu yakin kalau ini semua rencana cakka” tanya gabriel. Rio hanya bisa mengangguk
Alvin Dan oik saling pandang lalu beralih menatap cakka. Cakka tersenyum
“koq bisa kebetulan gini yah, hm.. kayaknya kalian jodoh deh” kata cakka
“cakka!!!!” geram alvin nada suaranya tertahan tapi raut wajahnya kesal membuat cakka mengerti
“ok sekarang istirahat. Besok kita balik” perintah cakka lalu masuk ke tendanya.
Semua menuruti perintahnya.
Alvin, Rio, dan Gabriel masuk ke tenda.
“cakka apa semua ini udah kamu rencanakan” tanya ketiga sahabat cakka. Cakka menatap mereka satu persatu
“wah kalian kompak amat sih” kata cakka
“gk usah mengalihkan pembicaraan. Jawab aja” perintah gabriel
“ini bukan rencana aku koq. cuman kebetulan aja”
“what? Kebetulan? terus jam tangan itu koq bisa AO sih lambangnya” tanya rio
“lho koq jadi kalian yang sewot sih. Yang harusnya marah kan alvin. Koq kalian pada ikutan sih”
“cakka aku ama via juga mau menang kali” kata gabriel
“iya, cakka kita kan lagi menjalani hobby kita” sambung rio
“kalau menjalani hobby kenapa jadi sewot. Kan kita mau happy bukan mau dapet hadiahnya” balas cakka
“iya sih tapi…” kata rio terputus karna cakka memotongnya
“aduh! Udah deh kalau mau permasalahin ini basi tau gk”
“ok tapi awas yah kalau ketahuan ini semua rencana kamu”
“iya” balas cakka
“tapi cakka simbol di jam tangan ini tuh aneh. Koq bisa sih kebetulan”
“iya kebetulan. Kan aku mau beli yang warna biru. Dan yang warna biru tuh simbolnya tinggal yang kayak gitu. Yaudah aku ambil yang itu daripada yang lain” bohong cakka
“lagian kalau jodoh juga emang gk kemana koq vin” celetuk rio lalu tidur
“ngomong apa kamu barusan” tanya alvin
“gk ngomong apa-apa koq”
“eh udah jangan berantem. istirahat” lerai cakka. Alvin pun menarik selimut rio dengan kasar lalu berbaring disamping cakka
“yang tua gk boleh marah. Ntar tambah tua” kata alvin lalu menutup matanya. Rio bangun bersiap membalas alvin.
“rio kalau di lawan gk bakal selesai masalahnya. Udah belajar ngalah aja” lerai gabriel.
Rio kembali berbaring
“yah aku ngalah, soalnya yang matanya sipit kalau kegigit nyamuk matanya tambah bengkak, nanti matanya gk bisa melek deh” sindir rio
“hm… aku sih mau pake selimut biar gk cungkring gara-gara kegigit nyamuk” balas alvin
“buat apa coba badannya berisi kalau matanya gk normal” balas rio.
Cakka dan Gabriel duduk
“kalian ini berisik banget sih” kesal cakka and gabriel
“tuh alvin/rio” rio menunjuk alvin sedangkan alvin menunjuk rio #iyalah masa nunjuk cakka
“rio kamu dipinggir” perintah gabriel. Rio pun bangun dan pindah
“kamu juga di pinggir vin” perintah cakka. Alvin pindah tempat. Cakka dan gabriel tidur di tengah
“malam sipit”
“malam cungkring”
“rio, alvin!” geram cakka dan gabriel
Alvin dan rio pun diam

****

Senin pagi.

Oik turun dari jok belakang motor cakka. Mereka lalu berjalan bersama menuju kelas
“oh iya ik, gimana kemarin ajang PDKT-nya” tanya cakka.
Wajah oik memerah
“ih cakka apaan sih. Siapa yang PDKT ama alvin”
“kamu lah. Masa aku?”
“kemarin tuh aku gk PDKT ama alvin. Kita ngobrol aja koq”
“och gitu”
“kamu sendiri gimana ajang PDKT-nya sama Shilla” tanya oik
Cakka kaget lalu menatap oik
“what? PDKT? Siapa? Aku? Ama shilla?” tanya cakka. Oik mengangguk
Cakka merangkul oik
“oik-ku sayang. Cemburu?” goda cakka. oik melepas rangkulan cakka
“ih gk deh. Aku kan cuman suka sama alvin”
“iya, iya aku tau itu. Tapi koq kamu nanya gitu sih?”
“yah karna kemarin kamu ama shilla itu seneng banget kayak habis ngapain gitu didalam hutan”
“ih kamu tuh yah bawaannya curiga mulu. Kan udah aku bilang aku di dalam hati aku itu cuman ada satu orang dan itu bukan shilla”
Oik mengangguk mengerti
“oh iya cakka, kenapa sih alvin itu dingin banget” tanya oik
“kamu mau tau” tanya cakka
Oik mengangguk
“ntar aja yah pas dirumah. Gk enak kalau disekolah”
“ok”

