Cinta Preman Kepentok Anak Pesantren (Part 5)
****
5 hari kemudian, di masjid darul adiyah. Setiap malam tanggal 22 desember selalu diadakan acara peringatan hari ibu yang disertai dengan siraman rohani dari oik. seperti malam ini oik dengan berdiri didepan ribuan santri n santriwati juga guru-gurunya. Cakka dan keluarga juga hadir. Sebenarnya orang tua cakka sering hadir hanya saja baru kali ini cakka ingin ikut. mungkin sudah dari 10 menit yang lalu oik memulai ceramahnya.
“tahun sebelumnya saya berdiri disini bukan karna saya merasa hebat dari kalian tapi karna tugas saya dari kepala sekolah juga keinginan saya yang ingin selalu mengingatkan pada kalian bagaiman kita harus menghargai seorang ibu”
“percaya gk kalau kata seorang lelaki bahwa ia rela mati demi cintanya?” tanya oik pada seluruh jamaat.
“iya” koor para jamaat
“kalau saya sih gk. Saya percaya, hanya seorang ibu yang rela mati demi anaknya. Hanya seorang ibu yang rela mengorbankan nyawanya demi anaknya yang mungkin akan melupakannya. Anaknya yang mungkin tak akan patuh padanya. Anaknya yang mungkin tidak menyayanginya. Tapi disaat ibu sedang mempertaruhkan nyawanya untuk kita, ia tak pernah memikirkan buat apa dia bersusah payah melahirkan kita, bila pada saatnya kita akan lupa padanya, kita akan mencaci makinya. Tapi Yang ada dipikirannya hanyalah bagaimana caranya agar anaknya bisa selamat, dan bisa melihat dunia. Dan betapa tidak beruntungnya seorang ibu itu jika ia melahirkan anak yang durhaka. Anak yang tidak taat pada agama. Sesungguhnya setetes saja air mata seorang ibu jatuh karna perbuatan buruk anaknya maka pintu surga tertutup rapat baginya kecuali ia bertobat dan memohon ampun pada ibunya. Karna ridho allah adalah tergantung ridho ibu dan ayah”
“waw oik hebat” batin cakka
“bukankah rasulullah bersabda aljannatu tahta aqdamil ummahat yang artinya surga itu dibawah telapak kaki ibu. Maka berbuatlah kebaikan pada ibumu, hargailah perjuangan mereka untuk membesarkan kalian, hargailah perjuangan mereka yg telah melahirkan kalian”
Lama oik bertausiyah, cakka hanya bisa menghayal, ia merasa tersindir oleh setiap perkataan yang diucapkan oleh oik
Acara selesai, sedangkan cakka masih terdiam di tempat duduk yang ada di pakarangan masjid. Oik yang melihatnya berjalan menghampir cakka lalu duduk di dekat cakka, sebenarnya seperti biasa jarak mereka cukup jauh. Oik menatap cakka yang sedang terdiam
“coba aku ketemu ama oik dari dulu. pasti aku gk akan pernah bikin air mata bunda jatuh” batin cakka
“pasti lagi ngelamun!” batin oik, menatap lurus kedepan lalu mendongak menatap langit
“aku seneng deh, kalau ada orang yang berubah menjadi lebih baik karna aku, padahal kalau di pikir-pikir aku juga gk baik-baik amat” kata oik. cakka tersadar. Menoleh kesampingnya, oik yang menyadari kalau cakka sedang menatapnya pun menoleh lalu tersenyum
“hehehe” oik nyengir gk jelas
“ik, tau gk tadi tuh kamu nyindir aku” kata cakka
“tapi aku gk niat lho. Emang kalimat yang mana nyindir kamu?”