****

Sepulang sekolah… selesai makan siang cakka pun pergi ke rumah oik
Cakka tiduran di ranjang oik, sedangkan oik duduk disamping cakka, sambil mijitin cakka. Cakkanya lagi ngambek gk mau ngomong soal alvin jadi terpaksa oik harus mijitin cakka yang memang lagi capek
“100.000 per jam yah kka” canda oik
“mahal amat ik. Aku discount kan mau ngasih info tentang alvin” balas cakka
“10 % aja”
“ah masih mahal. Kalau gitu info tentang alvin juga sedikit. Gimana kalau gratis aja. Semua tentang alvin dari mulai dia lahir ampe meninggal aku kasih tau sama kamu”
Oik memukul cakka
“hush alvin masih hidup tau”
“iya becanda”
“yaudah sekarang cerita kenapa alvin dingin gitu” tanya oik
“entar aja ah ik masih capek”
“cakka, kan udah dipijit”
“ah cara kamu gk enak”
“ih cakka curang deh”
“aku gk curang, perjanjian kan gitu”
“kamu gk mau ngasih tau aku juga gk pijitin”
“yaudah gk usah pijitin aku, kamu gk akan tau tentang alvin”
Kali ini oik tidak lagi memijit cakka tapi meremasnya
“oik di kira aku krupuk kering” cakka ngambek
Oik melipat kedua tangannya didepan dada
“iya kamu emang mirip”
Cakka mengalah ia bangun, mendekati wajah oik
“ngambek nih” tanya cakka
Oik diam. Cakka beranjak
“yaudah aku pulang”
“cerita dulu”
“kamu kan lagi ngambek”
“iya nih aku berhenti ngambek”
Cakka kembali duduk
“orang tua alvin kan cerai, permasalahannya itu karna papa alvin selingkuh di depan mata alvin. Dan papa alvin tau kalau alvin lihat cewe yang masuk ke rumahnya. Papa alvin pun membungkam alvin mengancam alvin dengan berbagai macam alasan. Seperti papa alvin akan menelantarkan mama alvin yang sedang sakit, alvin pun belajar menjadi seorang pendiam. dan waktu mama alvin sudah sembuh. Papa alvin pun mengajukan cerai. Alvin kesal dan menghujat papanya sendiri…” cakka bercerita dan oik menyimak dengan seksama
“alvin pun di tampar oleh papanya alvin tak terima dan ia kembali menghujat papanya. dan akhirnya mereka berkelahi”
“alvin dan papanya” tanya oik
“iya”
“sejak saat itu, alvin hanya percaya pada mamanya. Ia merasa iba melihat mamanya yang mati-matian bekerja demi dirinya. Dan mamanya tak pernah mengeluh. Ia pun memilih untuk diam, dan menyimpan dendam yang dalam pada papanya. membuatnya jadi dingin karna dia udah gk mau tau semua tentang kehidupan orang, alvin muak dengar orang bicara tentang ayah mereka yang baik. Bagi alvin ayah itu sama saja tak ada yang tulus, dia gk mau dengar kehidupan bahagia sebuah keluarga yang utuh. Nyari sahabat, alvin milih-milih dia gk mau sahabat dengan orang yang bawel dan selalu mengumbar kebahagiaanya” lanjut cakka
Di CRAG mereka semua adalah anak yatim. Hanya cakka saja yang yatim piatu
“rio?”
“rio kelihatannya aja bawel tapi sebenarnya dia gk seperti itu didepan alvin, dia menghargai alvin koq. cuman dia juga yang selalu bikin alvin kesal”
“pantesan alvin mau sahabat sama kamu dari kecil. Kalian agak senasib”
“jauh ik. Orang tua alvin kan cerai. Sedangkan ayah aku meninggal karna kecelakaan pesawat dan ibu aku meninggal karna hepatitis C”
“tapi kuatnya kalian sama kan. Kalian juga sama-sama menghadapi kenyataan hidup yang berat”
Cakka hanya bisa tersenyum sedih. Mengingat 10 tahun yang lalu ia masih bisa bercanda dengan orang tuanya. Oik yang melihat raut wajah cakka yang sudah sedih merangkul cakka
“kau yatim piatu. Aku anak yatim. Kita sama kan” kata oik. Air mata cakka menetes. Oik memeluknya. Cakka balas memeluk oik
“lho kamu koq nangis, kamu kuat kka. Ayo donk senyum” hibur oik. Bukannya cakka tenang. Sifat manjanya malah tambah kelihatan. Ia menangis sejadi-jadinya dalam pelukan oik
“aku kangen sama ayah sama bunda. Coba mereka masih ada, pasti aku gk akan nyusahin bunda kamu selama 10 tahun ini”
Oik mengelus pundak cakka
“kamu gk pernah nyusahin bunda koq. bunda ikhlas nolongin kamu”
Cakka tersenyum. Kepalanya terasa sakit. Cairan keluar dari hidungnya, ia segera menghapusnya. Ia tak ingin oik tau hal ini. Cakka merasa oik dan keluarganya sudah terbebani dengan hadirnya dia dalam keluarga oik

****

Keesokan harinya. Sesampai di sekolah cakka mencari sahabatnya. Rio dan Gabriel. Cakka menemukannya di kantin
“aku mau bicara sama kalian” kata  cakka. Gabriel melepas earphone-nya, rio menatap cakka heran
“yaudah bicara aja” balas gabriel
“gk disini” kata cakka
“yaudah kita ke gudang”
Mereka pun berjalan ke gudang tempat penyimpanan barang bekas
“jadi kamu mau bicarain apa?”
“tentang aku”
“kamu? Kamu kenapa kka” tanya gabriel
“aku…” cakka pun mulai bercerita. Gabriel dan Rio terkejut
“keluargamu sudah tau?” tanya gabriel
“aku menderita penyakit itu setelah kepergian orang tuaku dan semua keluargaku sudah tau” jawab cakka
“alvin dan oik tahu itu” tanya rio. cakka menggeleng pelan
“cuman kalian berdua yang tau hal ini selain keluargaku”
“kenapa kamu gk ngasih tau mereka!” tanya gabriel
“aku gk berani. Dan aku gk mau hanya karna ini mereka akan sulit untuk bersatu. Tinggal selangkah mereka bersatu, dan aku gk mau itu gagal” balas cakka
“tapi mereka harus tau kka”
“aku mohon sama kalian. Jaga rahasia ini baik-baik” mohon cakka.
Rio dan Gabriel menghela napas berat
“ok kalau itu mau kamu. Tapi kita mohon kamu jaga diri baik-baik. Jangan sampe kamu kelelahan”
Cakka mengangguk
“tuhan punya rencananya sendiri” gabriel menepuk bahu cakka

****

“alvin” panggil oik. Yang dipanggil menoleh
“mau kekantin” tanya oik
“iya kenapa?”
“bareng? Boleh gk? Soalnya sivia sama ify gk tau kemana nih”
Alvin mengangguk. Mereka pun berjalan beriringan menuju kantin
“vin”
“hm…”
“cakka udah cerita”
“apa?”
“soal yang dihutan itu”
“och”
“kamu hebat. Persis kayak cakka, kalian memang sangat cocok jadi sahabat”
“kamu sama cakka juga cocok jadi pasangan kekasih”
“ng… koq kamu bilang gitu sih”
“yah semua orang bilang gitu kan”
“terus kamu ikut-ikutan ama mereka”
“hm…”
“dasar kamu”
“eh vin aku punya tebak-tebakan baru” kata oik
“apa?”
“orang ngantuk sama air mendidih persamaannya apa?”
“emang ada”
“iya”
“apa coba”
“sama-sama menguap” balas oik bangga
“ah! Kalau orang yang ngantuk gk menguap gimana?”
“berarti gk sama”
“nah kenapa kamu bilang sama-sama menguap”
“karna dimana-mana orang ngantuk, pasti menguap”
“bukannya orang ngantuk itu tidur”
“ah alvin” oik mendorong alvin manja
“ih emang bener kan”
Selama berjalan ke kantin. Oik dan alvin bercanda, membuat yang melihat mereka jadi bingung. Baru kali ini ada yang bisa mencairkan hati alvin dan bisa menggantikan cakka disamping oik

****

Selama 1 minggu ini Cakka sudah melihat kedekatan oik dan alvin. Walaupun ia sering melihat oik sedih didekat alvin, karna alvin sering cuek terhadap oik dan bersikap acuh tak acuh pada oik. Selama 1 minggu itu cakka sudah 2 kali harus menelpon dokter pribadinya. Karna takut kondisinya semakin parah dan tak ada yang merawatnya ia pun menelpon tantenya di bekasi untuk pindah ke jakarta
“siang kak. kakak makin gendut aja” sapa ray. Sepupu cakka
“ray kebiasaan deh” tegur bunda ray. Ray hanya tersenyum
“gpp koq tante.ray emang suka gitu” balas cakka
“tuh bunda kak cakka aja gk marah”
“Kamu juga ray. Makin pendek aja” balas cakka
“kakak” geram ray. Cakka tersenyum
“ray kamar kamu di samping kamar aku yah” cakka memberitahu ray. Ray mengangguk lalu naik ke lantai dua
Bunda ray duduk disofa. Cakka duduk disampingnya
“apa akhir-akhir ini kamu sering banyak pikiran” tanya bunda ray
“gk koq tan”
“lalu kenapa penyakitmu  kambuh lagi. Bukannya pernah dokter rendra sudah menyatakan kalau penyakitmu tak akan kambuh lagi”
“mungkin tuhan berkata lain tan”
“apa kata dokter rendra  tentang penyakitmu” tanya  bunda ray, cakka menghela napas
“aku cuman bisa berdoa saja tante”
“maksud kamu”
“dokter rendra bilang kesembuhanku bagai mencari jarum dalam jerami, sangat sulit untuk berharap menemukan jalan keluar untuk kesembuhanku”
Bunda ray mengelus pundak cakka
“kamu yang sabar. Tante bantu doa”
Cakka terdiam. Meneteskan air mata
“jangan nangis. Hidup mati seseorang tuh di tangan tuhan”
“bukan itu yang cakka pikirkan tante. Cakka cuman bingung. Kenapa selalu keluarga cakka. . Adek cakka, Ayah, bunda dan sekarang cakka”
Dulu cakka punya adik perempuan bernama cahya tapi pada saat umur 1 tahun, adiknya meninggal
“cakka, tuhan punya rencananya sendiri. Kamu cuman dikasih penyakit, ada orang yang bilang manusia yang semasa hidupnya diberi cobaan dan dia terus bersabar. Maka dosanya satu-persatu akan luntur”
“oh iya oik tau penyakit kamu?”
Cakka menggeleng
“kenapa?”
“oik sedang dekat dengan seseorang. Cakka gk mau nanti karna cakka sakit oik jadi menjauhi orang yang ia sukai”
“kamu belum berubah yah. Masih saja seperti dulu”
Cakka tersenyum. Sebuah cairan lagi-lagi keluar dari hidungnya. Bunda cakka segera mengambil tissue yang tersedia di meja dan menghapus cairan itu
“sejak kapan kamu mimisan lagi”
“sejak penyakitku kambuh lagi”
“yasudah kamu pergi minum obat. Setelah itu istirahat”
Cakka menurut. Ia segera naik ke kamarnya