“semua… dari tentang menghargai ibu, menghormati ibu. Tidak membiarkan seorang ibu meneteskan air mata akibat ulah kita, pokoknya semua deh” balas cakka
Oik menahan tawanya
“kenapa? Koq ketawa? Ada yang lucu??” tanya cakka
“iya,,, emang kamu gk pernah berbuat kebaikan sedikit pun ama orang tuamu” tanya oik
“kayaknya sih gitu. Aku sering banget membantah bunda, ngomelin bunda, bentak bunda, n bikin bunda nangis. Kayaknya itu udah sering banget. Bahkan aku pernah dengar bunda bilang gini ‘tuhan dosa apa aku sampai aku melahirkan anak kayak cakka’ bunda bilang gitu sambil nangis, kayaknya bunda nyesel deh lahirin aku” cerita cakka
“nyesel? Cuman ibu bodoh yang akan menyesal melahirkan anaknya”
“terus kenapa bunda bilang gitu”
“mungkin bundamu sudah lelah melihat tingkahmu, dan dia ingin menyerahkanmu pada allah”
“maksud kamu? Bunda mau aku mati”
“bukan, tapi mungkin bunda kamu mau kalau allah yang menghukum kamu. Bukan dia”
“terus gimana biar bunda menarik kata-katanya itu”
“minta maaf sama dia. Kebetulan besok mother’s day, saatnya kamu berbakti kepada ibumu, minta ampun yang sebesar-besarnya. Pokoknya besok manjain deh ibu kamu”
“bener! Ide yang bagus. Oh iya ik, besok kamu berangkat pagi”
“besok? Orang aku berangkatnya malam ini!”
“ah malam inii?”
“iya, tuh barang aku udah di kemas. Tinggal nunggu kak dayat, habis itu ke terminal deh”
“yah kirain kamu berangkatnya besok” kata cakka lesuh
“emangnya kenapa?”
“gpp koq”
Hening…
“oik” panggil seseorang. Oik menoleh
“eh kakak” balas cakka dan oik. dayat mendekati mereka
“ngapain berdua di masjid. Udah malam, gk enak tau dilihat orang” nasehat dayat. Oik menunduk
“maaf kak” lirih oik
“hei, kakak gk marah, kakak cuman ingetin” kata dayat yang mengerti keadaan oik bahwa dia akan menangis
“hm… kakak mau ke terminal” tanya cakka yang melihat barang bawaan dayat, dan seorang gadis disampingnya
“bareng kakak juga?” lanjut cakka. shilla menggeleng
“dayat aja. Kalau aku cuman mau nemenin dayat nyari oik”
“bilang aja mau nemenin kak dayat ampe terminal” sindir cakka. shilla mencubit lengan cakka
“a.. aw…” rintih cakka
“ampun kak” mohon cakka. shilla menatapnya sinis
“yaudah thanks yah shil udah nemenin cari anak yang hilang. sekarang aku ama oik pergi dulu” pamit dayat
“mau aku antar sampe terminal?” tanya cakka. dayat berpikir
“gk usah kka, makasih” balas oik, mencangklok tasnya lalu menarik dayat keluar dari are masjid
“lho kenapa ik?”
“kan gk baik ngerepotin orang” kata oik. dayat meangkat bahunya”
“lho oik kenapa kak” tanya cakka pada shilla ketika oik dan dayat sudah menjauh
“kakak gk tau. Kamu kan mau kasih mereka tumpangan. Sana kejar” perintah shilla
“ok‼” balas cakka lalu berlari mengejar oik dan dayat
Dengan sejuta cara cakka memohon pada oik agar mau kalau cakka yang mengantarnya ke terminal, akhirnya oik mau juga
****
2 hari kemudian, libur spesial mother’s day sudah selesai, artinya oik dan dayat juga santri n santriwati lainnya sudah kembali ke pesantren darul adiyah
Sore ini, cakka berkunjung ke pesantren darul adiyah. Untuk menemui oik, sebelumnya cakka sudah memberitahu pada dayat bahwa ia akan pergi ke pesantren, dan dayat pun menyampaikannya pada oik, setelah itu oik pergi ke taman
“sore oik” sapa cakka lalu duduk. Oik terdiam, cakka berpikir mungkin ada yang salah pada kalimatnya
“assalamu alaikum oik” sapa cakka. oik tersenyum
“walaikum salam… baru juga 2 hari aku tinggal kamu udah lupa ngasih salam yang baik tuh gimana” balas oik
“hehehe” cakka hanya nyengir
“ik, kangen tau dua hari gk ketemu ama kamu” tutur cakka
“aku sih gk. Malahan aku senang dua hari gk ketemu ama kamu” balas oik
“masa?” tanya cakka
“iya”
“emangnya kenapa?”
“aku gk harus repot ngurusin anak umur 8 tahun yang lagi belajar puasa”
“ih kamu tuh yah” cakka bersiap mengelitiki oik, tapi oik sudah berdiri
“eits sekarang gk bisa” kata oik
“yakin?” tanya cakka juga berdiri. Oik mengangguk lalu berlari. cakka pun mengejarnya
“ik, jangan lari kamu” teriak cakka, terus mengejar oik
Dayat dan shilla yang melihat mereka hanya tertawa
“mereka kayak anak kecil yah” tanya shilla
“kamu bener shil” balas dayat.
****
Mobil cakka terhenti didepan gerbang pesantren darul adiyah. Ia mengantar oik kembali ke pesantren setelah bermain lama dengan oik di rumahnya
Baru saja oik ingin membuka pintu mobil tapi cakka memanggilnya
“oik” panggil cakka. oik berbalik
“yah, kenapa?” tanya oik
“hm… aku sayang sama kamu” kata cakka tanpa beban
“itu pertanyaan atau pernyataan” tanya oik
“dua-duanya” balas cakka
Oik terdiam berpikir lalu angkat bicara
“aku gk bisa kasih jawabannya sekarang”
“gpp. Asalkan jawabanmu adalah harapan yang nyata untuk aku. Karna kalau kamu jawabnya kapan-kapan sedangkan jawabanmu tidak, aku yakin itu pasti membuatku sakit. Jadi jawablah sekarang jika jawabannya tidak”
Oik terdiam ia berat menyakiti hati cakka. ia pun menunduk
“maaf cakka. aku gk bisa” balas oik. membuka pintu lalu keluar dan berlari masuk ke pesantren
Cakka menyandarkan kepalanya
“aku yakin oik gk akan bisa sayang sama aku, aku tau oik pasti gk suka sama masa lalu aku” lirihnya
****
Sudah dua hari ini cakka terdiam di kamarnya. Bundanya sendiri tidak tau kenapa dengan dia Dan bundanya memutuskan untuk menghubungi shilla, sedangkan sivia, dia bingung karna sudah dua hari juga oik tak pernah meninggalkan pesantren Dan lebih sering ke perpustakaan. Akhirnya sivia pun memberi tahu hal itu pada shilla. Dan hari ini shilla pun mencari oik di perpustakaan lalu duduk disampingnya ketika sudah mendapatkan oik
“assalamualaikum oik” sapa shilla, oik menutup buku lalu menoleh
“walaikum salam kak” balas oik. kembali kepada buku yang ia baca tadi
“kamu ada masalah sama cakka yah?” tanya shilla
“maksud kakak” tanya oik tanpa berpaling dari bukunya
“tumben lho kamu gk main ke rumah. Biasanya setiap habis duhur kamu kerumah, main ama cakka, ngajarin cakka tentang agama yang lebih baik lagi. Tapi sekarang kakak lihat kamu lebih sering di perpus”
“och itu, cakka kan udah bisa sendiri kak walaupun aku gk ingetin dia, jadi aku udah gk pernah lagi ke rumah kakak”
“tapi kakak gk percaya deh. Kalau cakka bisa sendiri tanpa diingetin sama kamu”
“emangnya kenapa kak”
“yah soalnya semalam bunda nelpon aku katanya dua hari ini cakka ngurung diri didalam kamar, dan dua hari ini juga kamu ngurung diri di perpustakaan. Apa itu artinya kalian gk ada masalah”
“emang gk ada koq kak. mungkin cakkanya aja yang lagi ada masalah. Kalau oik kan emang sering ke perpustakaan”
“gitu? Yaudah kalau kalian emang gk ada masalah! Kakak cuman nanya itu aja koq. permisi, assalamu alaikum” pamit shilla. beranjak
“walaikum salam” balas oik. setelah ia yakin bahwa shilla sudah meninggalkan perpustakaan ia pun tenggelam dalam lamunannya
“cakka ngurung diri di kamar? Apa kak shilla gk bohong?” batin oik
“apa keputusan yang aku ambil salah yah?”
“ya allah aku bingung, jujur aku juga merasa aneh bila jauh dari cakka, tapi aku gk pernah mau artikan bahwa aku rindu dengan dia”
“ya allah kumohon beri aku petunjukmu, bilang kalau tindakan ku benar”
“tapi aku menyakiti cakka. arrghh. Bodoh kamu oik”
Oik terus merutuki dirinya dalam hati. Ia merasa dilema dengan keadaannya sekarang.