****

“shilla” panggil cakka. Shilla menoleh
“ada apa” tanya shilla
“kamu bisa ikut aku” tanya cakka
“tentu mau kemana” jawab+tanya shilla. Cakka tak menjawab ia meraih tangan shilla
“ikut aku aja” kata cakka. Mereka pun berjalan ke motor cakka. dan pergi
Sesampai di tempat tujuan. Basecamp cakka. cakka mengeluarkan sesuatu dari tasnya
“ini untuk kamu” kata cakka. shilla menerima bingkisan itu
“ini apa?”
“kenang-kenangan untuk kamu”
“kenang-kenangan? Kamu mau kemana?”
“iya, aku gk mau kemana-mana koq. aku cuman mau berterima kasih sama kamu. Karna kamu udah mau suka sama aku. Dan itu kenang-kenangan dari seseorang yang kamu sukai, maaf aku tak bisa membalas cinta sepihakmu” cakka memeluk shilla. Shilla tersentak ia pun membalas pelukan cakka
“gpp koq kka. Mungkin aku udah ditakdirkan untuk seperti ini”
“bukannya aku tak menganggapmu shil, tapi aku tak ingin memberimu kasih sayang sedangkan aku tak bisa menjagamu. Aku gk mau kasih kamu harapan semu. Aku gk mau membuat kamu sedih karna aku.”
“maksudmu”
“suatu saat kamu akan mengerti maksudku. Dan satu yang gk mau aku lakuin ke kamu. Menjadikan sebagai pelampiasan cintaku”
cakka mempererat pelukannya
“aku senang bisa jadi sahabatmu beberapa minggu ini”
“aku juga”

****

Kemarin cakka check-up Dan kata dokter semakin lama kesehatannya melemah. Ia pun memanggil ketiga sahabatnya untuk bermain di basecamp
“mungkin aku bisa membuat kenangan terakhir untuk sahabatku” batin cakka
Cakka mendrible bola lalu memasukkannya ke ring
“yes 2 poin” seru cakka. alvin heran melihatnya, biasanya kalau cakka sudah mencetak poin dia tak pernah sesenang itu
“iel kenapa dia” tanya alvin. Gabriel mengangkat bahunya
“lagi kesambet kali” celetuk rio
“pasti dia berusaha menyenangkan hatinya” batin gabriel
“woy, ngapain pada ngengosip. Ayo main lagi” teriak cakka lalu mengoper bolanya kepada gabriel. Mereka pun kembali bermain
“hari ini koq cakka rusuh banget” batin alvin
“io kasih gw” pinta cakka. rio pun mengoper kepada cakka
“cakka beneran aneh” batin alvin
“vin awas bola” teriak cakka. alvin dengan sigap menangkap bolanya lalu memasukkannya ke ring
“wah hebat kamu vin” kata cakka
“cakka kesambet apaan sih” batin alvin
30 menit bermain cakka merasa lelah, ia kembali merasakan sebuah cairan keluar dari hidungnya
“aku istirahat dulu yah” kata cakka sambil menutupi hidungnya dan segera berjalan ke arah ia menyimpan tasnya mencari sapu tangannya dan menghapus cairan itu, tapi cairan itu tak mau berhenti
“tuhan kumohon” mohon cakka terus menghapus cairan itu
Alvin menyenggol lengan rio
“tumben dia capek” tanya alvin
“kita juga gk tau vin. Akhir-akhir ini dia aneh” balas rio
Alvin menghampiri cakka. menepuk bahunya
“kamu kenapa?” tanya alvin. Cakka menggeleng pelan. Lalu menyembunyikan tangannya. Sepertinya cairan itu sudah berhenti keluar
“yakin? Itu darah dari hidungmu semakin banyak” tanya alvin lagi
“iya, aku yakin. Mungkin aku terlalu lelah. Kalian main aja dulu. nanti aku menyusul” kata cakka
“cakka” panggil alvin. Cakka menoleh
“apa?”
“bukannya kamu udah berhenti mimisan”
“iya nih gk tau kenapa penyakit mimisan ku balik lagi”
“yaudah kamu istiarahat. kalau kamu gk bisa jangan dipaksain. Mending kita balik”
Cakka mengangguk, setelah alvin pergi ia mencari obatnya dan meminumnya
Dulu setiap cakka kecapekan/panik pasti dia mimisan. dan 4 tahun terakhir ini, penyakit mimisannya itu sudah hilang. dan kembali lagi saat penyakit yang ia derita sudah parah