****
Hari ini shilla memutuskan untuk pulang ke rumahnya, melihat kondisi adiknya yang kabarnya belum pernah keluar dari kamarnya, dan hari ini adalah hari ketiga cakka tak menampakkan dirinya
Shilla mengetuk pintu kamar adiknya
“cakka ayo donk buka pintunya” pinta shilla, tapi tak ada yang bergeming dari dalam
“cakka…” panggil shilla
“kamu baik-baik aja kan didalam?” tanya shilla sama seperti tadi tak ada tanda kehidupan dari dalam kamar
Shilla menyerah, ia berbalik menatap bundanya yang berdiri di belakangnya
“bunda yakin dia ada didalam?” tanya shilla
“iya, mobilnya itu masih ada di garasi” jawab bunda
“dua-duanya?” tanya shilla.
“iya.” Jawab bunda.
Shilla kembali berbalik ke pintu
“cakka, kakak hitung sampai tiga kamu gk mau buka pintunya. Kakak akan kasih pintu kamar kamu gembong biar kamu gk keluar-keluar” ancam shilla
“1”
“2”
Ceklekk‼ pintu terbuka, cakka berdiri di dalam dengan keadaan yang biasa saja
“dasar bawel! Bisanya cuman ngancem” komentar cakka lalu kembali ke ranjangnya untuk tidur
“hei, ndut! Jangan tidur terus”
shilla masuk ke kamar menarik selimut cakka dan berusaha membangunkan cakka
“hei bangun”
Cakka menepis tangan shilla
“kakak kenapa sih. Aku masih ngantuk”
“dasar pemalas, sekarang tuh udah jam 11. Ayo bangun”
“ah ntar aja pas duhur”
“cakka‼”
“ih kakak kenapa sih?”
“kamu yang kenapa?. Udah tiga hari kamu bikin bunda khawatir”
Cakka terdiam
“kamu ada masalah sama oik?” tanya shilla pelan. Cakka kembali berbaring
“cakka jawab”
“gk ada koq kak”
“terus kenapa kamu kayak gini. Disakitin sama angel?”
“kakak gk usah yah sebut nama angel”
Shilla tersenyum mendengar cakka
“kayaknya dia udah lupa sama angel” batin shilla
“yaudah cerita sama kakak. kamu kenapa sampai harus semedi di kamar”
“kakak gk perlu tau”
Shilla menghela napas lalu beranjak
“yaudah kk sih cuman mau bantuin kamu. Soalnya baru kali ini lho ada org yang bikin oik kesel”
“oik kesel??” batin cakka
“maksud kakak” tanya cakka. shilla yang sudah di ambang pintu berhenti
“katanya gk mau cerita. Ngantuk? Koq nanya?”
“iya deh cakka ngalah! Sekarang cerita”
Shilla tersenyum puas. Lalu kembali ke ranjang cakka
“jadi kemarin tuh kakak habis bicara sama oik. yah masalah kalian, yang sama-sama aneh. Satunya semedi di kamar. Satunya semedi di perpustakaan. Kalian punya jawaban yang sama lagi kalau ditanya ada apa? Gpp! Kalian janjian yah mau ngejawab itu”
“yee siapa yang janjian?”