****

Siang ini oik pulang sendirian tanpa ditemani cakka. ia sangat kesal pada cakka dan baru saja ia memarahi cakka, cakka hanya pasrah, ia tidak ingin mengeluarkan satu kata apapun dari mulutnya, ia tak ingin cairan itu keluar lagi dari hidung
“cakka jahat” lirih oik
Tadi pagi ify dan sivia memarahi oik karna sudah satu minggu ini cakka menghilang dan oik gk tau kemana cakka pergi, yang ternyata cakka masuk  rumah sakit. Ify dan sivia yang mengetahui dari rio dan gabriel, segera memberitahu oik kalau cakka sakit, dan oik dituduh sebagai sahabat yang tidak konsisten karna semenjak oik dekat dengan alvin ia lupa pada cakka
Saking emosinya, ify dan sivia bilang pada oik, kalau selama ini alvin tidak sayang pada oik hanya cakka yang berusaha mengarang cerita agar oik bisa tersenyum.
Oik yang kesal langsung mencari cakka sewaktu bel pulang dan memarahinya
Oik berjalan dengan linangan air mata. Sedangkan cakka mengikutinya secara diam-diam
“aku gk nyangka kamu bohong sama aku kka” oik terus memaki cakka
Tiittt…… suara klakson mobil terdengar ternyata oik berjalan di tengah jalan
“aa….” Pekik oik
“oik” teriak cakka berlari ke arah oik
Tangan halus  meraih oik dengan lembut. Memeluk oik dengan erat
“ik, jangan lakuin itu lagi. Aku gk mau kamu kenapa-kenapa? Aku gk tau apa yang harus aku lakukan kalau kamu gk ada. Jujur ik aku sayang banget sama kamu” kata orang itu. Oik mendongak
“alvin??” cakka terdiam di tempatnya. Hatinya terasa di sayat bambu yang tajam. Sakit, sangat sakit. Tapi ia tetap tersenyum
“makasih udah sayang sama aku” oik balas memeluk alvin
“aku salah bilang cakka jahat. Buktinya alvin sayang sama aku. Sivia dan ify sudah salah duga. Aku harus minta maaf sama cakka” batin oik
“sudah kuduga alvin juga sayang sama oik” batin cakka
“aw…” cakka memegangi kepalanya
“ayo ik kita pulang” ajak alvin. Oik mengangguk mereka pun meninggalkan tempatnya
“tuhan kepalaku kenapa” cakka terus memegangi kepalanya. Cairan itu lagi-lagi keluar dari hidungnya.
Selang beberapa detik ia pun roboh. Orang yang melewatinya segera membawanya ke rumah sakit. Dan menghubungi nomor yang paling atas di kontak cakka. Alvin, tapi nomer alvin tiba-tiba tidak aktiv. Jadi nomer selanjutnya Gabriel

****

“ray, bunda kan sudah bilang kalau kamu pulang itu bareng cakka” marah bunda ray pada ray
“maafin ray bun, tadi kak cakkanya sendiri yang minta pulang jalan kaki” sesal ray
“tapi bun, aku yakin kak cakka bohong kalau gk ada apa-apa. Pasti kak cakka lagi mikirin sesuatu” kata ray
“iya kamu benar. Bunda juga berpikir seperti itu”
“tante, ray. Bagaimana dengan cakka” tanya gabriel dan rio yang baru saja datang. Tadi gabriel yang menelpon tante cakka. sedangkan gabriel pergi mencari rio yang nomernya gk aktiv
“dia belum sadar kak” balas ray. Gabriel dan rio duduk disamping bunda ray
“jujur sama tante, apa yang sudah terjadi pada cakka selama 2 minggu terakhir ini” tanya bunda ray
Gabriel dan Rio mengangkat bahu
“selama dua minggu ini cakka sangat tertutup tante. Bahkan tentang penyakitnya itu hanya aku dan rio yang tau” kata gabriel
“berarti alvin, bunda oik dan oik belum tau”
Rio mengangguk
“cakka  gk mau ganggu mereka karna penyakit cakka. kita mau aja ngomong ama mereka tapi cakka gk bolehin. dan kalau kita berani kasih tau mereka, cakka mau nekat pergi dari sini. dan menghentikan pengobatannya” kata rio
“mungkin cakka ditakdirkan untuk sendiri” balas bunda ray
“iya tante”
Tak lama kemudian. Keluarlah seorang dokter
“dok bagaimana keadaan cakka?” tanya bunda ray.
Dokter rendra menunduk
“kami sudah melakukan yang terbaik. Tapi tetap saja, kondisi cakka semakin hari semakin mengkhawatirkan. Dan sekarang cakka sedang koma” kata dokter rendra lesuh. Dia lalu berjalan ke ruangannya
Bunda ray menunduk
“cakka” lirihnya
Gabriel dan rio berdiri. Masuk ke kamar rawat cakka, sebelumnya mereka menggunakan pakaian khusus
“cakka, kamu bandel banget sih. Udah dibilangin harus jaga diri baik-baik. Lihat kamu down lagi” kata rio
Gabriel miris melihat keadaan cakka, banyak sekali alat medis yang menempel ditubuhnya
“maaf kka, aku gk bisa nepatin janji aku, aku harus memberitahu alvin dan oik masalah ini. Aku rasa itu yang terbaik” kata gabriel. Rio mengangguk setuju

****

“cakka” panggil oik
“aneh, tumben rumah cakka tertutup begini, dia kemana yah” batin oik
“atau jangan-jangan dia pergi karna kecewa sama aku”
“aduh! Bodoh kamu ik, kenapa coba lebih percaya sama ify dan sivia”
“mana ponselku low bat lagi jadi gk bisa nelpon cakka deh”
Oik terus memaki dirinya
Lalu sebuah mobil berhenti didepannya. Ia memiringkan kepalanya.
“sivia ngapain ke rumah cakka” batin oik
Sivia dan ify  turun dari mobil dan menghampirinya
“ik bisa ikut kita”
“kemana?”
“udah jangan banyak nanya ikut kita aja”
Ify menarik tangan oik paksa. Sivia segera masuk ke mobilnya. Setelah ify memasukkan oik ke dalam mobil ify juga masuk ke mobil. Sivia pun melesat ke rumah sakit.
Gabriel menelponnya kalau cakka sedang koma, dan memohon agar mencari oik dan membawanya ke rumah sakit
“kalian berdua bohongkan” kata oik
“masalah apa” tanya ify
“yang tadi” balas oik
“bahas itu nanti aja” kata sivia
“emangnya kita mau kemana sih”
“gk usah  bawel”
Oik mengangkat bahu
“kalian aneh” cibirnya