“terus kenapa kalian jadi pada aneh”
Cakka menunduk menghela napas lalu bercerita
“cakka bego kak. cakka bodoh! Cakka suka sama oik, dan cakka bilang itu sama oik. ah! Cakka ungkapin itu tanpa pikir panjang, tanpa mikir kalau cakka itu siapa! Tanpa mikir kalau dulunya cakka itu preman dan sekarang masih dalam masa pemulihan‼ karna cakka gk pikir panjang semuanya jadi gini. Oik marah ama cakka, oik udah benci ama cakka, oik udah gk mau lagi ketemu ama cakka. ARGHH!!!! Cakka frustasi kak” maki cakka pada dirinya sendiri sesekali ia memukul kepalanya. dan shilla mencoba untuk menenangkannya
Shilla menahan kedua lengan cakka. menangkat wajah adiknya dan menatapnya dalam
“hei, jangan bilang gitu. Kamu gk bodoh koq, kamu juga gk bego! Gk ada yang larang kamu suka sama seseorang. Sekalipun kamu mantan napi. Itu hak kamu, semua orang berhak merasakan itu. dan kakak suka cara kamu. To the point dan gk munafik” shilla mencoba menghibur cakka
“tapi kak, gara-gara cakka ungkapin perasaan cakka, oik jadi jauh dari cakka”
Shilla melepas tangannya dari lengan cakka beralih memegangi kedua pipi cakka
“oik bukannya jauh dari kamu. Tapi dia lagi nenangin diri. mungkin dia shock, karna baru kali ini ada orang yang mengungkapkan perasaannya pada dia”
“kakak yakin oik gk akan benci ama aku”
Shilla mengangguk, lalu menarik tubuh cakka ke arahnya. memeluknya
“kakak juga yakin oik merasakan perasaan yang sama kayak kamu. Asal kamu setia sama oik, jangan samain oik kayak angel. Gadis malam yang hobby mabuk-mabukan dan bisa kamu mainin seenaknya yang bisa kamu nikmatin bak extasi, jangan juga samain oik kayak permen karet. Habis manis dibuang” jelas shilla. Cakka balas memeluk shilla
“aku janji kak. gk akan nyakitin oik”
****
Setelah shilla bertemu dengan cakka dan menjelaskan problem cakka pada kedua orang tuanya. Shilla kembali ke pesantren, selain karna saat ini ia harus mengurus segala sesuatu yang penting untuk kelulusannya nanti. Ia juga tak sabar ingin cerita dengan dayat tentang adik mereka
“assalamu alaikum” sapa shilla pada irsyad
“walaikum salam” balas irsyad
“syad, dayat mana?” tanya shilla karna ia mendapati irsyad tak bersama dayat
“ecie… baru juga sehari gk ketemunya udah nyariin” ledek irsyad. Shilla menatap sinis kepadanya
“aku serius syad” kesal shilla
“iya maaf…”
“ok aku maafin. Sekarang dayat dimana?”
“lagi di perpustakaan?”
“di perpustakaan? Ngapain?”
“gk tau. Tadi sih aku lihat dia lagi ngobrol sama oik”
Shilla hanya menangguk mengerti
“thanks syad” kata shilla lalu pergi
“assalamu alikum” kata irsyad sedikit menyindri shilla. shilla berhenti lalu berbalik
“hehehe lupa. Walaikum salam” balas shilla lalu kembali berjalan
“dasar. Ingat dayat mulu sih” teriak irsyad. Tapi shilla hanya menghiraukannya. Saat sampai di perpustakaan. Shilla mencari dayat. Dan menemukannya sedang duduk berdua dengan oik di samping rak buku biologi
“assalamu alaikum” sapa shilla lalu duduk di samping oik. dayat dan oik berbalik
“walaikum salam” balas dayat dan oik
“kalian lagi serius banget! Ngobrol apaan nih?” tanya shilla
“hal biasa koq. cuman masalah kecil oik” balas dayat
“berarti aku gk ganggu kan?” tanya shilla
“gk koq kak” balas oik
“kalau kakak gk ganggu berarti kakak boleh minjem dayat sebentar” tanya shilla lagi
Dayat memiringkan kepalanya. sedangkan oik tersenyum
“tentu kak”
“minjem aku? Buat apa?”
“udah ikut aku sebentar” pinta shilla, beranjak
“assalamu alaikum” pamit shilla
“walaikum salam” balas oik
“kakak pergi bentar yah” pamit dayat. Oik hanya mengangguk. Dayat menyusul shilla yang sudah keluar dari perpustakaan
Shilla dan dayat berhenti di bangku taman dan duduk
“jadi ada apa nih ngajak aku kesini” tanya dayat to the point
“aku udah tau apa masalah diantara adik aku dan adik kamu” balas shilla
“apa?” tanya dayat
“adik aku suka sama adik kamu”
Raut wajah dayat berubah jadi kaget
“a.apa? adik kamu suka sama adik aku?” tanya dayat
Shilla mengangguk
“cakka suka sama oik”
Shilla kembali mengangguk
Dayat menghela napas
“kenapa” tanya shilla
“pasti cakka ditolak” tanya dayat
“iya, tapi kamu koq bisa tau”
“dulu, salah satu santri disini. nyatain perasaannya ke dia, dan dia juga nolak”
“day, aku sedih banget lihat cakka. soalnya baru kali ini dia nyatain perasaannya ke cewe tapi ditolak”
“emangnya biasanya diterima”
“ini tuh baru kedua kalinya cakka nyatain perasaannya ama cewe dan ini pertama kalinya dia di tolak”
“wah adek kamu setia juga”
“iya donk, cakka itu tipe cowo yang setia. Sekalipun preman gitu. Dia pinter jaga perasaan cewenya. Dan kalau aku lihat, kali ini cakka beneran serius. Dia suka sama oik gk sekedar suka tapi dia bener-bener sayang sama oik. mungkin karna oik udah ubah dunianya”
“so’ ” tanya dayat
“maukan bantuin cakka, biar dia berhenti ngurung diri di kamar” tanya shilla
“gk cuman bantuin cakka, bantuin oik juga, yang akhir akhir ini jadi pendiem dan lebih sering curhat ama buku”
“jadi kamu mau?”