****

Oik, Sivia, dan Ify sampai di rumah sakit. Oik agak bingung kenapa dibawa ke rumah sakitnya dokter rendra, apa cakka sedang sakit, bukannya kemarin udah sembuh.
Mereka berjalan ke ruang ICU
“tante?” tanya oik saat melihat ibunda ray. Bunda ray berdiri
“oik!” serunya seraya memeluk oik
“lho tante kenapa? Siapa yang sakit?” tanya oik. Bunda ray melepas pelukannya
“cakka”
“apa? Cakka sakit apa tan?”
“kanker otak…hhh” bunda ray menghela napas panjang. Oik terperangah
“stadium akhir” lanjut bunda ray
Mata oik berkaca-kaca
“ini arti sahabat bagimu. Berapa tahun kamu bersahabat dengan cakka, tapi kamu tidak pernah tahu penyakit apa yang diderita cakka”celetuk seseorang, ia menatap sinis ke arah oik. Rio mengelus punggungnya
“shil, sabar. Gk ada satupun sahabat cakka yang tau hal ini. Cakka merahasiakannya” kata rio
Air mata oik tak terbendung lagi. Ia segera masuk ke ruang rawat cakka tentunya dengan pakaian khusus
Oik duduk disamping ranjang cakka. menggenggam tangan cakka. membiarkan air matanya jatuh membasahi tangan cakka
“cakka, kenapa kamu gk bilang sama aku soal penyakitmu. Kenapa?”
“cakka aku belum berterima kasih sama kamu. Karna usahamu, aku sama alvin bisa bersatu. Semua karna kamu”
“aku minta maaf tadi siang udah marah-marah sama kamu”
Oik mencium kening cakka
“makasih cakka, kamu sahabat sekaligus kakak yang baik yang pernah kumiliki”
Seseorang menepuk bahu oik pelan. Ia menoleh
“ini, untukmu. Aku temukan di kamar kak cakka. kak rio bilang kamu yang bernama oik” ray mengangsurkan diari cakka dan selembar surat. oik menerimanya. ray pun keluar
Oik menghapus air matanya, membuka diary itu
Semua tentang kehidupan cakka. semua yang terjadi setiap hari tertulis di buku itu. Oik berhenti membuka lembarnya ketika melihat judul Unilateral Love. Oik pun membacanya

unilateral love! Mungkin itulah yang kualami. Cinta sepihakku pada sahabat karibku. Jujur aku sayang padanya tak hanya sebagai adik juga sahabat, tapi aku ingin menjadikannya wanitaku. Tapi sepertinya itu mustahil, ia menyukai seseorang, yang juga sahabatku. Alvin. Walau aku tau alvin tak suka pada dia, demi dia aku akan membuat alvin jatuh ke tangannya. Aku yakin, jika dia bahagia aku juga akan bahagia. Apalagi mengingat 9 tahun lalu aku mengidap penyakit mematikan, mungkin aku hanya bisa mencintainya namun tak dapat memilikinya. Namun bagiku, menjadi sahabatnya seperti menjadi kekasihnya, walau hatiku rasanya sakit mendengar pengakuannya bahwa ia hanya menganggapku sahabat. Tapi tak apalah, setidaknya aku bisa dekat dengannya, daripada tidak sama sekali
“cakka” lirih oik
oik tak meneruskan membaca diari itu. Ia lalu membuka surat yang diserahkan ray tadi

To : My Little Fairy

Ik, sebenarnya aku sayang sama kamu, tidak hanya sebagai sahabat tapi juga aku ingin menjadikanmu kekasihku, kaulah orang yang ada dihatiku. Ah… mungkin aku hanya bisa bermimpi untuk memilikimu. Dan aku terlalu pengecut mengatakan ini lewat surat. Aku tak berani mengatakannya didepanmu karna aku sudah tau jawabanmu. Kau lebih memilih alvin daripada aku. Aku bisa terima itu, karna menurutku alvin memang lah yang terbaik untuk kamu. Ia bisa menjagamu sampai tua. Kalau aku, umurku tinggal menghitung hari. Walau aku tak bisa memilikimu. Setidaknya aku sudah pernah memiliki cinta yang sejati walau hanya sepihak. Tapi aku tak pernah menyesal seperti itu. Memang hanya kamu yang bisa membuatku jatuh cinta. hanya kamu yang ada dihati aku
Mungkin saat kamu membaca surat ini aku mungkin sudah tak mampu lagi mengucapkan kalimat yang selama ini ku pendam
I Love You Oik.
Jadikanlah aku sesuatu yang bisa kau kenang di setiap doamu
Maaf atas segala beban yang pernah kuberikan kepadamu

                                                                              Your Sincerely,


 


                                                                                                          Anak Ilang


****

Shilla menepuk pelan bahu oik. Oik pun terbangun
“ik, kamu balik dulu istirahat. Udah malam nih. Pasti bundamu khawatir denganmu” kata shilla. Oik mengangguk, ia beranjak
“aku titip cakka yah” pinta oik. Shilla tersenyum
“pasti ik” balas shilla
Oik berbalik menatap wajah lesuh cakka
“dia pasti sadar. Mungkin butuh waktu yang lama” kata shilla
“makasih. Aku balik dulu yah” pamit oik
“kamu hati-hati” balas shilla. Sekarang gantian shilla yang duduk disamping ranjang cakka
Diluar kamar rawat cakka
“mau balik ik” tanya ray. Oik mengangguk
“biar ray yang nganterin kamu” kata bunda ray. Ray pun berdiri
Oik menggeleng
“gk usah tante. Ngerepotin” tolak oik
“gpp koq kak” kata ray
“iya ik, lagian ini udah malam. Gk enak anak gadis sendirian malam gini”
Akhirnya oik mengangguk
“aku balik duluan tante”
“hati-hati. Kamu jangan ngebut yah ray”
“iya bunda”
Oik dan ray pun berjalan ke parkiran rumah sakit
Didalam kamar rawat cakka
“makasih atas kalungnya. Tapi kalau aku tau ini adalah kenang-kenangan perpisahan kita. Aku gk akan menerimanya” tutur shilla
“kumohon bangun cakka” shilla membelai lembut wajah cakka
“aku sayang sama kamu. Walaupun hanya sepihak, aku akan selalu sayang sama kamu”

****

Keesokan harinya, sepulang sekolah alvin datang menjenguk cakka. dia miris melihat keadaan sahabatnya yang satu ini
“cakka kenapa seperti ini? Kenapa kamu gk share sama aku? Aku pasti bisa bantuin kamu, semua masa sulit ku selama ini selalu bersama kamu, tapi kenapa masa sulitmu kamu gk mau berbagi kesedihan sama aku”
“ingat gk kka. Waktu aku berada pada masa yang sulit, kamu orang selalu mensuport aku. Tapi kenapa kamu gk bisa biarin aku ngebalas kebaikan kamu itu”  tak terasa air mata alvin menetes
“kamu orang yang kuat kka. Aku tau itu. Plis bangun dan lihat oik. Bukankah kamu pernah bercerita sama aku. Kalau oik itu harta yang paling indah yang pernah kamu miliki. Kamu sudah janji sama ayah oik, bahwa kamu akan merawat dia, kamu gk akan biarin dia sedih”
“kka, sekarang oik sedih, dia sedih lihat kamu kayak gini”
Perlahan jemari cakka bergerak. Matanya pun terbuka
“alvin” gumam cakka. alvin menghapus sisa air mata di pipinya
Dan tersungging senyum di bibir alvin
“cakka” seru alvin lalu memeluk cakka. cakka menghela napas. Membalas pelukan alvin lalu melepasnya. Mata alvin berkaca-kaca
“jangan nangis, ntar matamu tambah sipit. Kasian oik kalau harus nuntun kamu jalan” canda cakka
“kamu ini, disaat seperti ini kamu masih aja bercanda” kata alvin
“kalau dibawa serius aku malah tambah parah”
“kka, aku panggil dokter dulu yah” pamit alvin. Cakka mengangguk. Alvin pun keluar dan kembali bersama dengan dokter rendra, rio, gabriel, oik, ray, shilla, dan tante cakka
Setelah dokter memeriksa keadaan cakka, ia menatap alat pengukur detak jantung. Menghela napas berat lalu mundur
“tante. Aku titip rumah yah. Semua surat-suratnya ada di ruang kerja ayah. Surat-surat perusahaan juga ada disitu. Tante gk usah ke bekasi. Tinggal aja disini kelolah perusahaan ayah dan jagain rumah. Pasti bunda dan ayah senang kalau tante yang mengelolahnya”
Tante cakka tersenyum. Air matanya menetes. Ia membelai pipi cakka
“iya sayang, tante janji tante akan tinggal disini”
Cakka beralih ke ray.
“kamu sepupu yang baik, jagain tante jangan sampai di kelelahan” ray mengangguk. Cakka menatap shilla yang berlinangan air mata
“cantik jangan nangis ntar jelek lho” cakka mencoba menghapus air mata shilla.
“rio, alvin, gabriel jangan keseringan berantem yah. Pasti sepi kalau gk ada aku”
Oik menghapus air matanya menggenggam tangan cakka
“kka, jangan bicara gitu. Kenapa coba kamu harus pergi. disini tuh banyak yang sayang sama kamu. Jangan pernah berpikir untuk itu” cakka membelai rambut oik
“ayah, bunda, dan dede udah nunggu aku disana. Lagian kalau aku tinggal disini aku hanya ditakdirkan untuk sendiri” kata cakka. ia meraih tangan alvin
Menatap alvin dan oik bergantian. Lalu menyatukan tangan keduanya diatas dadanya
“kalian pasangan yang serasi” kata cakka. alvin menggeleng
“gk cakka” balas alvin. Cakka menatapnya
“vin, aku titip oik yah. Oik itu gampang sakit, jadi jaga dia baik-baik. Tugasku selama 10 tahun menjaga oik sudah selesai. dan aku percayakan oik ke kamu. Jangan sakiti dia yah. Jangan biarin dia nangis karna kamu” kata cakka. alvin menatap oik sedangkan oik menatap cakka
“cakka tolong jangan bicara seperti itu. Kamu tetap disini. bareng aku, bunda dan yang lain”
Cakka menggeleng
“kalian harus janji sama aku. Saat aku pergi nanti, kalian harus tunangan”
“cakka?” tanya alvin dan oik
“cakka gk pantes dapat ini iel” bisik rio. gabriel mengangguk
“janji yah vin” tanya cakka. mau tidak mau alvin mengangguk
“ok aku janji”
“gk cakka itu gk akan terjadi, kamu masih kuat. Aku gk akan terima menjadi tunangan alvin”
“oik, aku harus pergi, udah ada alvin disamping kamu. Kamu harus terima itu”
“sekalipun udah ada alvin, kamu tetap yang terbaik untuk aku”
“kamu harus lakukan permintaan terakhirku”
Oik menggeleng
Cakka tersenyum. Memberi senyum terindahnya untuk yang terakhir kalinya pada semua yang melihatnya. Lalu cakka menutup matanya. Menghembuskan napasnya. Hingga yang terakhir
Air mata shilla tumpah
“CAKKA” pekik oik berusaha membangunkan cakka. alvin menarik oik menjauh dari cakka memeluknya berusaha membuat oik tenang
“vin, cakka”
Alvin mengelus punda oik
“mungkin ini yang terbaik untuk kita semua” kata alvin
“cakka harusnya kamu pergi dengan kebahagiaan. Kamu terlalu baik untuk seperti ini” kata shilla
“io, sahabat terbaik kita pergi” gumam gabriel. Air mata rio menetes. Ia segera menghapusnya
“selamat jalan cakka. semoga kamu tenang disana” kata rio
“semoga kamu diberi tempat yang terbaik kka” kata shilla