“iya, kita susun rencananya mulai sekarang”
Dayat tersenyum jail. Shilla membalasnya juga dengan senyuman jail
****
Keesokan harinya dayat kembali menemui oik di perpustakaan. Dan sudah hampir dua menit dayat duduk disamping oik tanpa mengucapkan apapun, karna selama itupun oik hanya serius pada buku yang ia baca
“ik” panggil dayat
“hm…” balas oik
Dayat menghela napas
“terserah kamu mau dengar atau gk. Kakak cuman mau tanya koq. apa karna cakka nyatain perasaannya sama kamu, kamu jadi kayak gini” tanya dayat. Oik terbelalak kaget
“darimana kak dayat tahu?” batin oik
“bener ik?” tanya dayat.
Oik hanya terdiam
“kakak anggap iya, kenapa sih kamu nolak cakka?”
“apaan sih kakak” kesal oik
“apa karna cakka itu mantan preman?” tanya dayat tidak memperdulikan kekesalan adiknya
“itu benar ik” tanya dayat lagi dan oik masih tenggelam dalam diamnya
“bukannya itu masa lalu, dan kamu bisa lihat kan cakka yang sekarang. Dia orang yang baik, dia juga udah putus sama cewenya yang dulu. yah memang sih cakka itu masih belajar, tapi seenggaknya kamu bisa jadi cewe dia sekaligus guru dia. Karna cakka lagi belajar kamu bisa kan bantu dia”
“bukan itu kak masalahnya. Oik kan udah bilang, tujuan oik kesini tuh mau cari ilmu yang baik, bukan cari jodoh yang bagus”
“itu pesan ibu kan?”
“iya, dan oik gk mau ngelanggar pesan ibu”
“karna ibu gk ada disini jadi yang ngatur semua kehidupan kamu adalah kakak. kalau misalnya kakak kasih izin kamu pacaran asal gk berlebihan, kamu bakal terima cakka, karna sebenarnya kamu juga suka kan sama dia” tanya dayat
Oik mendapat pertanyaan telak dari kakaknya, ia tidak tau harus menjawab apa
Dayat menunduk menatap wajah adiknya
“ik” panggil dayat
Oik mendongak balas menatap dayat
“ada apa kak?”
“kamu juga suka kan sama cakka”
“kalau oik bilang gk, kakak mau apa?”
“kk sih gpp. Tapi, itu sama aja kan kamu mengajar diri kamu untuk jadi orang yang munafik. Bukannya allah gk suka orang yang munafik”
“lagian, kakak tau darimana kalau aku juga suka sama cakka”
“dari mata kamu. Karna mata kamu tuh gk bisa bohong sama kk”
Oik memalingkan wajahnya
“kenapa?? Takut ketahuan bohong”
Oik menggeleng
“ok ini pertanyaan terakhir kakak! kamu mau kan minta maaf ama cakka” tanya dayat
Oik mengangguk kecil
“yaudah besok kamu tungguin kak shilla di taman. Kakak permisi, assalamualikum” pamit dayat, beranjak lalu pergi
“apa iya aku harus nerima cakka?” batin oik
****
Hari begitu cepat berlalu bagi oik padahal dia masih butuh waktu yang lama untuk memikirkan semuanya. Apalagi sekarang sudah pukul 2, seperti perintah kakaknya kemarin, siang ini dia harus menunggu shilla di taman. Dengan berat hati, oik memakai jilbabnya dan pergi ke taman di dekat asramanya
“mau kemana ik?” tanya sivia
“aku mau jalan-jalan! Mau ikut?” jawab+tanya oik
“tumben gk perpustakaan” sindir sivia
“yah lagi pengen aja ke taman! Mau ikut gk nih?”