****

Cakka P.O.V

Acara pemakamanku baru saja selesai, tapi masih ada beberapa orang di makamku. Seperti oik, alvin, shilla, rio, dan gabriel
Shilla disisi kiri makamku, salah satu tangannya memegangi nisanku dan satunya lagi memegangi liontin kalungnya yang terukir nama CAKKA. itu kalung dariku, sebagai kenang-kenangan bahwa ia pernah memiliki cinta sepihak. Shilla menangis, aku sedih melihatnya tapi mau bagaimana lagi. Ini yg terbaik
“cakka, aku sulit menerima kenyataan ini” kata shilla
Disisi kanan makamku ada oik  yang juga menangis, disampingnya ada alvin, yang berusaha menenangkannya
“cakka” lirih oik
“ik, jangan sedih terus. Nanti cakka sedih lihat kamu” kata alvin
“vin, ik, shil, udah sore. Balik yuk” bujuk rio
“bentar lagi io. Aku mau nemenin cakka” balas oik dan shilla
“tapi cakkanya mau istirahat. Kalau kalian disini, dia gk bisa istirahat dengan tenang” kata gabriel. Shilla mencium nisanku
“love you cakka. semoga kamu tenang disana dan mendapat kehidupan yang lebih baik” kata shilla lalu berdiri.
Oik mengelus nisanku
“makasih sahabatku. Aku juga sayang sama kamu. Tapi maaf itu hanya sebagai sahabat” tutur oik. Alvin membantunya berdiri
“selamat jalan cakka” kata oik dan shilla. Mereka lalu meninggalkan makamku
Aku tersenyum. Melihat akhir dari kisah hidupku dibumi
Cinta sepihakku berakhir dengan kesedihan, tidak seperti cinta sepihak oik yang terbalaskan. Cinta sepihak shilla juga seperti itu, berakhir dengan kesedihan. aku hanya bisa meminta maaf pada shilla karna aku tidak bisa mencintainya dengan setulus hatiku. Aku gk mau menjadikan dia pelampiasanku. mungkin beginilah garis hidupku didunia, ditakdirkan untuk menjadi sosok yang lapang dada. Tersenyum walaupun satu persatu harta yang paling berharga bagiku pergi. shock, trauma itulah yang terjadi padaku. Benturan yang terjadi sepuluh tahun lalu. Badai yang membawaku ke sebuah takdir yang sangat tidak bisa ku terima, kepergian anggota keluargaku satu persatu, mulai dari kepergian adikku yang tak ada yang tau apa penyebabnya. Sudah dilakukan visum dan tak ditemukan penyakit apapun atau luka apapun dalam tubuhnya. Yang aku tau saat membangunkan cahya. adikku, dia sudah tak bernapas. Sejak saat itu satu-persatu keluargaku pergi. membuatku putus asa, dan hampir saja mencoba untuk mengakhiri hidup ini. Harta yang paling berharga didunia ini bukankah keluarga, tanpa mereka, hidup sebatang kara. Bukankah itu adalah hal yang menyakitkan
aku mengurung diri di kamar selama 1 minggu, keadaanku hancur, aku hanya memikirkan kepergian keluargaku, menangisi takdir yang begitu tidak adil menurutku, alvin dan oik sahabatku dari kecil pun tak bisa menenangkan aku. hingga kesehatanku menurun dan sebuah penyakit menggerogoti tubuhku. Kanker Otak. Tapi aku meminta tante untuk tutup mulut. Cukup keluargaku yang tau masalah ini. Jadi yang alvin dan oik tahu hanyalah. Setiap aku lelah pasti aku mimisan
10 tahun berlalu, dan kini giliranku untuk pergi. menemui orang tua dan adik yang sudah menungguku. Pergi ke tempat dimana aku bisa menemukan cinta yang abadi dan sejati. Tempat terakhir, tempatku untuk selama-lamanya. Tempat yang tenang bagiku. Dan tempat yang membuatku tidak harus mengorbankan seseorang yang aku sayangi


_The End_

Gimana? pasti hancur n gaje?
Keep coment yah.

Komentar

Posting Komentar

Silahkan isi kotak putih di bawah ini

Postingan populer dari blog ini

Cinta Preman Kepentok Anak Pesantren (Cast & Sinopsis)

Utuh (cerpen)

Pengorbanan (Cerpen)