“boleh deh” balas sivia
Mereka berdua pun berjalan beriringan menuju taman
“eh ik maaf yah sebelumnya. Hm… kamu ada masalah yah sama cakka” tanya sivia pelan. Oik terdiam
“yah kalau gk mau jawab gpp sih, tapi aku tuh merasa kayak gk berguna gitu sebagai sahabat kamu, soalnya selama kamu diam kayak hari-hari sebelumnya, aku gk berani nenangin kamu dan cuman ngelapor sama kak shilla. maaf yah aku gk bisa care sama kamu” sesal sivia
“gpp koq. bagi aku kamu tetap sahabat yang terbaik, lagian aku juga yang salah karna aku terlalu tertutup tentang masalah pribadi ku”
Sivia hanya membalasnya dengan senyuman
****
“kak ngapain sih kesini” tanya cakka pada shilla yang membawanya ke taman asrama khusus santriwati
“udah kamu tunggu aja disini. kakak mau panggilkan seseorang buat kamu”
“seseorang? siapa?” tanya cakka
“udah kamu tunggu aja. Diam disitu”
Cakka hanya mengangkat bahunya
Sedangkan shilla berjalan menjauh dari cakka. dan mencari oik di sekitar taman, setelah menemukan oik dengan sivia, shilla pun memanggil oik untuk ikut bersamanya dan menyuruh sivia menunggu
“itu cakka” tunjuk shilla pada seseorang yang sedang duduk disalah satu bangku taman
“lalu masalahnya sama aku apa kak?” tanya oik polos.
Shilla menatapnya
“bukannya kamu mau minta maaf”
“tapi…”
“kalian pasti butuh waktu untuk bicara, sana!”
“kak, gk sopan cewe yang hampirin cowo”
“iya juga yah. Tapi yang mau minta maaf siapa?”
“aku kak”
“yasudah sana hampiri cakka untuk minta maaf”
“baiklah” balas oik pasrah. Perlahan ia berjalan menghampiri cakka dan duduk jauh dari cakka,
Sedangkan shilla, dia segera pergi dari tempatnya dan menghampiri sivia
“as..salamu alaikum” sapa oik pelan sambil menunduk. Cakka menoleh, memiringkan kepalanya. bingung
“walaikum salam” balas cakka
“a… aku. mau minta maaf, soal yang waktu itu” ucap oik gugup
Cakka tersenyum memaafkan
“iya, gpp koq”
Oik menghela napas lega
Hening, tak ada yang angkat bicara, semua tenggelam dalam pikiran masing-masing
“hm… ik, kita tetap sahabat kan?” tanya cakka
Oik hanya membalasnya dengan anggukan
Sekarang giliran cakka yang menghela napas
Lalu keadaan kembali hening
“s..sebenarnya…” oik mulai angkat bicara
“sebenarnya apa ik?” tanya cakka
“gpp” balas oik
“hm… ik! Mau berubah pikiran gk?” tanya cakka
“berubah pikiran?” tanya oik balik. Cakka mengangguk
“sudahlah lupakan” lanjut cakka
“aku ngerti koq. Dan…” oik mengantunggan kalimatnya
“Dan aku mau” lanjut oik. cakka menatapnya penuh tanya
“maksud kamu?” tanya cakka
Oik mengangguk
“yah aku mau… kali ini gk ada kata ulang” balas oik
Cakka tersenyum sumringah
“oh makasih tuhan” batin cakka
Wajah oik memerah sampai ketelinganya. Oik terus menunduk, menyembunyikan raut wajahnya
****
masih pada ingat kan sama cerita di atas... semoga masih ingat...
maaf yah ngaret. hehehee
semoga masih suka sama ceritanya :)
keep komen yah..
yang baca baik, yang komentar, cantik/cakep #gombal. yang like, insya allah dapat ucapan terima kasih dari saya :D
Komentar
Posting Komentar
Silahkan isi kotak putih di bawah ini